Ucapan Selamat Tahun Baru Hijriyah, Bolehkah?

Bismillahirrahmanirrahim

Ucapan selamat dalam bahasa fikih disebut at-tahni-ah (التهنئة) yang kemudian melebur ke dalam bahasa Melayu menjadi tahniyah. Dari penjelasan para ulama tentang tahni-ah, dapat kami simpulkan berikut:

Pertama, tahni-ah seorang berupa respon baik atas hal-hal mubah yang didapat saudaranya.

Seperti ucapan selamat atas kelahiran anak, pernikahan, kelulusan sekolah, selamat dari musibah, usaha sukses dll.

Alasan dibolehkan karena tergolong perkara adat bukan ibadah.

Bahkan bisa beralih menjadi dianjurkan karena dapat membuat saudara kita bahagia. Sebagaimana keterangan dalam situs ilmiah dorar.net berikut,

فهذه من الأمور العادية المباحة التي لا حرَجَ فيها، ولعلَّ صاحبها يُؤجَر عليها؛ لإدخالِه السرورَ على أخيه المسلمِ، فالمباح – كما قال شيخُ الإسلام ابنُ تيميَّة: (بالنيَّة الحَسنة يكون خيرًا، وبالنيَّة السيِّئة يكون شرًّا)؛ فالتهنئةُ بهذه الأمورِ تَدورُ بين الإباحةِ والاستحباب.

“Ucapan-ucapan selamat seperti ini masuk katagori mubah, tidak mengapa dilakukan. Bahkan orang yang melakukan bisa mendapatkan pahala, karena ia telah memasukkan rasa bahagia ke hati saudaranya semuslim. Karena segala amalan yang mubah itu seperti kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Bisa menjadi pahala jika diniatkan berbuat baik, bisa menjadi dosa jika diniatkan berbuat buruk.” Jadi, hukum ucapan selamat yang seperti ini, berkisar antara mubah dan anjuran (mustahab).”

Kedua, tahni-ah atas tibanya waktu tertentu.

Seperti tahun baru, bulan baru, hari tertentu atau hari raya. Hukumnya terbagi menjadi 3:

1. Boleh

Yaitu ucapan selamat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Karena ada dasarnya dari riwayat-riwayat para sahabat dan ulama salafus sholih.

2. Dilarang

Yaitu ucapan selamat yang mengandung tasyabuh (keserupaan) dengan orang kafir, seperti selamat ulang tahun, selamat tahun baru (masehi), apalagi selamat hari raya orang-orang kafir.

3. Diperdebatkan kebolehannya

Yaitu ucapan selamat tahun baru Islam/hijriyah.

Perbedaan pendapat terkait ucapan tahun baru Islam

Ada ulama yang mengatakan:

1. boleh, karena ini masuk ke ranah adat (budaya) bukan ibadah, sehingga hukum asalnya boleh. Selain itu juga ada amal ibadah memasukkan bahagia ke hati seorang muslim.

Diantara ulama yang memegang pendapat ini adalah Syekh Abdul Karim Al-Khudhoir.

2. tidak boleh, karena ada unsur menyerupai kaum kafir, ciri khas mereka suka mengucapkan selamat tahun baru. Selain itu juga masuk ke ranah bidah karena tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan sahabat, padahal sebabnya ada di zaman beliau dan tidak ada penghalang untuk melakukannya.

Diantara yang berpendapat ini adalah Syekh Sholih Al Fauzan dan Syekh Ali bin Abdul Qodir Assegaf (pengasuh situs Ilmiyah dorar.net) –hafidzohumallah

3. boleh merespon saja, tidak mengawali.

Diantara yang berpendapat ini adalah Syekh Abdul Aziz bin Baz dan Syekh Sholih Al Utsaimin –rahimahumallah-.

Kami condong kepada pendapat yang ketiga ini; yaitu tidak mengawali ucapan selamat tahun baru Islam namun tetap merespon baik orang yang mengucapkan selamat tahun baru Islam kepada kita. Alasannya karena pendapat ini pertengahan/moderat antara kubu yang melarang dan yang membolehkan.

Karena memang riilnya tidak ada dalil yang melarang tahni-ah seperti ini, tidak pula ada dalil yang memerintahkan. Sebagaimana penjelasan Syekh Abdul Karim Al-Khudhoir saat menukil pernyataan Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah,

لا ابتدئ بالتهنئة فإن ابتدأني أحد أجبته

“Aku tidak memulai tahni-ah, tapi jika ada orang yang mengucapkan tahni-ah kepadaku, maka akan aku respon baik.”

Syekh lalu menjelaskan,

لأن جواب التحية واجب وأما الابتداء بالتهنئة فليس سنة مأمورا بها ولا هو أيضا مما نهي عنه

“Karena menjawab ucapan selamat itu kewajiban. Adapun memulai ucapan selamat (tahun baru), bukan termasuk sunah yang diperintahkan, namun bukan pula termasuk perbuatan yang dilarang” (Islamqa.info).

Sehingga sebagai respon untuk kubu yang melarang; yang argumen mereka juga sangat layak dipertimbangkan: kita tidak mengawali ucapan selamat tahun baru.

Kemudian respon terhadap kubu yang membolehkan yang argumen mereka juga kuat: jika ada yang mengucapkan selamat tahun baru, kita respon baik.

Alasan mengapa harus merespon baik

Alasan mengapa harus merespon dengan baik, diantara karena:

Pertama, mengamalkan ayat,

وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٖ فَحَيُّواْ بِأَحۡسَنَ مِنۡهَآ أَوۡ رُدُّوهَآۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ حَسِيبًا

“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. An-Nisa: 86).

Kedua, Islam tidak melarang ucapan selamat secara mutlak: Nabi pernah mengucapkan selamat atas tibanya Ramadhan, sahabat Tholhah bin Ubaidillah pernah menyampaikan ucapan selamat kepada sahabat Ka’ab bin Malik di hadapan Nabi, namun Nabi Shalallahu alaihi wasallam tidak mengingkari.

Ketiga, ada unsur amalan berpahala besar berupa memasukan kebahagiaan ke dalam hati seorang muslim (jika diniatkan mengharap pahala itu).

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda,

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

“Orang yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada manusia. Dan amalan yang paling dicintai Allah adalah memasukkan rasa bahagia kedalam hati seorang muslim, mengangkat kesusahan orang lain, membayarkan hutangnya atau menyelamatkannya dari rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ no. 176).

Demikian paparan yang kami sampaikan berdasarkan pada keterbatasan ilmu yang sampai kepada kami, semoga Allah memaafkan kesalahan kami dan menerima tulisan ini sebagai pahala di akhirat.

Wallahua’lam bis showab.

Penulis: Ahmad Anshori

Sumber: https://muslim.or.id/67998-ucapan-selamat-tahun-baru-hijriyah-bolehkah.html

Amalan Doa dari Tanggal 1 Hingga 10 Muharram

Dalam kitab Kanzun Najah Was Surur, Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali menyebutkan bahwa terdapat satu doa yang dianjurkan untuk dibaca setiap hari sejak tanggal 1 hingga 10 Muharram. Doa ini dibaca sebanyak 3 kali dalam sehari. Disebutkan bahwa siapa saja yang membaca doa ini, maka dia akan dilindungi keburukan setan selama setahun.

Doa yang dimaksud adalah sebagai berikut;

اللهم إِنَّكَ قَدِيْمٌ وَهٰذَا الْعَامُ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، وَسَنَةٌ جَدِيْدَةٌ قَدْ أَقْبَلَتْ، نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَنَسْتَكْفِيْكَ فَوَاتَهَا وَشُغْلَهَا، فَارْزُقْنَا الْعِصْمَةَ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، اللهم إِنَّكَ سَلَطْتَ عَلَيْنَا عَدُوًّا بَصِيْرًا بِعُيُوْبِنَا، وَمُطَّلِعًا عَلَى عَوْرَاتِنَا، مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْنَا وَمِنْ خَلْفِنَا، وَعَنْ أَيْمَانِنَا وَعَنْ شَمَائِلِنَا، يَرَانَا هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا نَرَاهُمْ، اللهم آيِسْهُ مِنَّا كَمَا آيَسْتَهُ مِنْ رَحْمَتِكَ، وَقَنِّطْهُ مِنَّا كَمَا قَنَّطْتَهُ مِنْ عَفْوِكَ، وَبَاعِدْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُ كَمَا حُلْتَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَغْفِرَتِكَ، إِنَّكَ قَادِرٌ عَلَى ذٰلِكَ، وَأَنْتَ الْفَعَّالُ لِمَا تُرِيْدُ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Ya Allah, Engkau Maha Qadim, dan ini adalah tahun baru, tahun baru telah menjelang, kami memohon segala kebaikan-kebaikan tahun ini, dan kami mohon perlindungan dari segala keburukan-keburukan tahun ini. Kami mencukupkan diri dengan Engkau atas kehilangan atau kesibukan tahun ini, maka berilah kami rizki penjagaan dari setan yang terkutuk. Ya Allah, Engkau menguasakan untuk kami setan sebagai musuh bagi kami. Mereka dapat melihat aib kami, dan menyaksikan aurat kami dari depan, belakang, kanan dan kiri, mereka dan golongannya dapat melihat kami sementara kami tidak dapat melihat mereka.

Ya Allah, putus asakan mereka atas kami sebagaimana Engkau putus asakan mereka dari rahmat-Mu. Ya Allah, cegahlah mereka dari kami sebagaimana Engkau mencegah mereka dari pengampunan-Mu. Jauhkan mereka dari kami sebagaimana Engkau menghalang-halangi mereka dari pengampunan-Mu. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang berkuasa untuk itu, Engkau Maha berbuat atas segala yang Engkau kehendaki. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat atas junjungan kami Nabi Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya, dan semoga Dia memberi keselamatan.

BINCANG SYARIAH

Anjuran dan Manfaat Membaca Surah Al-Mulk di Awal Tahun Hijriah

Ketika memasuki awal bulan hijriah, yaitu tanggal 1 Muharram, selain dianjurkan untuk membaca doa awal tahun, kita juga dianjurkan untuk membaca surah Al-Mulk atau surah Tabarak. Menurut para ulama, membaca surah Al-Mulk di awal tahun hijriah hukumnya adalah mustahab atau dianjurkan.

Terdapat beberapa alasan yang dikemukakan para ulama mengenai anjuran dan manfaat membaca surah Al-Mulk di awal tahun hijriah. Di antaranya adalah karena surah Al-Mulk disebut sebagai surah Al-Munjiyah dan Al-Waqiyah, atau surah penyelamat dan pencegah. Dengan membaca surah Al-Mulk di awal tahun hijriah, diharapkan pembacanya bisa selamat dari semua bentuk fitnah, bencana dan keburukan selama setahun, sebagaimana nanti ia diharapkan selamat dan tercegah dari siksa kubur.

Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Tirmidzi berikut;

عن ابن عباس في تسمية سورة الملك بالواقية والمنجية قال رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم : هي المانعة هي المنجية تنجيه من عذاب القبر

Dari Ibnu Abbas tentang penamaan surah Al-Mulk dengan nama Al-Waqiyah dan Al-Munjiyah. Rasulullah Saw bersabda; Surah Al-Mulk adalah surah pencegah, ia adalah surah penyelamat yang dapat menyelamatkan (pembacanya) dari siksa kubur.

Selain itu, menurut sebagian ulama, surah Al-Mulk tidak hanya dianjurkan dibaca setiap awal tahun hijrah atau awal bulan Muharram, melainkan juga dianjurkan dibaca setiap awal bulan. Ini karena jumlah ayat surah Al-Mulk sama dengan jumlah hari dalam sebulan, yaitu 30 ayat. Karena kesamaan ini, maka hendaknya setiap awal bulan hendaknya membaca surah Al-Mulk, terutama awal bulan Muharram. Harapannya agar selama satu bulan pembacanya bisa mendapat ampunan dan pertolongan dari Allah.

Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Ahmad, dari Abu Hurairah bahwa Nabi Saw bersabda;

إِنَّ سُوْرَةً فِى الْقُرْآنِ ثَلاَثِيْنَ آيَةً شَفَعَتْ لِصَاحِبِهَا غُفِرَ لَهُ تَبَارَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُ

Sesungguhnya terdapat satu surah dalam Al-Quran yang memiliki 30 ayat, yang memberikan syafaat pada pembacanya, ia diampuni, yaitu surah Tabaarokal ladzii biyadihil mulk.

BINCANG SYARIAH

Awal Tahun, Waktunya Koreksi Diri!

Allah Swt Berfirman :

يَوۡمَئِذٖ يَصۡدُرُ ٱلنَّاسُ أَشۡتَاتٗا لِّيُرَوۡاْ أَعۡمَٰلَهُمۡ

“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya.” (QS.Az-Zalzalah:6)

Ayat ini menjelaskan bahwa kita semua kelak akan dibangkitkan di Hari Kiamat. Dan di hari itu semua amal perbuatan kita dari yang terkecil hingga yang terbesar akan ditampakkan dan di hadirkan.

Bila kita tengok ayat lain, kita dapati pula bahwa manusia kelak hanya akan mendapati hasil dari amal perbuatannya.

وَأَن لَّيۡسَ لِلۡإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ – وَأَنَّ سَعۡيَهُۥ سَوۡفَ يُرَىٰ

“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).” (QS.An-Najm:39-40)

وَوَجَدُواْ مَا عَمِلُواْ حَاضِرٗاۗ

“an mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.Al-Kahfi:49)

Sekecil apapun perbuatan itu, kelak kita pasti akan menemuinya. Tak hanya itu, semua amal perbuatan akan di pertontonkan dan dinampakkan oleh Allah Swt.

Karenanya, jangan pernah kita meremehkan perbuatan buruk sekecil apapun dan jangan pula meremehkan kebaikan sekecil apapun. Karena pasti kelak kita akan bertemu dengannya.

Yang kecil atau besar menurut kita belum tentu sama di sisi Allah Swt. Bisa saja hal yang menurut kita kecil tapi di sisi Allah hal itu sangatlah besar. Dan begitu juga sebaliknya.

Ingatlah bahwa perbuatan sekecil dzarrah pun akan ditampakkan !

فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ – وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ

“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS.Az-Zalzalah:7)

Maka setelah kita meninggalkan tahun 1441 dan memasuki tahun 1442. Awal-awal tahun ini adalah momen penting untuk kita koreksi diri. Karena hari ini harus lebih baik dari kemarin dan tahun ini harus lebih baik dari tahun kemarin.

Tugas kita hanya melakukan yang terbaik, apapun posisi kita sekarang dan bagaimanapun kondisi kita saat ini. Telah tiba waktunya untuk kita memperbanyak investasi untuk akhirat. Agar ketika kita berjumpa dengan Allah dan diperlihatkan amal nanti, kita akan tergolong sebagai orang-orang yang tersenyum gembira melihat amal-amalan yang dipertontonkan dihadapan kita.

Semoga Bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

————————————

Miliki Jam Masjid dan wakafkan untuk Masjid dan Musholah di sekitar Anda,…


Muharram 1442: Spirit Hijrah di Masa Pandemi

Memasuki tahun 1442 Hijriyah, yang sarat dengan spirit hijrah tetaplah terus diingat meskipun saat ini kita berada di masa pandemi. Jadikan Muharram kali ini sebagai Spirit Hijrah di Masa Pandemi.

Marilah kita terus berupaya meningkatkan syukur dan taqwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh di seluruh satuan waktu dan di setiap kesempatan, nikmat Allah selalu membersamai kita. Dalam kondisi saat ini, dipanjangkan-Nya usia kita adalah nikmat besar. Disehatkan-Nya fisik kita adalah nikmat besar. Dan yang paling besar di antara nikmat-nikmat besar adalah ketika Dia menjaga kita sehingga iman tetap bersemayam dalam jiwa kita.

Spirit Hijrah dalam Kalender Hijriyah

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Awalnya umat Islam tidak memiliki angka tahun. Di masa Rasulullah, tahun-tahun dinamakan sesuai peristiwa besar yang terjadi di dalamnya. Misalnya tahun gajah, karena di tahun itu ada pasukan gajah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah. Ada yang disebut tahun fijar karena di dalamnya terjadi Perang Fijar. Ada tahun nubuwah karena di tahun itu Rasulullah menerima wahyu.

Tidak adanya bilangan tahun memunculkan masalah baru, khususnya dalam administrasi pemerintahan Islam yang semakin maju. Maka Amirul Mukminin Umar bin Khattab mengumpulkan para sahabat lainnya untuk menetapkan tahun penanggalan Islam.

Ada yang mengusulkan mengikuti tahun Romawi, tetapi usulan ini ditolak mentah-mentah. Para sahabat kemudian mengusulkan empat peristiwa sebagai tahun pertama dalam kalender Islam. Pertama, kalender Islam dimulai dari tahun kelahiran Rasulullah. Kedua, kalender Islam dimulai dari tahun nubuwwah. Ketiga, kalender Islam dimulai dari tahun hijrah. Dan keempat, kalender Islam dimulai dari tahun wafatnya Rasulullah.

Usulan pertama dan ketiga tidak diambil. Alasan terbesarnya, baik kelahiran maupun tahun nubuwah, keduanya adalah semata-mata anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tak ada upaya atau perjuangan manusia (juhud basyari) sama sekali. Usulan keempat juga tidak diambil. Sebab dikhawatirkan mengulang suasana duka jika wafatnya Rasulullah dijadikan tahun pertama kalender Islam.

Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu mengusulkan kalender Islam dimulai dari tahun hijrah ke Madinah. Banyak alasannya. Hijrah adalah dimulainya peradaban baru Islam. Hijrah adalah perubahan umat Islam dari yang semula tertindas di Makkah menjadi kekuatan di Madinah. Dan berbeda dengan kelahiran dan nubuwah Rasulullah yang sama sekali tak ada upaya manusiawi, hijrah merupakan perjuangan besar umat Islam yang dipenuhi dengan banyak sejarah pengorbanan (tadhiyah).

Maka ditetapkanlah tahun hijrah sebagai tahun pertama kalender Islam. Dan karenanya, penanggalan ini disebut sebagai kalender hijriyah. Spiritnya adalah spirit hijrah.

Makna Hijrah

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,
Secara khusus, hijrah yang menjadi dasar penentuan tahun pertama kalender hijriyah adalah perpindahan para sahabat dari Makkah ke Madinah. Perpindahan tempat dalam rangka menyelamatkan dan memperjuangkan agama. Hijrah makaniyah.

Namun hakikat hijrah jauh lebih luas dari itu. Ia bisa dilakukan oleh siapapun dan di manapun. Hijrah maknawiyah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah.” (HR. Bukhari)

Hijrah maknawiyah inilah yang harus menjadi spirit dalam momentum tahun baru hijriyah. Kita meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hijrah dari syirik menuju tauhid. Hijrah dari kebathilan menuju kebenaran. Hijrah dari kemaksiatan menuju ketaatan. Hijrah dari kezaliman menuju keadilan. Hijrah dari yang haram menuju yang halal. Hijrah dari keburukan menuju kebaikan.

Spirit Hijrah di Masa Pandemi

Ma’asyiral muslimin haadakumullah,
Spirit hijrah tak pernah lekang di makan waktu. Ia senantiasa relevan di setiap masa. Termasuk di masa pandemi seperti saat ini. Justru ketika begitu banyak kematian datang tiba-tiba, saatnya bagi kita untuk hijrah dengan segera. Hijrah dalam makna yang seluas-luasnya. Sehingga kita berubah dari buruk menjadi baik dan dari baik menjadi lebih baik.

Spirit hijrah harus ada mulai dari hal yang paling fundamental dalam diri kita. Yakni keyakinan, keimanan. Jika selama ini masih ada keraguan dalam keimanan kita, maka kita harus memiliki spirit hijrah sehingga iman kita kepada Allah benar-benar iman yang kuat. Iman yang menancap di hati. Dibuktikan dalam sikap dan perbuatan. Mewujud dalam perjuangan dan pengorbanan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al Hujurat: 15)

Keyakinan kita terhadap akhirat harus semakin kuat. Apalagi di masa pandemi kita dihadapkan pada fakta banyaknya teman dan tetangga yang tiba-tiba meninggal dunia. Baik terpapar virus corona maupun sakit lainnya. Keyakinan kita lantas membuahkan spirit hijrah berikutnya. Yakni kita berusaha semakin mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka kita pun memperbaiki shalat kita. Memperbaiki dzikir dan doa-doa kita. Memperbaiki tilawah kita. Memperbaiki puasa dan infaq kita. Pendek kata, spirit hijrah harus membuat ibadah kita lebih baik, lebih khusyu’ lebih taqarrub ilallah.

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah… (QS. Al Hadid: 16)

Spirit hijrah juga harus mewarnai akhlak kita. Di masa pandemi seperti ini, alangkah banyaknya orang yang tiba-tiba berpisah dengan keluarganya. Berpisah dengan kerabatnya. Berpisah dengan tetangganya. Berpisah dengan teman-temannya. Karena meninggal dunia.

Maka selagi kesempatan masih ada, perbaiki hubungan kita dengan keluarga. Perbaiki hubungan dengan kerabat dan handai taulan. Perbaiki hubungan dengan tetangga dan teman.

Spirit hijrah juga harus mewarnai semangat dan gaya hidup kita. Pandemi ini membawa dampak yang luas. Tak hanya kesehatan, tetapi juga ekonomi, sosial dan pendidikan. Maka spirit hijrah membuat kita lebih menjaga kebersihan dan kesehatan. Spirit hijrah mewujud dalam gaya hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Spirit hijrah mewujud dalam semangat pantang menyerah. Spirit hijrah mewujud dalam menyempurnakan ikhtiar demi mencapai karunia dan barokah-Nya.

Kita yakin, dengan menyempurnakan ikhtiar dan senantiasa bertawakal, pandemi akan segera berlalu. Kesulitan akan berganti dengan kemudahan.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا . إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyirah: 5-6)

أَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْاللَّهَ الْعَظِيْمِ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Meskipun kita tidak mendapat kesempatan hijrah makaniyah sebagaimana para sahabat yang hijrah dari Makkah ke Madinah, semoga dengan hijrah maknawiyah kita mendapat keutamaan yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 218)

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. Surat At-Taubah: 20)

Sumber: BERSAMADAKWAH

Doa Awal Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1442 H

Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 H yang jatuh pada hari Kamis (20/8/2020), umat muslim dianjurkan untuk membaca doa awal tahun. Berikut ini bacaan doa awal Tahun Baru Islam yang dapat kalian amalkan.

Sebelum membaca doa awal tahun ini kalian perlu memperhatikan waktu yang tepat untuk melafalkannya.

Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 H memang jatuh pada hari Kamis (20/8). Tapi doa awal dan akhir tahun akan tepat dibaca saat hari terakhir pergantian tahun dalam kalender Hijriah.

Artinya, pada Rabu, 19 Agustus 2020 setelah memasuki waktu maghrib, umat Islam dianjurkan untuk membaca doa pada awal tahun.

Doa awal tahun ini dibaca sebanyak tiga kali setelah melakukan salat Maghrib pada malam 1 Muharram.

Intinya, doa awal tahun hijriah mengandung harapan yang akan dicapai atau diinginkan untuk satu tahun ke depan. Selain itu, doa tersebut juga berisi permohonan perlindungan dari Allah SWT.

Berikut bacaan doa awal tahun untuk menyambut Tahun Baru Islam:

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.

Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam.

Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul- awwalu, wa ‘alaa fadhlikal-’azhimi wujuudikal-mu’awwali, wa haadza ‘aamun jadidun qad aqbala ilaina nas’alukal ‘ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa’ihi wa junuudihi wal’auna ‘alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu’i wal-isytighaala bimaa yuqarribuni ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin, wa sallallaahu ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa shahbihii wa sallam

Artinya:

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Semoga Allah tetap melimpahkan rahmat dan salam (belas kasihan dan kesejahteraan) kepada junjungan dan penghulu kita Muhammad beserta keluarga dan sahabat Beliau.

Ya Allah! Engkau Dzat Yang Kekal, yang tanpa Permulaan, Yang Awal (Pertama) dan atas kemurahan-Mu yang agung dan kedermawanan-Mu yang selalu berlebih, ini adalah tahun baru telah tiba: kami mohon kepada-Mu pada tahun ini agar terhindar (terjaga) dari godaan syetan dan semua temannya serta bala tentara (pasukannya), dan (kami mohon) pertolongan dari godaan nafsu yang selalu memerintahkan (mendorong) berbuat kejahatan, serta (kami mohon) agar kami disibukkan dengan segala yang mendekatkan diriku kepada-Mu dengan sedekat-dekatnya.

Wahai Dzat Yang Maha Luhur lagi Mulia, wahai Dzat Yang Maha Belas Kasih!

Kontributor : Muhammad Zuhdi Hidayat

SUARA


Beda Kalender Hijriyah dan Masehi

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin menjelaskan perbedaan antara bulan Hijriyah dan Masehi. Menurutnya, keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan.

Tahun Masehi didasarkan pada peredaran bumi mengitari matahari dan hari didefinisikan berdasarkan posisi matahari. Ia mengatakan, tahun masehi sangat berguna untuk kegiatan-kegiatan yang berbasis pada musim.

Misalnya terkait pertanian, pelayaran, dan aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan musim, yaitu perayaan. “Kalau suatu perayaan, kalau memperhitungkan musim harus menggunakan kalender musim,” ujarnya menjelaskan.

Sementara, kalender Hijriyah, lanjutnya, yaitu didasarkan peredaran bulan mengitari bumi. Keuntungannya adalah setiap perubahan dari hari ke hari dapat diketahui.

Perubahan tersebut dapat diketahui dari bentuk dan posisi bulan.

Ia mengungkapkan, kalender berbasis bulan tidak hanya digunakan oleh umat Islam, tetapi juga bagi agama- agama lain. Contohnya, agama Hindu untuk menentukan hari raya Nyepi yang berdasarkan bulan mati. Kemudian, Waisak bagi umat Buddha berdasarkan bulan purnama.

Ia juga menjelaskan, penyebab sering tidak tepat antara kalender Masehi dan Hijriyah setiap tahunnya. Menurut Thomas, perbedaan tersebut disebabkan oleh panjang tahun dari kedua kalender tersebut yang berbeda.

Dalam kalender Masehi, kata Thomas, peredaran bumi mengitari matahari rata-rata selama 365,24, 22 hari sehingga, dibulatkan menjadi 365,24,25 hari. Sedangkan, kalender Hijriyah satu bulannya, yaitu 29,53 hari. Jika dikalikan 12 dalam satu tahun, sekitar 354 hari.

“Jadi, ada perbedaan sekitar 11 hari,” kata dia.

 

REPUBLIKA