Muharram 1442: Spirit Hijrah di Masa Pandemi

Memasuki tahun 1442 Hijriyah, yang sarat dengan spirit hijrah tetaplah terus diingat meskipun saat ini kita berada di masa pandemi. Jadikan Muharram kali ini sebagai Spirit Hijrah di Masa Pandemi.

Marilah kita terus berupaya meningkatkan syukur dan taqwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh di seluruh satuan waktu dan di setiap kesempatan, nikmat Allah selalu membersamai kita. Dalam kondisi saat ini, dipanjangkan-Nya usia kita adalah nikmat besar. Disehatkan-Nya fisik kita adalah nikmat besar. Dan yang paling besar di antara nikmat-nikmat besar adalah ketika Dia menjaga kita sehingga iman tetap bersemayam dalam jiwa kita.

Spirit Hijrah dalam Kalender Hijriyah

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Awalnya umat Islam tidak memiliki angka tahun. Di masa Rasulullah, tahun-tahun dinamakan sesuai peristiwa besar yang terjadi di dalamnya. Misalnya tahun gajah, karena di tahun itu ada pasukan gajah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah. Ada yang disebut tahun fijar karena di dalamnya terjadi Perang Fijar. Ada tahun nubuwah karena di tahun itu Rasulullah menerima wahyu.

Tidak adanya bilangan tahun memunculkan masalah baru, khususnya dalam administrasi pemerintahan Islam yang semakin maju. Maka Amirul Mukminin Umar bin Khattab mengumpulkan para sahabat lainnya untuk menetapkan tahun penanggalan Islam.

Ada yang mengusulkan mengikuti tahun Romawi, tetapi usulan ini ditolak mentah-mentah. Para sahabat kemudian mengusulkan empat peristiwa sebagai tahun pertama dalam kalender Islam. Pertama, kalender Islam dimulai dari tahun kelahiran Rasulullah. Kedua, kalender Islam dimulai dari tahun nubuwwah. Ketiga, kalender Islam dimulai dari tahun hijrah. Dan keempat, kalender Islam dimulai dari tahun wafatnya Rasulullah.

Usulan pertama dan ketiga tidak diambil. Alasan terbesarnya, baik kelahiran maupun tahun nubuwah, keduanya adalah semata-mata anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tak ada upaya atau perjuangan manusia (juhud basyari) sama sekali. Usulan keempat juga tidak diambil. Sebab dikhawatirkan mengulang suasana duka jika wafatnya Rasulullah dijadikan tahun pertama kalender Islam.

Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu mengusulkan kalender Islam dimulai dari tahun hijrah ke Madinah. Banyak alasannya. Hijrah adalah dimulainya peradaban baru Islam. Hijrah adalah perubahan umat Islam dari yang semula tertindas di Makkah menjadi kekuatan di Madinah. Dan berbeda dengan kelahiran dan nubuwah Rasulullah yang sama sekali tak ada upaya manusiawi, hijrah merupakan perjuangan besar umat Islam yang dipenuhi dengan banyak sejarah pengorbanan (tadhiyah).

Maka ditetapkanlah tahun hijrah sebagai tahun pertama kalender Islam. Dan karenanya, penanggalan ini disebut sebagai kalender hijriyah. Spiritnya adalah spirit hijrah.

Makna Hijrah

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,
Secara khusus, hijrah yang menjadi dasar penentuan tahun pertama kalender hijriyah adalah perpindahan para sahabat dari Makkah ke Madinah. Perpindahan tempat dalam rangka menyelamatkan dan memperjuangkan agama. Hijrah makaniyah.

Namun hakikat hijrah jauh lebih luas dari itu. Ia bisa dilakukan oleh siapapun dan di manapun. Hijrah maknawiyah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah.” (HR. Bukhari)

Hijrah maknawiyah inilah yang harus menjadi spirit dalam momentum tahun baru hijriyah. Kita meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hijrah dari syirik menuju tauhid. Hijrah dari kebathilan menuju kebenaran. Hijrah dari kemaksiatan menuju ketaatan. Hijrah dari kezaliman menuju keadilan. Hijrah dari yang haram menuju yang halal. Hijrah dari keburukan menuju kebaikan.

Spirit Hijrah di Masa Pandemi

Ma’asyiral muslimin haadakumullah,
Spirit hijrah tak pernah lekang di makan waktu. Ia senantiasa relevan di setiap masa. Termasuk di masa pandemi seperti saat ini. Justru ketika begitu banyak kematian datang tiba-tiba, saatnya bagi kita untuk hijrah dengan segera. Hijrah dalam makna yang seluas-luasnya. Sehingga kita berubah dari buruk menjadi baik dan dari baik menjadi lebih baik.

Spirit hijrah harus ada mulai dari hal yang paling fundamental dalam diri kita. Yakni keyakinan, keimanan. Jika selama ini masih ada keraguan dalam keimanan kita, maka kita harus memiliki spirit hijrah sehingga iman kita kepada Allah benar-benar iman yang kuat. Iman yang menancap di hati. Dibuktikan dalam sikap dan perbuatan. Mewujud dalam perjuangan dan pengorbanan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al Hujurat: 15)

Keyakinan kita terhadap akhirat harus semakin kuat. Apalagi di masa pandemi kita dihadapkan pada fakta banyaknya teman dan tetangga yang tiba-tiba meninggal dunia. Baik terpapar virus corona maupun sakit lainnya. Keyakinan kita lantas membuahkan spirit hijrah berikutnya. Yakni kita berusaha semakin mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka kita pun memperbaiki shalat kita. Memperbaiki dzikir dan doa-doa kita. Memperbaiki tilawah kita. Memperbaiki puasa dan infaq kita. Pendek kata, spirit hijrah harus membuat ibadah kita lebih baik, lebih khusyu’ lebih taqarrub ilallah.

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah… (QS. Al Hadid: 16)

Spirit hijrah juga harus mewarnai akhlak kita. Di masa pandemi seperti ini, alangkah banyaknya orang yang tiba-tiba berpisah dengan keluarganya. Berpisah dengan kerabatnya. Berpisah dengan tetangganya. Berpisah dengan teman-temannya. Karena meninggal dunia.

Maka selagi kesempatan masih ada, perbaiki hubungan kita dengan keluarga. Perbaiki hubungan dengan kerabat dan handai taulan. Perbaiki hubungan dengan tetangga dan teman.

Spirit hijrah juga harus mewarnai semangat dan gaya hidup kita. Pandemi ini membawa dampak yang luas. Tak hanya kesehatan, tetapi juga ekonomi, sosial dan pendidikan. Maka spirit hijrah membuat kita lebih menjaga kebersihan dan kesehatan. Spirit hijrah mewujud dalam gaya hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Spirit hijrah mewujud dalam semangat pantang menyerah. Spirit hijrah mewujud dalam menyempurnakan ikhtiar demi mencapai karunia dan barokah-Nya.

Kita yakin, dengan menyempurnakan ikhtiar dan senantiasa bertawakal, pandemi akan segera berlalu. Kesulitan akan berganti dengan kemudahan.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا . إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyirah: 5-6)

أَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْاللَّهَ الْعَظِيْمِ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Meskipun kita tidak mendapat kesempatan hijrah makaniyah sebagaimana para sahabat yang hijrah dari Makkah ke Madinah, semoga dengan hijrah maknawiyah kita mendapat keutamaan yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 218)

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. Surat At-Taubah: 20)

Sumber: BERSAMADAKWAH