Alquran menyebutkan tentang keberadaan nafsu yang senantiasa mengajak kepada kemaksiatan. Namun ada juga nafsu yang dapat tunduk dan dapat dikendalikan bagi orang-orang taat kepada Allah SWT.
Ibnu Hasan Bisry At’Turjani dalam bukunya. “Hamba-hamba yang Diselamatkan Dari Tipudaya Musuhnya” menuliskan, nafsu yang mengajak kepada ketaatan itu ada tiga yaitu sebagai berikut:
Pertama an-Nafsul Muthmainnah, Kedua, an-nafsul radhiyah, dan ketiga an-nafsul mardhiyah. Ketiga nafsu tersebut hendaknya dipelihara dan dijaga agar tidak terkontaminasi dengan nafsu-nafsu yang terdahulu yang senantiasa mengajak keburukan.
Sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya Allah SWT menamakan hari pertama itu dengan hari Ahad, karena pada hari itulah Dia memulai menciptakan segala sesuatu.”
Allah SWT berfirman, “Hari Ahad adalah hari pertama, sebelumnya tidak ada sesuatu apapun selain Tuhanmu. La Ilaha Illallah Al Malikul Haqqul Mubin yang artinya “Tidaklah kecintaan itu melainkan bagi kekasih pertama.”
Kekasih pertama itu adalah Allah SWT. Dan engkau telah memindahkan rasa cintamu itu kepada ibu, kepada ayah dan kepada yang lainnya seperti kepada anak-anak, istri dan harta benda.
Jika engkau meninggal, maka akan terputuslah kecintaan itu dari hatimu dan terputus pula kecintaan mereka kepadamu. Maka berkatalah Allah SWT:
“Wahai hambaku, Aku adalah kekasihmu yang pertama, engkau cintai Aku pada hari perjanjian. Sekarang, setiap cinta telah meninggalkanmu, sedangkan Aku menghubungkanmu, maka kembalilah kepada Ku maka Aku memuliakan engkau dengan kemuliaan pencinta.” Allah SWT berfirman dalam surat Al-Fajr ayat 27-30:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً فَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku.”
Itulah nafsu yang telah patuh dan dapat dikendalikan, maka berbahagialah orang-orang diberi kekuatan oleh Allah dalam hal mampu menekan hawa nafsunya. Sebagaimana pernah terjadi di kalangan para sahabat ra. Merekalah orang-orang yang sukses di dunia dan akhirat kelak karena Allah SWT memberi ampunan dan keridhaan-Nya.