Manusia sudah selayaknya mengakui kebesaran Allah SWT. Bagaimana tidak? Sampai sekarang, manusia tidak mampu menghitung jumlah bintang di langit. Padahal, amat banyak bintang yang lebih besar dari ukuran bumi yang kita diami ini.
Info astronomi mengatakan, dari bumi ke bintang yang tertinggi–yang masih bisa dilihat dengan teleskop–jaraknya mencapai lebih dari 10 miliar tahun perjalanan cahaya.
Kalau kita memikirkan hal ini, maka ucapan yang terpantas adalah Allahu Akbar.Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan manusia agar selalu menyadari kebesaran Allah. Salah satu caranya ialah dengan mengajarkan membaca Allahu Akbar (‘Allah Mahabesar’) di hampir setiap perpindahan dari rukun shalat.
Semestinya, kesadaran akan kemahabesaran Allah juga meresap dalam kehidupan sehari-hari. Setiap Muslim harus menyadari betapa kecil bumi yang kita diami ini. Betapa sangat kecil diri kita dalam pandangan Allah.
Kita juga patut sadar. Meski diri kita ini sangat kecil dan hampir tidak ada artinya bila dibandingkan dengan keluasan alam semesta, Allah selalu peduli. Dia mengurusi jantung kita agar tetap berdetak.
Allah tetap menjaga peredaran darah agar mengalir ke sekujur tubuh. Allah juga selalu memelihara paru-paru agar tetap kuat untuk menghirup udara segar dan mengembuskannya lagi ke luar tubuh. Semua itu merupakan rahmat dan karunia Allah SWT kepada manusia. Kasih sayang Allah memang selalu mengalir kepada makhluk-Nya ini.
Bila kita menyadari kebesaran Allah dan meresapinya hingga ke lubuk hati, maka kita akan mudah menerima pencerahan rohani. Hati akan menjadi terang benderang, sehingga hidup, umur, waktu, dan seluruh potensi diri yang diberikan Allah akan menjadi indah.
Kesadaran itu juga akan menumbuhkan rasa syukur yang mendalam kepada-Nya. Menyadari kebesaran Allah juga akan menumbuhkan sifat dan sikap rendah hati (tawadlu’).
Sikap ini akan berkembang menjadi sikap senang menghargai orang lain. Setiap manusia, baik yang kaya maupun yang miskin, yang jelata maupun berpangkat tinggi, semua dihormati dengan akhlak yang baik. Dengan saling menghormati, pergaulan hidup akan terjalin dalam suasana damai.
Tidak adanya rasa rendah hati, akan membuat seseorang merasa dirinya superhebat. Orang akan merasa paling benar dan arogan. Sikap takabur seperti itu jelas menentang Allah.
Sebab, manusia yang sebenarnya sangat kecil, kok berani mencoba unjuk kehebatan di depan Sang Khalik, Allah Rabbul’alamin. Untuk itu, Allah mengingatkan manusia dalam Alquran surah al-Isra’ ayat 37. Artinya, “Dan janganlah kamu berjalan di atas bumi ini dengan sombong (arogan), karena sesungguhnya kamu tidak mampu menembus bumi dan tegakmu tidak akan setinggi gunung.”
Jadi, seharusnya orang yang shalat, yang tentunya mengucapkan takbir, selalu meresapi makna takbir. Menghayati makna takbir dalam setiap gerak langkah kehidupan.
Bila ada orang-orang yang shalat, tetapi kelakuannya masih arogan, kemungkinan hatinya belum meresapi makna takbir yang diucapkannya sendiri.
Oleh: D Zawawi Imron