Metode Dakwah untuk Orang Awam

Metode Dakwah untuk Orang Awam

Dakwah merupakan amalan yang agung di dalam Islam. Tidaklah setiap rasul yang diutus di muka bumi, melainkan mereka mengemban amanah yang mulia ini. Sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla,

۞ شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰٓى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِۗ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَا تَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِۗ اَللّٰهُ يَجْتَبِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يُّنِيْبُۗ وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ فَلِذٰلِكَ فَادْعُ ۚوَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَۚ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْۚ وَقُلْ اٰمَنْتُ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنْ كِتٰبٍۚ وَاُمِرْتُ لِاَعْدِلَ بَيْنَكُمْ ۗ اَللّٰهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۗ لَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْ ۗ لَاحُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ ۗ اَللّٰهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۚوَاِلَيْهِ الْمَصِيْرُ ۗ

Dia (Allah) telah mensyariatkan bagi kamu agama yang Dia wasiatkan (juga) kepada Nuh, yang telah Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), dan yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: ‘Tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya.’ Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki pada (agama)-Nya dan memberi petunjuk pada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).

Mereka (Ahlul kitab) tidak berpecah-belah, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (tentang kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Seandainya tidak karena suatu ketetapan yang telah terlebih dahulu ada dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Sesungguhnya orang-orang yang mewarisi kitab suci (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Nabi Muhammad) benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentangnya (Al-Qur’an) itu.

Oleh karena itu, serulah (mereka untuk beriman), tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Nabi Muhammad), dan janganlah mengikuti keinginan mereka. Katakanlah, ‘Aku beriman kepada kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagimu perbuatanmu. Tidak (perlu) ada pertengkaran di antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali.’” (QS. Asy-Syura: 13-15)

Begitu pun dalam firman Allah ‘Azza Wajalla,

لِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ نَاسِكُوْهُ فَلَا يُنَازِعُنَّكَ فِى الْاَمْرِ وَادْعُ اِلٰى رَبِّكَۗ اِنَّكَ لَعَلٰى هُدًى مُّسْتَقِيْمٍ وَاِنْ جَادَلُوْكَ فَقُلِ اللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ اَللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۗ اِنَّ ذٰلِكَ فِيْ كِتٰبٍۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ

Bagi setiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang (harus) mereka amalkan. Mereka sekali-kali tidak boleh membantahmu (Nabi Muhammad) dalam urusan (syariat) itu dan serulah (mereka) kepada Tuhanmu. Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) benar-benar berada di atas petunjuk yang lurus. Jika mereka membantahmu, katakanlah, ‘Allah lebih tahu tentang apa yang kamu kerjakan.’ Allah akan memutuskan di antara kamu pada hari Kiamat apa yang selalu kamu perselisihkan. Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Sesungguhnya hal itu sudah terdapat dalam Kitab (Lauhul mahfuz). Sesungguhnya yang demikian sangat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj: 67-70)

Syekh Abdurrahman As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan,

ولهذا أمر الله رسوله أن يدعو إلى ربه بالحكمة والموعظة الحسنة، ويمضي على ذلك، سواء اعترض المعترضون أم لا وأنه لا ينبغي أن يثنيك عن الدعوة شيء

Oleh karenanya, Allah memerintahkan Rasul-Nya agar menyeru manusia kepada Allah dengan cara hikmah dan nasihat yang baik. Dan biarkan apapun yang terjadi setelahnya. Entah orang-orang yang ingkar menolaknya atau tidak. Hendaknya semua hal yang terjadi di dalam dakwah ini tidak menggentarkanmu sedikit pun.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 545)

Dan berdakwah merupakan perbuatan yang mulia yang langsung dipuji oleh Allah ‘Azza Wajalla dalam Al-Qur’an,

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri).’?” (QS. Fusshilat: 33)

Syekh Abdurrahman As-Sa’diy rahimahullahu mengatakan,

لا أحد أحسن قولا. أي: كلامًا وطريقة، وحالة {مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ} بتعليم الجاهلين، ووعظ الغافلين والمعرضين، ومجادلة المبطلين، بالأمر بعبادة الله، بجميع أنواعها، والحث عليها، وتحسينها مهما أمكن، والزجر عما نهى الله عنه، وتقبيحه بكل طريق يوجب تركه، خصوصًا من هذه الدعوة إلى أصل دين الإسلام وتحسينه، ومجادلة أعدائه بالتي هي أحسن، والنهي عما يضاده من الكفر والشرك، والأمر بالمعروف، والنهي عن المنكر

Tidak ada yang lebih baik ucapan dan gerak-geriknya melebihi orang-orang yang menyeru manusia ke jalan Rabbnya dengan mengajarkan kepada mereka yang tidak tahu urusan agama, memperingatkan mereka yang lalai, mendebat mereka yang mengingkari, memerintahkan manusia dan memotivasi mereka untuk beribadah kepada Allah. Dan terus memperbaikinya tanpa lelah. Melarang dari berbuat yang dilarang Allah, berusaha menampakkan betapa buruknya perkara yang diharamkan Allah agar manusia meninggalkannya dan kembali ke jalan Islam. Serta mendebat musuh-musuh Islam dengan cara yang baik, melarang perbuatan-perbuatan yang berseberangan dengan nilai Islam, seperti kekufuran dan kesyirikan, mengajak kepada yang makruf, dan melarang dari kemungkaran.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 749)

Begitu pun disabdakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bahwa mengajak satu orang saja kepada kebaikan itu lebih baik dibandingkan kendaraan yang paling megah sekalipun,

فواللهِ لأنْ يهْدي اللهُ بك رجلًا واحدًا خيرٌ لك من أنْ يكونَ لك حُمرِ النعمِ

Demi Allah! Jika ada seseorang yang Allah berikan petunjuk dengan sebab engkau, niscaya itu lebih baik bagimu melebihi unta merah.” (HR. Muslim no. 2406)

Namun, tentu saja berdakwah tidak dengan sembarang cara. Terlebih kepada orang-orang awam yang belum banyak mengerti tentang masalah agama. Mengilmui kondisi mereka dan bagaimana cara mendakwahinya adalah salah satu hal yang wajib dikuasai oleh seorang dai. Sebagaimana dikatakan oleh Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu,

والبصيرة تكون فيما يدعو إليه بأن يكون الداعية عالماً بالحكم الشرعي، وفي كيفية الدعوة، وفي حال ‌المدعو

Termasuk di antara bashirah (kecakapan) seseorang dalam berdakwah adalah mengilmui tentang konten dakwah, yaitu hukum syar’i, tentang bagaimana cara berdakwah, dan tentang kondisi objek dakwah.” (Syarh Al-Ushul Al-Tsalatsah, hal. 22)

Lantas, bagaimana cara mendakwahi masyarakat yang masih awam kepada kebaikan? Syekh Rabi bin Hadi Al-Madkhali rahimahullahu pernah ditanya pertanyaan yang mirip dan beliau menjawab,

الله وضع لنا منهجاً للدعوة إلى إليه، الله قال لنبيه : { ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ } [النحل:١٢٥]

الدعوة إلى الله بالحكمة، والحكمة هي العلم والبيان والحجة فتدعو بالعلم وبالأخلاق الطيبة وبالرفق واللين، العامي وغير العامي، لكن العامي أكثر تقبلاً، وقد يقبل منك الحق بدون مجادلة، فإن احتاج إلى مجادلة، كان عنده شيء من المناعة، شيء من التعلق بالباطل فجادله بالتي هي أحسن : { وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (٣٤) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (٣٥) } [فصلت:٣٤-٣٥]، فما يعطى هذه الحكمة إلاّ ذو حظ عظيم .

Allah sudah menentukan tata cara untuk berdakwah kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla kepada Nabi-Nya,

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapatkan petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)

(Di dalam ayat ini disebutkan) bahwa berdakwah kepada Allah dilakukan dengan cara yang hikmah. Yang dimaksud hikmah adalah dakwah dengan disertai ilmu, akhlak yang terpuji, lemah lembut, baik untuk orang awam maupun yang tidak awam. Bahkan, seringkali yang awam lebih mudah menerima dibandingkan yang lainnya. Mereka akan menerima penjelasan darimu tanpa banyak mendebat.

Tetapi, jika memang butuh untuk diadakan debat, karena ada sedikit sanggahan dari mereka, karena kebiasaannya berinteraksi dengan kebatilan, maka debatlah mereka dengan cara yang baik. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْاۚ وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا ذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ

Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia. (Sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan, kecuali kepada orang-orang yang sabar; dan tidak (pula) dianugerahkan, kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fusshilat: 34-35)

Perhatikan, bahwa tidaklah Allah memberikan sikap hikmah dalam berdakwah ini, kecuali itulah pertanda bahwa dai tersebut telah mendapatkan keberuntungan yang teramat besar.” (Dikutip dari laman اقوال ومقالات الشيخ ربيع المدخلي)

Semoga Allah limpahkan ilmu dan akhlak yang baik kepada kita, sehingga orang awam tergerak mengamalkan kebaikan karena melihat contoh yang baik pula. Barakallahu fikum.

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/87704-metode-dakwah-untuk-orang-awam.html