Nasihat kehidupan dari ulama adalah petuah atau wejangan yang diberikan oleh ulama kepada umat manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Nasihat-nasihat tersebut biasanya didasarkan pada ajaran agama dan pengalaman hidup para ulama. Nah berikut ini nasihat bijak Syekh Harist al-Muhasibi.
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah al-Haris bin Asad al-Basri al-Muhasibi. Beliau adalah salah satu pembesar ulama sufi yang hidup di abad 3 Hijriah. Lahir pada tahun 170 Hijriah, dan meninggal pada tahun 243 Hijriah.
Abu Nu’aim Al-Isfahani, dalam karyanya Hilyat Al-Awliya’ Wa Tabaqat Al-Asfiya‘ Juz 10, halaman 75, mengutip kalam hikmah Syekh Harist al-Muhaaibi. Adapun kutipannya sebagai berikut:
الظَّالِمُ نَادِمٌ وَإِنْ مَدَحَهُ النَّاسُ، وَالْمَظْلُومُ سَالِمٌ وَإِنْ ذَمَّهُ النَّاسُ، وَالْقَانِعُ غَنِيٌّ وَإِنْ جَاعَ، وَالْحَرِيصُ فَقِيرٌ وَإِنْ مَلَكَ
Artinya: “Orang yang zalim tetap menyesal meskipun dipuji oleh manusia, orang yang dizalimi tetap selamat meskipun dihina oleh manusia, orang yang merasa cukup tetap kaya meskipun lapar, dan orang yang tamak tetap fakir meskipun memiliki”.
Nasihat Bijak Syekh Harist al-Muhasibi
Kalam hikmah Syekh Harist al-Muhasibi di atas, memberi pesan moral kepada kita untuk tidak zalim kepada orang lain, dan juga tidak rakus atau tamak atas harta benda. Kalam hikmah Syekh Harist al-Muhasibi dapat dijelaskan satu persatu. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Pertama, Orang yang zalim tetap menyesal meskipun dipuji oleh manusia. Menzalimi orang lain pada akhirnya akan menyesal, walaupun awalnya merasa senang dan bangga karena dapat menindas orang yang lemah atau tidak berdaya. Dan semestinya kita tidak berlaku zalim kepada sesama, baik berupa tindakan ataupun ucapan, karena sekecil apapun tindak kezaliman pasti akan terbalaskan.
Kedua, orang yang dizalimi tetap selamat meskipun dihina oleh manusia. Orang yang sabar ketika dizalimi, atau mendapatkan hinaan karena difitnah. Pada akhirnya, akan selamat, karena kebenaran lambat laun akan terbuka. Ketika kita dizalimi bersabarlah, karena buah dari kesabaran itu yang akan menyelamatkan kita.
Ketiga, orang yang merasa cukup tetap kaya meskipun lapar. Orang yang memiliki sifat Qona’ah (merasa cukup) meninggalkan segala kesenangan nafsu, seperti, makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Makanan sekedar hanya untuk menghilangkan lapar, pakaian sekedar untuk menutup aurat, dan rumah sekedar untuk menolak panas dan hujan. Sehingga walaupun ia tidak mempunyai harta ia merasa kaya dalam artian ia merasa cukup dan mensyukuri apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya.
Keempat, orang yang tamak tetap fakir meskipun memiliki. Ketamakan membuat seseorang cinta akan kemewahan harta, walaupun ia sudah bergelimang harta, dalam hatinya selalu merasa kurang terhadap apa yang ia miliki.
Demikian nasihat bijak kehidupan dari ulama Syekh Harist al-Muhasibi dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Dengan mengikuti nasihat-nasihat tersebut, kita akan dapat menjalani kehidupan yang lebih baik, lebih bahagia, dan lebih bermanfaat bagi orang lain.Walllahu A’lam Bissawab.