Metode Beriman kepada Malaikat

Metode Beriman kepada Malaikat (Bag. 3)

Baca pembahasan sebelumnya Metode Beriman kepada Malaikat (Bag. 2)

Beberapa Bentuk Terlarang yang Terkait dengan Melekatkan Sifat Tertentu kepada Malaikat (lanjutan)

Bentuk terlarang selanjutnya yang terkait dengan melekatkan sifat tertentu kepada malaikat adalah:

Ketiga, keyakinan bahwa malaikat itu mengetahui hal yang gaib secara mutlak yang merupakan sifat khusus milik Allah Ta’ala

Malaikat tidaklah mengetahui ilmu gaib, kecuali yang Allah Ta’ala tunjukkan kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman,

وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ؛ قَالُواْ سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!’ Mereka menjawab, ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.’” (QS. Al-Baqarah [2]: 31-32)

Allah Ta’ala mengabarkan bahwa malaikat tidaklah memiliki ilmu, kecuali yang Allah Ta’ala ajarkan kepada mereka. Dan di antara perkara yang tidak Allah ajarkan kepada mereka, namun hanya khusus Allah ajarkan kepada Adam adalah pengetahuan tentang nama-nama sesuatu. Di dalam ayat ini terdapat dalil yang jelas bahwa malaikat itu tidak mengetahui ilmu gaib.

Dalil lain yang menunjukkan hal ini adalah hadis panjang berkaitan dengan peristiwa Isra’ Mi’raj. Di dalamnya diceritakan,

فَانْطَلَقْتُ مَعَ جِبْرِيلَ حَتَّى أَتَيْنَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ

Maka aku berangkat bersama Jibril ‘alaihis salam, hingga sampai di langit dunia. Lalu ditanyakan, ‘Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi, ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang telah tiba.’” (HR. Bukhari no. 3207)

Hadis ini menunjukkan bahwa malaikat tidak mengetahui tentang apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah diutus ataukah belum. Padahal, Allah telah mengutus beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai seorang rasul. Sekali lagi, hal ini menunjukkan ketidaktahuan mereka terhadap ilmu yang gaib.

Abul ‘Abbas Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Pertanyaan dari malaikat tentang diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengangkatan beliau sebagai Rasul bagi umat manusia, ini menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki ilmu tentang hal itu tentang waktu (kapan) diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Al-Mufhim, 1: 389)

Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَكَّلَ بِالرَّحِمِ مَلَكًا ، يَقُولُ: يَا رَبِّ نُطْفَةٌ، يَا رَبِّ عَلَقَةٌ، يَا رَبِّ مُضْغَةٌ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقْضِيَ خَلْقَهُ قَالَ: أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى، شَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ، فَمَا الرِّزْقُ وَالأَجَلُ، فَيُكْتَبُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ

Sesungguhnya Allah Ta’ala menugaskan satu malaikat dalam rahim seseorang. Malaikat itu berkata, ‘Ya Rabb, (sekarang baru) sperma. Ya Rabb, segumpal darah. Ya Rabb, segumpal daging.’ Maka apabila Allah berkehendak menetapkan ciptaan-Nya, malaikat itu bertanya, ‘Apakah laki-laki atau wanita, celaka atau bahagia, bagaimana dengan rizki dan ajalnya?’ Maka ditetapkanlah ketentuan takdirnya selagi berada dalam perut ibunya.” (HR. Bukhari no. 318)

Keempat, menghina dan mencela malaikat, dan juga meremehkan mereka

Menghina dan mencela malaikat adalah perkara yang bisa merusak iman, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Allah Ta’ala befirman,

قُلْ مَن كَانَ عَدُوّاً لِّجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللّهِ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ؛ مَن كَانَ عَدُوّاً لِّلّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللّهَ عَدُوٌّ لِّلْكَافِرِينَ

Katakanlah, ‘Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah. Membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjadi petunjuk, serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.’” (QS. Al-Baqarah [2]: 97-98)

Ayat ini turun sebagai bantahan kepada orang-orang Yahudi yang menyangka bahwa Jibril ‘alaihis salam adalah musuh mereka. Maka Allah Ta’ala jelaskan kepada mereka tentang kafirnya orang yang menjadikan malaikat sebagai musuh dan Allah akan menjadi musuh baginya.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Firman Allah Ta’ala,

قُلْ مَن كَانَ عَدُوّاً لِّجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللّهِ

Katakanlah, ‘Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah”

Maksudnya adalah siapa saja yang menjadikan Jibril sebagai musuh, maka ketahuilah bahwa Jibril adalah Ar-Ruh Al-Amin, yang turun membawa peringatan ke dalam hatimu sesuai dengan izin Allah Ta’ala. Maka Jibril adalah rasul dari kalangan malaikat yang diutus kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga (diutus kepada) malaikat seluruhnya.

Siapa saja yang memusuhi satu orang rasul, maka dia telah memusuhi semua rasul. Sebagaimana siapa saja yang beriman kepada salah seorang rasul, maka konsekuensinya, dia beriman kepada seluruh rasul. Sebagaimana orang yang ingkar (kafir) kepada salah seorang rasul, maka konsekuensinya, dia telah kafir kepada seluruh rasul. Demikian juga, siapa saja yang memusuhi Jibril, berarti dia adalah musuh Allah. Karena Jibril tidaklah menurunkan suatu perkara (wahyu) dari dirinya sendiri, melainkan sesuai dengan perintah Rabbnya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1: 341)

Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

سَمِعَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلاَمٍ، بِقُدُومِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهْوَ فِي أَرْضٍ يَخْتَرِفُ، فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي سَائِلُكَ عَنْ ثَلاَثٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا نَبِيٌّ: فَمَا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ؟، وَمَا أَوَّلُ طَعَامِ أَهْلِ الجَنَّةِ؟، وَمَا يَنْزِعُ الوَلَدُ إِلَى أَبِيهِ أَوْ إِلَى أُمِّهِ؟

“’Abdullah bin Salam mendengar kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ia langsung menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku bertanya kepadamu tentang tiga perkara. Tidak ada yang dapat menjawabnya kecuali seorang Nabi. Apakah tanda-tanda hari kiamat yang pertama kali terjadi? Apa yang pertama kali dimakan oleh penduduk surga? Dari mana seseorang dapat menyerupai bapaknya atau ibunya?’

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَخْبَرَنِي بِهِنَّ جِبْرِيلُ آنِفًا

“Jibril ‘alaihis salam baru saja memberiku kabar.”

‘Abdullah bertanya,

جِبْرِيلُ؟

“Jibril?”

Beliau menjawab,

نَعَمْ ، قَالَ: ذَاكَ عَدُوُّ اليَهُودِ مِنَ المَلاَئِكَةِ، فَقَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ: {مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ}

Iya, dia adalah malaikat yang dimusuhi Yahudi.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membacakan ayat (yang artinya), ”Katakanlah, ‘Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah.’” (HR. Bukhari no. 4480)

[Bersambung]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Catatan kaki:

Disarikan dari kitab Haqiqatul Malaikat karya Ahmad bin Muhammad bin Ash-Shadiq An-Najarhal. 38-42. Kutipan-kutipan dalam artikel di atas adalah melalui parantaraan kitab tersebut.

Sumber: https://muslim.or.id/69546-metode-beriman-kepada-malaikat-bag-3.html