Fenomena penistaan terhadap ajaran Islam sudah terjadi sejak berabad-abad lamanya. Sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW hingga kini, sudah banyak orang-orang yang mengaku sebagai nabi terakhir. Padahal Allah telah menjelaskan di dalam Alquran bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi dan Rasul terakhir.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) menjelaskan, “Ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Sehingga, mereka tidak memerlukan agama lain dan tidak pula Nabi lain selain Nabi mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menjadikan beliau sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Sehingga, tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang diharamkannya, dan tidak ada agama kecuali yang disyari’atkannya. Semua yang dikabarkannya adalah haq, benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali.
Inilah kestimewaan agama Islam, dimana Allah SWT sendiri yang telah menyempurnakannya, dan sudah terntu akan menjaganya hingga hari kiamat, seperti firman-Nya berikut:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar akan memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]: 9)
Syaikh Wahbah Az-Zuhaili, demikian juga para ahli tafsir lainnya, mutaqaddimin dan mutaakhkhirin, menyatakan bahwa ayat ini merupakan jaminan dari Allah ta’ala bahwa Dia akan menjaga Al-Qur’an Al-Karim dari perubahan dan penggantian, dari penambahan maupun pengurangan, hingga hari kiamat.
Ini merupakan keistimewaan Al-Qur’an Al-Karim yang tidak dimiliki kitab samawi lainnya. Al-Qur’an tetap terjaga keasliannya, tidak sedikit pun mengalami penambahan atau pengurangan. Al-Qur’an yang ada di generasi shahabat ridhwanullahi ‘alaihim ajma’in sama dengan yang ada di generasi kita.
Terjaminnya Al-Qur’an dari perubahan dan penggantian ini merupakan salah satu cara Allah ta’ala menjaga agama ini, seperti yang dijelaskan oleh Syaikh Zaid ibn ‘Abdil Karim Az-Zaid, dalam kitab beliau, Fiqhus Sirah. Beliau menjelaskan bahwa Allah akan menjaga agama ini dengan dua cara, yaitu:
- Allah subhanahu wa ta’ala akan menjaga Al-Qur’an Al-Karim dari penggantian, pengurangan, penambahan dan perubahan. Hal ini disampaikan oleh Allah ta’ala dalam surah Al-Hijr ayat 9, yang sudah kita sebutkan di atas.
- Allah subhanahu wa ta’ala selalu memunculkan sekelompok orang dari umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di setiap masa yang senantiasa komitmen berada di jalan kebenaran. Ilmu dan amal mereka menjadi cahaya Islam yang menerangi siapa saja yang menginginkan jalan kebenaran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
Artinya: “Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku, mereka komitmen di atas kebenaran. Orang-orang yang mengucilkan mereka tak akan membahayakan mereka. Hingga datang ketetapan Allah, sementara mereka tetap dalam keadaan seperti itu.” (Muttafaq ‘alaih)
Setiap kali ada di antara umat ini yang berusaha mengubah agama atau menitakan agama Islam, maka Allah akan memunculkan generasi yang meluruskan kesalahan dan kekeliruan tersebut. Umat Islam tak akan pernah sepakat dalam kesesatan dan kesalahan.
Semoga kita semua diberi karunia oleh AllahSWT untuk menjadi bagian dari thaifah yang diberkahi ini, dan dijauhkan dari kelompok-kelompok yang mengajak pada ta’ashshub yang tercela dan perpecahan umat. Amien.
dari berbagai sumber: