Pakar Psikologi Keluarga Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Nurul Hartini SPsi MKes Psikolog, mengungkapkan bahwa pasangan yang menikah dengan perbedaan agama memiliki tantangan yang lebih besar daripada pasangan dengan keyakinan yang sama.
Dengan memutuskan untuk menikah berbeda agama dan tidak ada yang mau berkorban, sebenarnya itu sudah menandakan bahwa mereka memang sulit menyatukan sejak awal. Padahal bagi sebagian orang, agama menjadi hal yang esensial dalam kehidupan mereka, kata Nurul.
Akhirnya, bukan tidak mungkin ke depan akan banyak permasalahan yang timbul akibat perbedaan itu. Jelasnya, permasalahan lain akan timbul ketika pasangan tersebut memiliki anak. Terkadang anak dibuat bingung disaat kedua orang tuanya menanamkan nilai yang berbeda.
Walaupun, ia menyadari bahwa sangat memungkinkan mereka mampu hidup dengan perbedaan tersebut akibat toleransi yang tinggi. “Saya yakin setiap dari kita pasti inginnya apa yang kita tanamkan untuk anak-anak itu adalah hal-hal yang kebenarannya memang benar menurut kita,” tambah Guru Besar Fakultas Psikologi UNAIR tersebut.
Menurutnya, agama menjadi hal penting dalam diri seorang manusia, karena hal tersebut akan mempengaruhi dan memberikan warna pada diri pribadi. Agama pun akan menjadi pondasi dalam kita berpikir, bersikap, hingga memberikan respon.
“Kalau memang sulit bersatu, mungkin memang bukan pernikahan jalan untuk mempersatukan. Kita tetap saudara, tapi bukan disatukan dalam ikatan tali pernikahan,” tutupnya.*