Minoritas Muslim Lithuania: Sedikit Namun Menggigit (2)

Di bulan Ramadhan 1439 H ini,   menu buka puasa diberikan cuma-cuma oleh masjid untuk semua jama’ah yang hadir.Menunya khas Turki.  Dibuka dengan yoghurt,  lalu dilanjutkan makan nasi dengan daging sapi iris yang amat sedap.

Shalat tarawih di Islamic Cultural Center ini kendati bisa menampung sampai 6-7 shaf,  kenyataannya hanya dipadati 2-3 shaf saja,  di luar jamaah Muslimah yang shalat di ruang terpisah.  Imam-nya asal Turki. Jumlah raka’at ada 23 dan setiap 2 raka’at ada jama’ah yang membacakan do’a/ shalawat, mirip di masjid-masjid Indonesia.

Sepertiga jama’ah undur diri setelah raka’at ke -8 dan selebihnya melanjutkan tarawih dan witir hingga rakaat 23.    Karena saat ini sedang awal musim panas (summer) dan waktu Maghrib berkisar pukul 21.30 – 21.50,  maka shalat tarawih-pun  dimulai sekitar pukul 23.10 dan berakhir sekitar tengah malam.   Dan para jama’ah mesti bergegas santap sahur karena sekitar pukul 02.40-an waktu Subuh-pun tiba.

Jangan berharap bisa membeli makanan di warung sekitar juga seperti di Indonesia.  Karena untuk negeri sekecil Lithuania dengan penduduk hanya sebanyak Kota Jakarta Timur,  rata-rata restoran tutup menjelang pukul 8 malam. Itupun,  tak dijamin halal pula makanannya.

Kisah Desa 40 Tatars, Vilnius-Lithuania

Sekitar 20 kilometer dari downtown Vilnius ke arah barat daya, terdapat-lah desa minoritas Lithuanian (Muslim) Tatar, yang kerap disebut sebagai “Keturiasdesimt Totoriu Kaimas” atau Forty Tatars Village (English) atau Kirk atau Sorok Tatary (Belarus).

Berada di desa ini di akhir musim semi adalah luar biasa nyaman.Udara sejuk dan bersih, sejauh mata memandang hanya pemandangan hijau yang terhampar.Ladang, hutan, permukiman, semuanya hijau.

Ada sekitar 112 Lithuanian (Muslim) Tatar dari sekitar 500 penduduk di desa cantik yang berkontur berbukit ini.Dan mereka memang bukan satu-satunya komunitas Lithuanian Tatar di Lithuania.

Ada tujuh komunitas Lithuanian Tatar di seluruh Lithuania.Komunitas Lithuanian Tatar telah eksis sejak akhir abad ke 14, era Grand Duke Vytautas, penguasa Lithuania era kuno.

Menurut hikayat, Grand Duke ini yang membawa komunitas Tatar dari Semenanjung Crimea,  karena Crimean Tatar terkenal sebagai petarung yang tangguh dan setia kepada Grand Duke Vytautas.

Loyalitas komunitas Tatar terhadap Grand Duke Vytautas berbuah manis. Vytautas menghibahkan sejumlah tanah.Termasuk yang kini menjadi Forty Tatars Village.

Nama 40 Tatars Village ini memiliki legenda sendiri. Konon karena dulu ada seorang pria Tatar yang memiliki 4 istri, dan dari setiap istri ia memiliki 10 anak sehingga total semuanya ada 40 anak beranak dan membentuk komunitas Tatar di desa itu.  Benar atau salahnya kisah ini wallahua’lam,  namun legenda ini hidup di komunitas tersebut dan tercantum resmi dalam brosur desa mereka.

Salah satu jejak yang menunjukkan desa ini bersejarah panjang adalah sebuah masjid tua dari kayu yang berdiri sejak 1558. Masjid ini tidak luas, namun asri dan compact. Ruang shalat-nya bersegi empat dan bagian perempuan dan laki-laki dipisah.Ada balkon di lantai dua yang muat diisi dua shaf shalat jama’ah.

Uniknya masjid ini tak memiliki tempat wudhu maupun kamar mandi.Jadi, jama’ah harus sudah dalam keadaan berwudhu dan tak berhajat kecil maupun besar ketika datang ke masjid.

Lithuanian Tatar mayoritas adalah Sunni bermazhab Hanafi.Maka masjid 40 Tatars juga menuliskan nama-nya sebagai Masjid Sunni. Di sekitar masjid nampak banyak batu nisan tak bernama. Menandakan begitu banyak kuburan di sekitarnya yang juga sudah berusia sangat lama.

Menurut Mufti Lithuania, Romas Jakubauskas, ada dua pekuburan Muslim lain yang terletak di Desa 40 Tatars ini dan berada di luar pekarangan masjid.

Disamping batu nisan, ada juga satu prasasti yang bertanggal di tahun 1997 di pekarangan masjid. Prasasti ini menandakan bahwa areal desa dan tanah tempat dibangunnya masjid tersebut adalah pemberian dari Grand Duke Vytautas sejak abad 15, sebagai penghargaan Grand Duke terhadap loyalitas Lithuanian Tatar terhadap Grand Duchy of Lithuania.

Tak jauh dari masjid, berjarak 100 meter saja, di jalan yang bernama ‘Totoriu” alias “Jalan Tatar” dibangun Community Center Tatar sejak 2014. Rumah cantik satu lantai berhalaman ekstra luas yang dibangun atas dana pemerintah Lithuania ini sebenarnya bersifat sebagai ‘extention’ dari masjid. Karena di dalamnya, ada ruangan meeting, ruangan diskusi, dapur, toilet, dan fasilitas lain yang amat mendukung aktifitas Muslim Tatar.

Pemimpin komunitas Tatar di 40 Tatars adalah Fathimah, seorang sister berusia lanjut yang amat bersemangat.Walau tak sangat lancar berbahasa Inggris, Sister Fathimah amat bersemangat menjelaskan kegiatan komunitas-nya.Alhamdulillah di community centertersebut diperlengkapi dengan sejumlah foto-foto berpigura yang sebagian juga berusia sangat tua.“Kami mengadakan banyak kegiatan disini, pendidikan informal bagi anak-anak, juga bayram (festival) seperti Idul Adha dan Idul Fitri. Akan banyak orang berkumpul dan makan bersama disini ketika bayram, “ ujar Sister Fathimah.

Komunitas ini memang amat sedikit, tapi amat menggigit, tetap bertahan di tengah keterpencilan dan keterasingan. “Saya belum pernah haji ataupun umrah, saya amat merindukan bisa berjumpa dengan komunitas Muslim di negara-negara lain…” tutur Sister Fathimah, sebelum kami berpisah.* (BERSAMBUNG)

 

HIDAYATULAH