Nafsu Politik Menghalalkan Segala Cara, Bahkan Merusak Persaudaraan; Kisah Tragis dalam Sejarah Politik Islam

Nafsu Politik Menghalalkan Segala Cara, Bahkan Merusak Persaudaraan; Kisah Tragis dalam Sejarah Politik Islam

Musim politik telah melanda negeri ini. Hingar bingar para kontestan politik telah membahana. Baliho, famplet dan konten media sosial bertebaran untuk mendukung para kontestan. Tentu saja, kita sambut pesta demokrasi dengan sebaik-baiknya dan sedewasa mungkin.

Para politisi harus memberikan teladan yang baik bagi pendukungnya. Jangan korbankan masyarakat hanya demi memenuhi ambisi kekuasaan. Ketika nafsu politik menguasai diri seseorang, segala cara akan digunakan. Tidak peduli haram dan halam.

Kita belajar dari banyak sejarah. Bahkan pemerintahan Islam dalam masa kekhalifahan pun tidak luput dari nafsu politik yang membahayakan. Nafsu politik bukan hanya tentang menghalalkan segala cara, tetapi bisa merusak persaudaraan.

Belajarlah dari kisah perang saudara antara Al Ma’mun dan Al Amin. Keduanya adalah anak dari khalifah yang sangat tersohor Harun Al-Rasyid. Pasca kematian Khalifah Harun, kedua putranya terlibat dalam perebutan kekuasaan yang mengenaskan yang dikenal sebagai perang saudara Abbasiyah atau fitnah keempat dalam sejarah Islam.

Pada 813 Masehi Al Ma’mun berhasil merebut Baghdad dari Al Amin yang merupakan pewaris kekhalifahan. Dalam pertempuran itu banyak korban sesama umat Islam. Al Amin ditangkap dan diadili dengan hukuman mati. Menurut catatan sejarah, Al Amin dieksekusi dengan ditarik kuda hingga mati. Sebuah eksekusi yang sangat kejam pada masa itu.

Bayangkan karena nafsu politik, sesama muslim saling membunuh. Karena birahi politik seorang saudara menghabisi nyawa saudaranya dengan bengis dan kejam. Hati nurani mati karena ambisi politik.

Karena ambisi politik pula Muawiyah tidak bisa menghormati dan melupakan jasa besar Khalifah Ali bin Abi Thalib. Karena kekecewaan politik pula, kelompok Khawarij telah mendeklrasikan kafir umat Islam. Dan karena politik seorang anak pemuda bernama Ibnu Muljam, pada bulan suci Ramadan, tanggal 21, menghabisi nyawa sang Khalifah.

Siapa ibnu Muljam? Bukan orang kafir. Ia pemuda yang fasih dalam membaca al-Quran. Namun, ia sudah terdoktrin paham Khawarij dan mengklaim dirinya paling benar. Lihatlah ponakan Rasulullah dan orang yang sangat dicintai Rasulullah harus wafat di tangan seorang muslim juga. Semua dampak politik.

Satu lagi yang juga sangat mencengangkan. Adalah putra dari Sahabat yang telah dijamin masuk surga yang terhunus mati mengenaskan karena politik. Adalah Abdullah bin Zubair putra dari Zubair bin Awwam dengan Asma binti Abu Bakar. Ia terbunuh dalam pengepungan di Makkah oleh salah satu gubernur Muawiyah, Al Hajjaj bin Yusuf. Konon kematiannya sangat mengerikan karena disalib.

Jasad Abdullah bin Zubair dibiarkan terbuka di bawah terik matahari sebagai tanda penghinaan. Pada saat itulah, ibunda tercinta, Asma purtri dari Khalifah Abu Bakar dan teman seperjuangan Rasulullah, bertekad dengan penuh keberanian mendekati jenazah putranya dan menguburkannya sendiri. Ia paham resiko dari pasukan Al Hajjaj, tetapi kecintaan terhadap putranya tidak gentar ia hadapi ancaman.

Pesan penting, raihlah kekuasaan politik dengan cara yang baik. Jangan korban segalanya karena nafsu politik. Bukan karena tidak ada panduan moral dan etika, bahkan pada masa sahabat dan setelahnya pun, nafsu politik bisa merusak segalanya.

ISLAMKAFFAH