PADA masa mudanya, Umar bin Abdul Aziz ialah pemuda yang selalu mengenakan wangi-wangian dari jenis terbaik, tinggal di rumah megah, pakaian yang paling mahal, menunggang kuda yang elok, dan bahkan penghasilannya mencapai 40.000 Dinar.
Pada saat ia didaulat untuk menjadi Khalifah, kehidupannya berubah menjadi terbalik. Pengganti wangi-wangiannya ialah peluh yang bercucuran, kuda yang elok berganti dengan telapak kakinya, ia pun memilih pakaian yang paling murah, makanannya hanya sebagai pengganjal lapar, dan penghasilan tahunannya tidak sebesar dulu.
Seluruh kekayaan pribadinya diangkut ke dalam baitulmal. Rumahnya pun kini berubah menjadi rumah yang terbuat dari tanah. Adapun singgasananya hanya potongan kayu bulat yang diletakkan begitu saja di atas tanah.
Hal itu dilakukan Khalifah karena ia sangat takut akan pertanggung jawabanya dihadapan Allah. Suatu hari terjadi dialog antara Khalifah dengan istrinya.
“Fatimah alangkah nikmatnya malam-malam yang kita lalui di Dabiq dulu, jauh lebih menyenangkan dari malam-malam seperti sekarang ini.” (Maksudnya ialah kehidupan sebelum dirinya ditunjuk menjadi Khalifah), Tutur Umar.
Maka istrinya menjawab, “Demi Allah, padahal waktu itu, kanda tidak lebih mampu dari waktu sekarang ini.”
Mendengar ucapan itu, wajah Umar pun menjadi muram, air matanya pun mengalir. Lalu katanya, “Wahai Fatimah, aku takut terhadap siksa Rabb-ku jika mendurhakainya, yakni di suatu hari yang amat dahsyat!”
Dalam hal ini Nabi pun bersabda, “Orang yang paling dirundung penyesalan pada hari kiamat ialah orang yang memperoleh harta dari sumber yang tidak halal lalu dengan harta itu menyebabkan dia masuk neraka.” (HR Bukhari). []
Sumber: Oase Kehidupan, Merujuk Kisah-kisah Hikmah Sebagai Teladan/Penerbit: Marja/Penulis:Abu Dzikra – Sodik Hasanuddin,2013