Misteri doa mustajab di hari Jum’at

(Arrahmah.com) – Allah SWT melebihkan hari Jum`at dari hari-hari lainnya dalam sepekan dengan banyak keutamaan. Di antaranya pada hari Jum`at terdapat suatu waktu yang doa seorang muslim pada waktu tersebut dikabulkan oleh Allah SWT, selama memenuhi syarat-syarat dan adab-adab berdoa.

Keutamaan terkabulnya doa pada waktu mustajab tersebut disebutkan dalam beberapa hadits. Di antaranya, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda, “Sesungguhnya pada hari Jum`at terdapat suatu jam (waktu) tertentu, tidaklah seorang muslim mendapati waktu tersebut dan berdoa kepada Allah memohon kebaikan, melainkan Allah akan memenuhi permohonannya.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu bersabda, “Waktu tersebut hanya sebentar.” (HR. Bukhari no. 6400 dan Muslim no. 852, dengan lafal Muslim)

Di kalangan ulama terdapat perbedaan pendapat mengenai kapan waktu mustajab tersebut. Sebagian ulama menyatakan sejak bakda Shubuh. Sebagian lain menyatakan sejak khatib naik mimbar sampai waktu dilaksanakan shalat Jum`at. Sebagian lain menyatakan waktu khatib duduk sebentar di antara dua khutbah. Dan sejumlah pendapat lainnya.

Pendapat yang paling kuat menyatakan waktu tersebut adalah satu jam terakhir di sore hari, yaitu satu jam sebelum matahari terbenam pertanda waktu shalat maghrib telah masuk. Hal ini berdasarkan sejumlah hadits shahih berikut, Dari Abdullah bin Salam Radhiyallahu `Anhu berkata, “Saat itu Rasulullah Shallallahu `alaihi wa Sallam sedang duduk, maka saya mengatakan, “Sesungguhnya kami (kaum Yahudi, sebelum ia masuk Islam, pent) mendapati dalam kitab Allah (Taurat, pent) bahwa pada hari Jum`at terdapat suatu jam (waktu) tertentu, tidaklah seorang mukmin mendapati waktu tersebut saat ia melaksanakan shalat dan berdoa kepada Allah memohon suatu keperluan, melainkan Allah akan memenuhi keperluannya.”

Rasulullah Shallallahu `alaihi wa Sallam memberi isyarat kepadaku (Abdullah bin Salam) lalu bersabda, “Atau sebagian waktu (tidak satu jam penuh, pent).” Aku (Abdullah bin Salam) berkata: “Anda benar, memang sebagian waktu saja.” Abdullah bin Sallam lalu bertanya, “Waktu apakah ia?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Waktu (satu jam) terakhir dari waktu siang hari.” Abdullah bin Sallam berkata: “Tetapi waktu tersebut bukan waktu untuk shalat.”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Ia adalah waktu shalat. Sebab, jika seorang mukmin menunaikan shalat (Ashar) kemudian duduk di tempatnya menunggu shalat berikutnya (Maghrib), maka sesungguhnya selama itu tengah mengerjakan shalat.” HR. Ibnu Majah no. 1139, Al-hafizh Al-Bushiri berkata: Sanadnya shahih dan para perawinya tsiqah) Dari Jabir bin Abdullah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda, “Hari Jum`at terdiri dari dua belas jam. Tidak ada seorang muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah (pada suatu jam tertentu), melainkan Allah akan mengabulkannya. Maka carilah jam terkabulnya doa tersebut pada satu jam terakhir setelah shalat Ashar!” (HR. Abu Daud no. 1048 dan An-Nasai no. 1389, sanadnya baik, dinyatakan shahih oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi, An-Nawawi, dan Al-Albani, dan dinyatakan hasan oleh Ibnu Hajar al-Aasqalani)

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Carilah satu jam yang diharapkan pada hari Jum`at pada waktu setelah shalat Ashar sampai waktu terbenamnya matahari!” (HR. Tirmidzi no. 489, di dalamnya terdapat seorang perawi yang lemah bernama Muhammad bin Abi Humaid az-Zuraqi. Namun hadits ini diriwayatkan dari jalur lain oleh Ath-Thabarani dalam Al-Mu`jam al-Awsath dan dikuatkan oleh hadits Jabir bin Abdullah dan Abdullah bin Salam di atas)

Imam Sa`id bin Manshur meriwayatkan sebuah riwayat sampai kepada Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa sekelompok sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkumpul dan saling berdiskusi tentang satu jam terkabulnya doa pada hari Jum`at. Mereka kemudian bubar dan tiada seorang pun di antara mereka yang berbeda pendapat bahwa satu jam tersebut adalah satu jam terakhir pada hari Jum`at.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari menyatakan riwayat imam Sa`id bin Manshur ini shahih. Beliau lalu berkata, “Pendapat ini juga dianggap paling kuat oleh banyak ulama seperti imam Ahmad bin Hambal dan Ishaq bin Rahawaih, dan dari kalangan madzhab Maliki adalah imam ath-Tharthusyi. Imam Al-‘Allai menceritakan bahwa gurunya, imam Ibnu Zamlikani yang merupakan pemimpin ulama madzhab Syafi`i pada zamannya memilih pendapat ini dan menyatakannya sebagai pendapat tegas imam Syafi`i.”

Wallahu a`lam bish-shawab.

Ingin Berhaji Lagi? Harus Sabar Menunggu 10 Tahun

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA– Kementerian Agama telah membuat regulasi terkait kebijakan haji satu kali. Bagi jamaah yang sudah melaksanakan ibadah haji, maka dapat mendaftar haji kembali setelah 10 tahun kemudian.

“Jadi aturan ini mulai diberlakukan tahun ini. Mulai sekarang bagi yang mendaftar awal bukan yang punya nomor porsi. PMA (Peraturan Menteri Agama) sudah saya tanda tangani” ujar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat ditemui di kantor Kementerian Agama Jakarta, Kamis (28/5).

Ia menjelaskan, kebijakan ini diterapkan karena panjangnya antrian calon jamah haji di seluruh provinsi di Indonesia. Pemerintah akan memprioritaskan pemberangkatan bagi calon jamaah haji yang belum pernah berangkat sama sekali.

Namun, Kemenag juga tidak ingin membatasi atau melarang masyarakat yang sudah berhaji  untuk menunaikan ibadah haji kembali. Untuk itu, pemerintah membuat regulasi dengan mempersilakan masyarakat yang sudah berhaji untuk mendaftar kembali pada 10 tahun kemudian.

Interval waktu 10 tahun, menurut Menag, dinilai sudah memadai untuk mempriotaskan calon jamah haji yang belum pernah berhaji sama sekali.

Takjubnya Kosmonot Rusia Saat Potret Mekkah dan Madinah Dari Luar Angkasa

Eramuslim.com – Kosmonot Anton Shkaplerov memfoto dua kota suci umat muslim dunia, Mekah dan Madinah, Arab Saudi. Foto yang diambil pada malam hari dari Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) itu sungguh menakjubkan. Kota Mekah dan Madinah terlihat benderang. Cahaya lampu berkilau bak hamparan emas. Sementara pada salah satu titik di tengah, terlihat cahaya putih yang sangat jelas.

Shkaplerov mengunggah foto-foto itu ke Twitter dan Instagram. Dia mengaku sangat kagum dengan pemandangan yang dia tangkap melalui kamera itu.

“Amazing night view of #Mecca and #Medina from the #ISS,” demikian tulis Shkaplerov dalam akun Twitter, @AntonAstrey, sebagaimana dikutip Dream Senin 14 April 2015. Sejak diunggah 26 Januari 2015 hinga 14 April, foto itu telah di-retweet oleh 7.200 pengguna Twitter.

Tak hanya Mekah dan Madinah, Shkaplerov juga memotret pemandangan di sejumlah tempat di Bumi dari luar angkasa. Pemandangan-pemandangan tempat-tempat itu juga mengagumkan.(rz)

Andre Willey, Menjemput Hidayah di Balik Jeruji

Kisahmuallaf.com – Di masa lalu, pemuda berandalan itu kerap terlibat aksi kekerasan antargeng. Tuhan rupanya memberikan kesempatan kedua baginya, setelah ia ditangkap alam satu bentrokan berdarah antar geng yang menewaskan satu orang dan lainnya luka-luka.

Di penjara tahun 1989, Andre akhirnya bebas setelah menjalani masa hukuman selama 23 tahun. Usianya kini 42 tahun. Namun, ada yang berbeda dengan perangainya saat ini.
Sikapnya begitu santun dan hangat. Mimik wajahnya menampakan wajah simpatik. Ya, dia telah memeluk Islam selama menjalani masa hukuman.

Tren memeluk Islam tengah menjangkiti penjara California, Amerika Serikat (AS). Andre merupakan satu dari sekian tahanan California, sebagian besar Afrika-Amerika, yang memeluk Islam.

Yang membanggakan, Andre — kini bernama Yusuf Willey — menjadi contoh dari keberhasilan dakwah Islam di penjara California.

Tidak lagi mejadi rahasia publik bahwa penjara California merupakan penjara di AS yang memiliki catatan buruk dalam rehabilitasi para tahanan. Sekitar 65 persen dari mantan tahanan California kembali ke hotel prodeo dalam waktu tiga tahun.

Tapi Andre menjadi pengecualian. Selama satu dekade terakhir, Andre merupakan tokoh kunci dari dakwah Islam di Penjara California.

“Saya memiliki motivasi yang luas, mengikuti terapi, konseling dan diskusi antar tahanan yang tidak pernah dijalankan dengan baik oleh negara. Para tahananlah yang menjalankan dan membuat terapi,” kata dia.

Dua pekan setelah bebas, Andre, tak berhenti untuk melanjutkan apa yang ia lakukan di penjara. Ia dalami Alquran, dan memberikan pengajara kepada muslim di masjid Bay Area.

Pemimpin Yayasan Tayba, kelompok pendidikan agama Islam di Bay Area, Syaikh Rami Nsour mengatakan Andre memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang Islam begitu baik. Ia sudah layak untuk memimpin jamaah.

Perubahan drastis Andre, dimulai setelah bertengkar dengan sesama penghuni penjara pada tahun 1993. Saat itulah, ia ditempatkan dalam sebuah sel khusus, dengan tingkat pengamanan yang lebih ketat. Ia sendirian di sana. Di sel itulah, ia menemukan sebuah buku tentang Islam.

“Aku berkenalan dengan Islam di sel itu,” kenang dia.

Dalam buku itu, Andre menemukan ilmu Ihsan yang berarti kebajikan, niat atau melakukan hal yang baik. “Ini tentang bagaimana anda mengenal hati anda yang sakit oleh virus iri hati, arogansi, dan kebencian. Ilmu ihsan menuntun saya untuk membersihkan diri dari viru-virus tersebut,” katanya.

Andre pun mulai berkomitmen untuk melakukan perubahan besar. Sebuah komitmen yang terucap saat bibir dan hatinya mengucapkan dua kalimat syahadat. Tak perlu lama bagi Andre untuk menjaga komitmen yang ia buat. Ia shalat lima kali sehari, puasa ketika hari libur tertentu dan tradisi lain dalam Islam.

Saat ia mulai mempelajari Islam, ia dengarkan ceramah yang direkan dari Syekh Hamza Yusuf, pendiri Zaytuna Institue, perguruan tinggi agama Islam di Berkeley. Ia pun menulis surat kepada Syekh tentang apa yang dialaminya, namun tidak mendapat respon. Bertahun-tahun kemudian, ia menulis surat tentang bagaimana aturan fikih, kode moral dan etika beribadah dalam kehidupan penjara.

Andre Willey

“Itu menarik perhatiannya,” kata Andre. “Saat itulah, mereka mulai mengirimkan saya buklet kecil.”

Tak hanya dari Syekh, pendidikan Islam juga diperoleh Andre dalam komunikasi bersama Nsour lewat surat dan telepon. “Saya melihat dia sangat, sangat termotivasi,” kata Nsour.

“Apa pun teks-teks saya dikirim kepadanya, ia akan mengajukan pertanyaan spesifik. Saya pun berkewajiban untuk menjelaskannya,” kenang Nsour.

Serasa memiliki pemahaman yang baik tentang Islam, giliran Andre menyebarkannya kepada sesama tahanan. “Setiap orang mungkin tidak percaya bahwa ada niatan tulus dari para tahanan untuk berubah. Mereka melihat harapan. Dan saya mencoba menghidupan harapan itu,” kata Andre.

Bebas setelah dua dasawarsa mendekam di penjara, membuat Andre begitu bahagia. Kebahagian itu seolah menjadi magnet bagi para tahanan yang berada di dekatnya. Mereka yang mengenal Andre, merasakan kenyamanan yang begitu langka dalam kehidupan dalam penjara.

“Pertobatan adalah pemimpin perubahan,” kata Andre. “Saya harus bertobat dan istighfar. Setiap orang yang pernah saya sakiti dan khianati, saya kunjungi, dan saya meminta maaf kepada mereka,” kata dia.

Andre sendiri telah meminta maaf kepada keluarga korban, dan mengatakan ia tidak menyalahkan siapa pun kecuali dirinya sendiri.

Amira Ibrahim, Hidayah Allah SWT Menerangi Kalbuku

KisahMuallaf.com – Mosman merupakan sebuah kota kecil di pinggiran utara Sidney, di negara bagian New South Wales, Australia. Populasi Muslim di kota itu terbilang tak terlalu banyak. Mayoritas penduduk kota itu adalah penganut Yahudi dan Kristen.

Pada 2005 lalu, sempat umat Islam di Kota Mosman berniat membeli gedung bekas gereja untuk dijadikan masjid, seperti diberitakan laman ABC Newsonline. Namun, rencana itu sempat ditentang anggota dewan Kota Mosman bernama Dominic Lopez.

”Mosman adalah wilayah Yahudi-Kristen dan tak akan mengizinkan orang-orang dengan keyakinan lain tinggal di sini,” ujar Lopez seperti dikutip ABC Newsonline. Namun, Wali Kota Mosman, Denise Wilton, tak sependapat dengan pemikiran Lopez.

Wali Kota Wilton menilai pendapat yang dilontarkan Lopez sangat mengerikan. Menurutnya, sangat tak berdasar jika seseorang didiskriminasi hanya karena alasan agama. ”Dalam demokrasi, Anda bisa berbeda pendapat. Saya sangat tak setuju dengan pendapatnya,” papar Wilton.

Masih banyaknya kesalahpahaman tentang Islam di Kota Mosman, tidak menyurutkan niat Amirah Ibrahim untuk menegakkan ajaran agama yang paling benar, yakni Islam. Sejatinya, Amirah merupakan warga asli Mosman. Ia terlahir dan dibesarkan di kota itu.

Keluarganya adalah pemeluk Kristen. Amirah Ibrahim bukanlah nama pemberian dari orang tuanya. Nama itu disandangnya setelah ia resmi memeluk Islam pada Agustus 2003 silam. Sejatinya, kedua orang tuanya memberi nama Lucie Thomson.

Amirah mulai mengenal dan mempelajari Islam pada 2001. Hidayah Allah SWT menerangi kalbu wanita yang awalnya bernama Lucie Thomson itu. Ia mengaku mulai tertarik untuk mengenal Islam. Keputusannya untuk mempelajari Islam diakuinya sebagai sebuah pilihan yang sangat bertentangan dengan orang-orang di sekelilingnya.

Hingga akhirnya, pada 2003, Lucie Thomson mengucap dua kalimat syahadat. Ia resmi memilih Islam sebagai keyakinan barunya. Setelah memeluk Islam, Amirah mengaku tidak memiliki keberanian untuk menyampaikan secara langsung perihal keyakinan barunya itu kepada kedua orang tuanya.

”Ketika itu, saya tidak berani untuk bertatap muka dengan mereka dan mengatakan langsung bahwa saya telah menjadi seorang Muslim. Yang bisa saya lakukan saat itu adalah menyampaikan kabar tersebut melalui surat,” ungkap Amirah seperti dilansir harian Sidney Morning Herald.

Kepada surat kabar Australia itu, Amirah mengisahkan pengalamannya dalam menemukan hidayah. Sebelum memeluk Islam, Amirah tergolong umat Kristiani yang taat. Dia tidak pernah meninggalkan acara keagamaan yang diselenggarakan oleh Gereja Anglikan di sekitar tempat tinggalnya. Ia adalah jemaat yang rajin.

”Saya selalu percaya, Tuhan itu ada, tetapi tidak pernah yakin mana iman agama yang tepat untuk saya, ujar Amirah. Terdorong oleh keinginan kuat untuk mencari keyakinan yang dirasakan sesuai dengan hatinya, Amirah pun memutuskan mempelajari kitab suci umat Islam, Alquran.

Keinginan untuk mempelajari Alquran juga dikarenakan pacarnya pada waktu itu mengikuti ajaran Druze, sebuah keyakinan agama yang banyak dianut oleh sejumlah kalangan di beberapa negara di Timur Tengah.

Para pengikut ajaran ini kebanyakan tinggal di Lebanon meskipun ada pula komunitas mereka dalam jumlah yang kecil di Israel, Suriah, dan Yordania.

Menurut laman Wikipedia, kelompok itu muncul dari Islam dan mendapat pengaruh dari agama-agama dan filsafat-filsafat lain, termasuk filsafat Yunani. Kaum Druze menganggap dirinya sebagai sebuah sekte di dalam Islam meskipun mereka tidak dianggap Muslim oleh kebanyakan Muslim di wilayah tersebut.

Seperti halnya pemeluk Islam, kaum Druze ini juga menggunakan Alquran sebagai sumber ajaran mereka. Bahkan, mereka juga berbicara dalam bahasa Arab, papar Amirah berkisah. Di tengah perjalanan membina hubungan, Amirah dan sang pacar memutuskan untuk berpisah.

Namun, berakhirnya hubungan asmara tersebut tidak membuat keinginan perempuan kelahiran 27 tahun silam itu untuk mempelajari Alquran dan Islam surut.

Berkat bantuan dari salah seorang kenalan Muslimnya, ia kemudian dipertemukan dengan seorang guru agama Islam. Dari guru tersebut, Amirah kemudian banyak mempelajari tentang Islam.

”Setelah banyak berdiskusi dengan orang ini, saya merasa ini (Islam–Red) adalah keimanan yang selama ini diinginkannya. Apa yang diajarkan di dalamnya rasanya benar. Saya pikir, saya tidak dapat menyangkalnya (lagi),” tutur Amirah.

Dengan bantuan seorang kenalannya di Asosiasi Muslim Australia (Australian New Muslims Association) cabang Lakemba, Amirah kemudian mengucapkan syahadat. Saat itu usianya masih terbilang remaja, 18 tahun. Setelahnya, kehidupanku menjadi lebih baik, ungkapnya.

Amirah yang dulu dikenal sangat pemarah dan kurang agresif ini kini mengaku memiliki tujuan hidup setelah menjadi seorang Muslimah. Saya ingin menjadi Muslimah yang lebih baik yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjadi pelayan-Nya.

Keputusan Amirah menjadi seorang Muslimah begitu kokoh dan bulat. Pencariannya telah menemukan sebuah jawaban Islam adalah agama yang paling benar. Ia mencoba menjalankan syariat Islam dengan sebaik-baiknya, salah satunya mengenakan jilbab.

”Mungkin aku satu-satunya perempuan di Mosman yang mengenakan jilbab pada saat itu. Sebab, aku sendiri belum pernah melihat satu orang perempuan pun di Mosman yang mengenakannya,” ujar Amirah berkisah.

Tak hanya mengenakan jilbab. Amirah juga mengubah cara berpakaiannya dari yang sebelumnya serbaterbuka dan menampilkan lekuk tubuh berganti dengan mengenakan gamis longgar dan panjang. Penampilan barunya tersebut, menurutnya, sempat membuat adik laki-lakinya merasa malu di hadapan teman-temannya.

”Sementara sahabatku, pada awalnya sulit menerima kenyataan bahwa aku mengenakan penutup kepala,” paparnya. Namun, tantangan itu tak menyurutkan niatnya untuk tetap menutup aurat. Tak mudah memang menjalankan syariat di tengah masyarakat non-Muslim.

Amirah mengaku merasakan orang-orang di sekitarnya melihatnya dengan tatapan aneh dengan gaya berbusananya. ”Orang-orang banyak yang mengangguk dan tersenyum saat saya lewat di hadapan mereka. Bahkan, tak jarang anak-anak kecil tertawa ke arahku,” ungkap Amirah.

Kendati mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari orang-orang di sekelilingnya, namun diakui Amirah, dirinya tidak pernah memiliki keinginan untuk membalas semua tindakan buruk tersebut. Ia menyadari betul bahwa sulit untuk hidup sebagai seorang muslim di tengah-tengah masyarakat yang sudah memberikan cap buruk terhadap Islam dan umat Islam.

Komunitas Muslim memang kerap menjadi korban dan mendapat perlakuan tidak adil. ”Tapi, perlakuan buruk mereka kepada kami tentunya akan dinilai oleh Allah, dan hanya Allah yang pantas memberikan balasan yang setimpal dengan perbuatan mereka,” ucapnya.

Banyak Jalan Menuju Kabah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, pengamat haji

Sekelompok orang yang mendiami sebuah hotel di tepi Laut Merah, Jeddah, terlihat gelisah. Saat itu adalah dua hari menjelang wukuf di Arafah pada musim haji 2013 M (1434 H). Mereka hilir mudik dan sibuk berbincang di ruangan tengah hotel. Wajah mereka terlihat tegang. Apalagi setelah menyimak berbagai selebaran yang ada di lobby hotel dan membaca langsung banyak plakat yang ditempel di jalanan dan pusat keramaian kota Jeddah.

”Wah bagaimana ini?” rungut Bambang Tri, salah seorang warga Indonesia yang ada dalam rombongan tersebut. Dia membaca dengan jelas isi selebaran bahwa pemerintah kerajaan Arab Saudi melarang keras siapa pun orangnya yang tak punya ‘tasreh’ (visa haji) untuk menunaikan ibadah haji ke Makkah. Sanksinya serius, mereka yang nekad masuk ke Makkah tanpa tasreh akan ditangkap dan ditahan sebagai pendatang ilegal. Setelah itu dideportasi ke tanah air.

”Ya juga bagaimana ini?,” tukas anggota rombongan yang lain. Semua telah paham akan risikonya bila menjalani ibadah haji tanpi ‘tasreh’ itu. Istilahnya ‘apa kata dunia’ bila ternyata tak bisa masuk Makkah dan tak bisa mengerjakan wukuf. Bila ini sampai terjadi maka hajinya akan gagal. Dan kalau nanti tak bisa ikut wukuf di Arafah, maka meski sempat mengerjakan tawaf dan sai di Masjidil Haram, posisi nilai ibadahnya hanyalah sebatas melakukan umrah saja.

Dan setelah di musyawarahkan dengan anggota rombongan yang lain, akhirya mereka memutuskan apa pun jadinya mereka harus bisa ke Makkah untuk menunaikan rangkaian ibadah haji. Maka mereka pun segera menghubungi sebuah perusahaan biro haji Arab Saudi yang beberapa hari terakhir sudah mendatangi penginapan untuk menawarkan jasa ‘membimbing’ mereka berhaji.

”Kami sengaja pilih paket travel haji yang termahal. Kami tak bisa main-main. Bayangkan lalu gagal berhaji, padahal ketika berangkat kemarin semua sudah pakai selamatan dan membikin walimatul safar dengan mengundang banyak orang. Malu lah kalau sampai nggak bisa wukuf,” kata Bambang lagi.

Setelah itu Bambang bersama sekitar lima puluhan rekan ‘profesional’ lainnya merogoh kocek hingga 3.500 Real. Tawaran bisa pergi haji dari travel lain yang lebih murah ditolaknya mentah-mentah. Alasan penolakan karena travel itu punya pengalaman dan tak berani menjamin mereka bisa menjalankan ibadah haji dengan aman dan nyaman.

*****
Nah, setelah uang biaya haji dibayar, para calon haji yang datang ke Arab Saudi atas undangan perusahaan BUMN penerbangan ini segera bersiap. Selepas shalat Ashar mereka segera melakukan ‘prosesi’ mengenakan ihram seperti mandi besar maupun berniat dan melaksanakan shalat dua rakaat. Karena mereka sudah berada di Jeddah, maka memutsukan langsung mengambil ‘miqat’ di tempat itu dengan mendatangi sebuah masjid yang letaknya tak jauh dari hotel.

”Ternyata yang berangkat bersama kami jumlahnya puluhan orang. Sekitar pukul 17.00 Waktu Arab Saudi (WAS) kami berangkat dengan menumpang dua buah bus. Tujuannya adalah masuk ke Makkah dengan langsung menuju Arafah,” ujar Bambang lagi.

Sesampainay bus di jalan besar, ternyata jalanan kota Jeddah sudah dipenuhi orang yang berpakaian ihram. Semua juga ingin ke Makkah. Sopir bus pun segera mengarahkan perjalannya ke sana. Bus berjalan dengan beringsut karena jalanan sudah begitu penuh. Meski berjalan kayak kura-kura dan beberapakali harus menempuh jalan melingkar, bus terus berjalan dan mengarahkan tujuannya ke Makkah!

Setelah berjalan beberapa lama,sekitar pukul 22.30 WIB rombongan berada tak jauh dari ‘chek point’ (pintu pemeriksaan) masuk Makkah yang pertama. Saat hendak diperiksa pemimpin rombongan yang sebelumnya sudah meminta agar rekan-rekannya bisa tertib atau berulah macam-macam, melakukan negosiasi kecil-kecilan. Upaya ini berhasil, rombongan tak diperiksa serius. Ini mungkin karena berkah doa yang semenjak awal keberangkatkan diserukan untuk dibaca oleh seluruh anggota rombongan.

”Saya terkejut ketika diminta agar membaca doa yang dibagikan melalui selebaran sebelum sampai di pos pemeriksaan pertama pintu masuk Makkah. Sebab, isinya ternyata bukan doa ‘safar'(bepergian) atau doa manasik ketika tawaf, lempar jumrah, sa’i. Doa yan bagikan itu ternyata doa agar rombongan tak terlihat sebagai haji tanpa tasreh. Di situ doanya meminta agar para penjaga itu terbuka hatinya sehingga kami pun selamat masuk ke Makkah,” kataYoghi Ardi, anggota rombongan yang lain.

Alhasil, doa itu ternyata makbul. Pemeriksaan di chek point pertama bisa lolos. Mereka yang ada dalam mobil sangat lega ketika bus bisa melewati pos permiksaan tersebut. Sopir bus pun semakin mantap menjalankan busnya ke Makkah. Suasana di luar yang sudah beranjak semakin malam menjadi tak terasa suram, malah semakin ceria penuh cahaya kegembiraan.

Situasi yang sama terjadi pada proses pemeriksaan bagi jamaah haji di pintu chek point  kedua yang hendak ke Makkah. Memang, setelah bus berhenti, beberapa petugas keamanan kemudian naik ke atas bus untuk melakukan pengecekan. Namun, kali ini mereka hanya memeriksa secara sekilas dan tak menanyakan soal ‘tasreh’ haji. Alhasil,rombongan dipersilahkan melanjutkan perjalanan. Semuanya merasa lega dan serentak bersahutan mengucapkan alhamdulillah,takbir,dan talbiyah.

Setelah itu bus berjalan lagi. Kini kondisi jalanan sudah semakin sesak. Beberapa orang malah terlihat berjalan kaki. Rupanya kini rombongan tak lama lagi akan memasuki pos pemeriksaan terakhir. Dari jauh, kerlip lampu menara Masjidil Haram sudah terlihat jelas. Bayangnya menyembul diantara perbukitan yang ada disekitar Makkah.

Entah mengapa, tiba-tiba ketika sampai di sebuah ruas jalan yang sedikit gelap, bus kemudian berhenti dan minggir. Tak cukup dengan itu, para pembimbing haji yang ada dalam rombongan itu, meminta jamaah untuk segera turun dari bus dan berjalan kaki beriringan mengikutinya. Setelah ditanya, rupanya mereka tak yakin kali ini bisa lolos dalam pemeriksaan ketiga. Dan dari pada nanti disuruh balik dan kemudian dideportasi karena tak punya ‘tasreh’ rombongan diajak jalan kaki agar bis ‘menyelundup’ masuk ke Makkah tanpa melalui gerbang terakhir pemeriksaan.

******
Alhasil, tanpa sempat protes rombongan semuanya turun dari bus untuk berjalan kaki. Mereka segera ke luar dari jalanan aspal dan berpindah dengan berjalan kaki menyusuri jalanan biasa. Mereka kini harus melintasi kawasan padang pasir di pinggir kota Makkah di tengah malam gelap yang hanya diterangi bulan yang masih agak menyabit.

Tapi mungkin karena semuanya tak ingin gagal berhaji, mereka hanya bisa pasrah. Bahkan, semuanya tampak berjalan kaki dengan bersemangat. Kini semuanya malah antusias menyusuri kawasan padang pasir di tengah gelapnya malam. Sesekali mereka menemukan peternakan onta. Uniknya ketika sampai di kawasan itu,para penjaga peternakan malah membagi-bagikan makanan dan minuman. Mereka menyambut kedatangan jamaah haji ‘gelap’ ini dengan antusias. ”Fisabilillah, (orang yang sedang berjihad di jalan Allah), fisabilillah, fisabilillah…!” begitu teriakan mereka ketika menyambut kedatangan rombongan.

Tak cukup dengan itu ketika membagikan makanan dan minuman mereka berkelakar dengan cara unik, yakni dengan menghitung dengan cara orang Sunda: ‘‘Hiji, dua, tilu, opat, lima, genep!” Rupanya mereka mengaku pernah punya teman orang Indonesia yang berasal dari Garut. Jadi pertemuan ‘gelap-gelapan’ kawasan padang pasir malam itu berlangsung dengan akrab dan hangat. Ini makin menarik karena rupanya baik yang datang menyambut maupun rombongan ternyata baru ketahuan berasal dari banyak negara: Indonesia, Malaysia, Yordania, Pakistan, hingga negara di kawasan utara Afrika.

Dan tak hanya disuguhi makanan pengganjal perut dan air pengusir rasa haus, para penjaga peternakan onta juga antusias menunjukan arah jalan ke Makkah yang aman dari sergapan petugas keamanan. Mereka menyarankan agar tetap mengarahkan ke arah sinar lampu menara Masjidil Haram. Selain itu mereka juga meminta agar berhati-hati terhadap anjing liar, serigala, tumbuhan duri, ular gurun, hingga kawat berduri. Kata mereka bila sudah sampai ke pagar berkawat duri, maka itu menjadi pertanda bahwa perjalanan sudah hampir sampai di Makkah alias sudah melewati pos pemeriksaan jamaah haji terakhir.

Benar saja, setelah beberapa saat berjalan akhirnya mereka menemukan pagar kawat berduri. Setelah menerobos melewatinya, kini jalanan besar terhampar  di depan mata. Di sana sopir bus yang tadi mengantarkannya sudah menunggu. Rombongan pun kemudian naik ke bus kembali. Jalanan Makkah yang sibuk kini mereka nikmati. Raungan anjing dan serigala gurun yang tadi mereka dengarkan sepanjang jalan, kini berganti dengan bunyi mesin mobil dan klakson para pengguna jalan. Ketegangan menyusuri kawasan padang pasir yang mereka lakuan selama hampir empat jam itu telah berhasil dilewati.

Bus pun berlari menembus kerumunan orang dan langsung menuju ke kawasan Arafah. Menjelang subuh sampailah mereka. Karena tak punya ‘tasreh’ mereka menempati kawasan ‘tak bertuan’ yang tersisa di pinggiran padang Arafah. Setelah tenda didirikan rombongan kemudian shalat Subuh berjamaah. Dan, setelah shalat Subuh ditunaikan tiba-tiba saja semua  anggota rombongan orang dicekam keharuan. Mereka tersadar kini sudah berada di Arafah dan bersiap menjalankan rukun haji, yakni wukuf di Arafah.

”Ketika saya wukuf, saya menangis lama sekali. Bersyukur luar bisa diberi kesempatan berhaji. Seluruh doa saya bacakan. Juga seluruh pesanan titipan doa dari handai taulan dan sahabat tak ada yang terlewat ikut dibacakan. Wukuf di Arafah adalah hadiah terindah sepanjang hidup,” kata Bambang ketika menceritakan suasana hati saat dia wukuf. Dia mengaku semakin terharu ketika mengenang sang isteri yang baru meninggal 20 hari sebelum dia sampai di Arafah.

”Ya, benar-benar tak terbayangkan. Kami tak mudah sampai ke sini (Arafah). Tapi kami sangat puas sekali. Apalagi dibenak kami semput muncul kekhawatiran mengingat ada rekan kami yang bercerita bahwa dia baru sampaike Makkah setelah Magrib tiba. Kalau sampai ini terjadi,maka saya jelas tak berhaji atau hanya umrah saja. Dan dahaga batin saya semakin terpuaskan ketika kemudian bisa melihat Ka’bah,” ujarnya.

Ya itulah, ternyata memang banyak jalan menuju Makkah yang di sana ada padang Arafah dan Ka’bah!

Begini cara MenAg memperpendek antrian haji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  — Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menerapkan dua cara untuk memperpendek antrean ibadah haji yang dinilainya tidak sebanding antara animo masyarakat dengan kuota yang tersedia.

“Haji diprioritaskan bagi mereka yang belum pernah melaksanakan ibadah haji dan dimungkinkan berulang setelah 10 tahun,” kata Lukman Hakim Saifuddin di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (27/5).

Lukman mengatakan masa tunggu pelaksanaan ibadah haji semakin panjang karena animo masyarakat semakin besar tidak sebanding dengan kuota haji Indonesia. Karena itu, dua cara itu ditempuhnya untuk memperpendek antrean pelaksanaan ibadan haji.

“Jadi ke depan hanya yang belum pernah berhaji yang diprioritaskan dan dimungkinkan berulang setelah 10 tahun,” kata Lukman. Pihaknya memiliki sistem komputerisasi dan data base online yang memungkinkan pengecekan seseorang pernah melakukan ibadah haji atau belum.

Dengan begitu, siapapun yang mencoba mendaftar haji tapi sudah pernah menunaikannya dalam waktu dekat akan secara otomatis muncul.

Lukman menambahkan tahun ini biaya penyelenggaraan ibadah haji telah berhasil diturunkan hingga 502 dolar AS dari 3.219 dolar AS menjadi 2.717 dolar AS. Namun efisiensi itu bukan berarti penurunan kualitas layanan justru sebaliknya.

Akomodasi di Madinah Gunakan Sistem Sewa Setengah Musim

Jakarta (Sinhat)–Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Ahda Barori mengatakan bahwa pada musim haji tahun ini, Kemenag berupaya memberikan pelayanan akomodasi dalam bentuk sistem sewa setengah musim. Kebijakan ini berbeda dari yang lalu di mana sewa pemondokan di Madinah menggunakan sistem kontrak layanan melalui Majmuah.

Hal ini dikatakan Ahda saat memberikan materi kebijakan penyelenggaraan ibadah haji tahun 1436H/2015M pada acara Sosialisasi Keamanan, Transportasi Udara, Kesehatan dan Perlindungan Jamaah Haji Indonesia Tahun 1436H/2015M, Jakarta, Selasa (26/5) malam. Acara ini akan berlangsung sampai 28 Mei mendatang, diikuti oleh para Kepala Seksi Haji Kanwil Kemenag provinsi.

Ahda juga berharap perubahan kebijakan dalam penyelanggaraan ibadah haji tahun 1436H/2015M akan memberikan dampak positif bagi jemaah karena pelayanan yang diberikan bisa lebih baik. “Mudah-mudahan pelaksanaan haji tahun ini semakin baik dari sebelumnya,” harap Ahda disambut tepuk tangan peserta sosialisasi.

Sejalan dengan adanya kebijakan pemulangan jamaah haji gelombang kedua langsung dari Madinah, Ahda Barori mengatakan bahwa hal ini akan berimplikasi pada tidak adanya lagi hotel transito di Jeddah.

Adapun terkait akomodasi di Makkah, Ahda memastikan bahwa pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, akomodasi di Makkah hanya akan dibagi dalam 6 cluster, yaitu: Raudhah, Jarwal, Mahbas Jin, Misfalah, Azizah dan Syisyah. Pada tahun-tahun sebelumnya, akomodasi jamaah haji di Makkah tersebar hingga lebih dari 10 cluster. Dengan demikian, diharapkan jamaah haji Indonesia pada tahun ini akan lebih terkonsentrasi pada 6 titik saja sehingga akan memudahkan proses fasilitasi dalam mobilisasi mereka selama menjalankan ibadah haji di Makkah.

Di hadapan semua peserta sosialisasi, Ahda Barori juga menyampaikan bahwa rasionalisasi jumlah shelter bus shalawat di Makkah dari semula 12 shalter menjadi 6 shalter, mengikuti cluster lokasi akomodasi jamaah haji Indonesia di Mekkah. (ar/ar)

Perpres BPIH 2015 Sudah Ditandatangani Presiden

Jakarta (Pinmas) —- Peraturan Presiden tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun 1436H/2015M telah ditandatangani Presiden Jokowi pada Kamis (21/05) lalu. Perpres dengan nomor 64 tahun 2015 ini diundangkan sejak Senin (25/05) kemarin.

Perpres ini mengatur bahwa BPIH Tahun 1436H/2015m meliputi biaya penerbangan haji, biaya pemondokan di Makkah, dan biaya hidup. Sebelumnya, Kementerian Agama bersama DPR RI telah menyepakati bahwa rata-rata besaran BPIH tahun ini adalah USD2.717, atau turun sebesar  USD502 jika dibandingkan dengan BPIH tahun lalu yang mencapai USD3.219.

Adapun besaran BPIH 1436H/2015M per embarkasi sebagaimaan diatur dalam Perpres 64 Tahun 2015 ini adalah sebagai berikut: Embarkasi Aceh USD2.401; Embarkasi Medan USD2.404; Embarkasi Batam USD2.556; Embarkasi Padang USD2.561; Embarkasi Palembang USD2.623; Embarkasi Jakarta USD2.626; Embarkasi Solo USD2.769; Embarkasi Surabaya USD2.801; Embarkasi Banjarmasin USD2.924; Embarkasi Balikpapan USD2.926; Embarkasi Makassar USD3.055; dan Embarkasi Lombok USD2.962.

Setelah Perpres BPIH ini ditandatangani Presiden, maka tahapan persiapan pelaksanaan ibadah haji selanjutnya adalah pelunasan BPIH Reguler yang waktunya akan segera diumumkan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU).  Pembayaran BPIH ini dilakukan dengan mata uang dolar Amerika atau mata uang rupiah sesuai dengan kurs jual transaksi Bank Indonesia yang berlaku pada hari dan tanggal pembayaran.

BPIH disetorkan kepada rekening Menteri Agama melalui Bank Penerima Setoran (BPS) BPIH. Ditjen PHU sudah merilis daftar nama jamaah haji reguler yang berhak melunasi BPIH Reguler 1436H/2015. Untuk mengetahuinya, silakan lihat disini Daftar Jamaah Berhak Lunasi BPIH Reguler 1436H/2015M

Jamaah haji akan menerima pengembalian BPIH jika meninggal dunia sebelum berangkat menunaikan ibadah haji atau batal keberangkatannya karena alasan kesehatan atau alasan lain yang sah. (mkd/mkd)

Haji Dalam Angka: Jumlah Jemaah Haji Indonesia Dalam Seabad Lebih

Oleh: Tim Informasi Haji Ditjen PHU/Affan Rangkuti

Kembali Tim Informasi Direktorat Jenderal Peyelenggaraan Haji dan Umrah merilis rekam jejak perjalanan ibadah haji di Indonesia. Kali dihadirkan jumlah jemaah haji Indonesia dari tahun 1888 sd 2014 yang dihimpun dari berbagai sumber buku terbitan Departeman Agama saat itu dan database Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat). Berikut jumlah jemaah haji Indonesia selama 127 tahun:

Tahun
1888 – 6044 orang
1889 – 6841 orang
1890 – 8092 orang
1891 – 6874 orang
1892 – 7128 orang
1893 – 11788 orang
1894 – 7075 orang
1895 – 7895 orang
1896 – 7694 orang
1897 – 7568 orang
1898 – 7421 orang
1899 – 6092 orang
1900 – 5669 orang
1901 – 9481 orang
1902 – 4964 orang
1903 – 6863 orang
1904 – 8694 orang
1905 – 9219 orang
1906 – 10300 orang
1907 – 10944 orang
1908 – 14234 orang
1909 – 24425 orang
1910 – 18353 orang
191 1 – 26321 orang
1912 – 28427 orang
1913 –
1914 –
1915 – 72 orang
1916 – 48 orang
1917 – 1163 orang
1918 – 14805 orang
1919 – 28795 orang
1920 – 22212 orang
1921 – 22022 orang
1922 – 39000 orang
1923 – 74 orang
1924 – 3474 orang
1925 – 52412 orang
1926 – 43082 orang
1927 – 31405 orang
1928 – 33000 orang
1929 – 6917 orang
1930 – 4385 orang
1931 – 226 orang
1932 – 2854 orang
1933 – 3693 orang
1934 – 4015 orang
1935 – 5432 orang
1936 – 14976 orang
1937 – 0 orang
1938 – 0 orang
1939 – 0 orang
1940 – 0 orang
1941 – 0 orang
1942 – 0 orang
1943 – 0 orang
1944 – 0 orang
1945 – 0 orang
1946 – 0 orang
1947 – 0 orang
1948 – 0 orang

Pada Tahun 1937 sd 1948 terjadi kekosongan jemaah haji disebabkan oleh 3 hal. Pertama; kondisi perekonomian bangsa dan rakyat Indonesia dalam keadaan tidak berdaya sama sekali, Kedua; sebagaimana suatu bangsa yang baru merdeka negara dalam penataan, dan Ketiga; bangsa Indonesia dihadapkan kepada perang kemerdekaan (agresi militer) dan keluarnya fatwa ulama yang mengharamkan meninggalkan tanah air dan tidak wajib pergi haji dalam keadaan perang melawan penjajah.

1949 – 9892 orang
1950 – 11843 orang
1951 – 9502 orang
1952 – 14324 orang
1953 – 10318 orang
1954 – 10676 orang
1955 – 12621 orang
1956 – 13424 orang
1957 – 16842 orang
1958 – 10314 orang
1959 – 10318 orang
1960 – 11613 orang
1961 – 7820 orang
1962 – 10003 orang
1963 – 15039 orang
1964 – 15004 orang
1965 – 15000 orang
1966 – 15983 orang
1967 – 16949 orang
1968 – 16506 orang
1969 – 9292 orang
1970 – 26897 orang
1971 – 22288 orang
1972 – 22344 orang
1973 – 39954 orang
1974 – 68543 orang
1975 – 54859 orang
1976 – 25477 orang
1977 – 34063 orang
1978 – 72416 orang
1979 – 43723 orang
1980 – 74741 orang
1981 – 67074 orang
1982 – 55157 orang
1983 – 49651 orang
1984 – 38093 orang
1985 – 39796 orang
1986 – 57171 orang
1987 – 56420 orang
1988 – 54406 orang
1989 – 57904 orang
1990 – 71242 orang
1991 – 79347 orang
1992 – 106722 orang
1993 – 122869 orang
1994 – 158533 orang
1995 – 196548 orang
1996 – 193364 orang
1997 – 197463 orang
1998 – 201910 orang
1999 – 70927 orang
2000 – 180558 orang
2001 – 203130 orang
2002 – 196813 orang
2003 – 201319 orang
2004 – 192690 orang
2005 – 189842 orang
2006 – 189087 orang
2007 – 188569 orang
2008 – 189699 orang
2009 – 189358 orang
2010 – 196206 orang
2011 – 199848 orang
2012 – 192290 orang
2013 – 154547 orang
2014 – 154467 orang

Tahun 2013-2014 renovasi dan pengembangan Masjidil Haram oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan saat ini masih berjalan, mengakibatkan berkurangnya kapasitas daya tampung tempat tawaf, yang sebelumnya 48.000 jemaah per jam menjadi 22.000 jemaah per jam. Dengan demikian, untuk menjamin keselamatan, kenyamanan, dan keamanan para jamaah haji di dunia, otoritas setempat memberlakukan kebijakan pengurangan kuota haji dunia sebesar 20%.