Berikut ini pandangan ulama tentang maulid Nabi. Memasuki bulan Maulid, masyarakat Islam Nusantara berbondong-bondong untuk menabung buah guna perayaan maulid Nabi di tanggal 12 Rabiul Awal. Demikian adalah sebuah ekspresi kebahagiaan mereka atas diberikannya nikmat yang agung, yaitu dijadikan sebagai umatnya Nabi Muhammad Saw.
Sayyid Muhammad Alawi al Maliki menyatakan bahwa maulid ini adalah bukti nyata seorang hamba dalam mencintai Nabi Muhammad;
“Tidak layak bagi seorang yang berakal, bertanya: ‘Mengapa kalian memperingati maulid?’ karena hal tersebut seolah-olah dia bertanya: ‘Mengapa kalian bergembira dengan lahirnya Nabi Muhammad?’
Maka apakah pantas pertanyaan semacam itu berasal dari seseorang yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah? Pertanyaan tersebut tidak memerlukan jawaban dan orang yang ditanya cukup menjawab:
“Saya memperingati (maulid) karena saya bahagia dan senang kepada Nabi Muhammad. Saya senang dan bahagia kepada Nabi karena saya cinta kepadanya. Saya cinta kepadanya karena saya beriman”. (al-Ilam bi Fatawa Aimmat al-Islam Haul Maulidihi alaih al-Shalat wa al-Salam, H. 9).
Pandangan Ulama tentang Maulid Nabi
Dengan demikian tidak perlu menyangsikan amaliyah ini, lalu bagaimana komentar ulama terkait merayakan maulid Nabi ini? Abi Bakar Syatha mereportasekan dalam kitab I’anah Thalibin sebagaimana redaksi berikut;
قال الحسن البصري، قدس الله سره: وددت لو كان لي مثل جبل أحد ذهبا لأنفقته على قراءة مولد الرسول
Artinya; Imam Hasan Basri berkata; Andai aku memiliki emas sekadar Gunung Uhud, niscaya akan aku infakkan untuk acara pembacaan maulid Nabi.
Sementara itu, Junaid al Baghdadi menyebutkan bahwa orang yang melaksanakan maulid akan mendapatkan keimanan yang sempurna. Ia berkata;
قال الجنيدي البغدادي رحمه الله; من حضر مولد الرسول وعظم قدره فقد فاز بالإيمان.
Artinya; Imam Junaid Al-Baghdadi; sesiapa yang menghadiri acara maulid Nabi dan mengagungkannya, niscaya dia akan memperoleh iman (yang sempurna)
Syekh Ma’ruf Kurkhi menyebutkan bahwa orang yang merayakan maulid akan dikumpulkan bersama orang yang shalih dan para kekasaih Allah lainnya;
قال معروف الكرخي قدس الله سره:من هيأ لأجل قراءة مولد الرسول طعاما، وجمع إخوانا، وأوقد سراجا، ولبس جديدا، وتعطر وتجمل تعظيما لمولده حشره الله تعالى يوم القيامة مع الفرقة الأولى من النبيين، وكان في أعلى عليين.
Artinya; Imam Al-Ma’ruf Al-Kurkhi; Barang siapa menyiapkan diri dengan makanan untuk acara membaca maulid nabi, dan untuk jama’ah persaudaraan sesama muslim, dan menyalakan lampu-lampu untuk acara, dan memakai pakaian baru, berwangi-wangian, dan berhias yang cakep, demi mengagungkan Maulid Nabi, maka Allah swt akan mengumpulkan mereka bersama golongan orang-orang terdahulu dari para nabi, dan ia berada di tempat yang paling tinggi.
ومن قرأ مولد الرسول – صلى الله عليه وسلم – على دراهم مسكوكة فضة كانت أو ذهبا وخلط تلك الدراهم مع دراهم أخر وقعت فيها البركة ولا يفتقر صاحبها ولا تفرغ يده ببركة مولد الرسول – صلى الله عليه وسلم -.
Artinya; Barang siapa membaca Maulid Rasululloh saw, atas beberapa uang dirham yang tercetak dari logam perak atau emas, kemudian logam-logam dirham tersebut menjadi berkumpul menempel) antara satu dengan lainnya, maka mereka mendapatkan keberkahan dan orang tersebut tidak faqir dan tidak putus-putus mendapat berkah Rasulullah saw.
Selanjutnya, Al-Imam Ay-Yafi’i menyebutkan akan mendapatkan kelak di surga akan dibangkitkan bersama orang yang shaleh. Ia berkata;
وقال الإمام اليافعي اليمنى: من جمع لمولد النبي – صلى الله عليه وسلم – إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءة مولد الرسول بعثه الله يوم القيامة مع الصديقين والشهداء والصالحين ويكون في جنات النعيم.
Artinya; Imam Ay-Yafi’i Al-Yamani; Barangsiapa berkumpul-kumpul untuk acara Maulid Rasululloh saw atas dasar persaudaraan, menyiapkan makanan, memisah dari tempat-tempat tertentu, beramal bagus dan menjadikan membaca maulid Rasululloh saw maka dihari kiamat Alloh saw membangkitkannya bersama orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid, dan para sholihin, dan mereka semua di surga Naim.
Jalaluddin As-Suyuthi menyebutkan bahwa kelak orang yang merayakan maulid kelak akan mendapatkan doa dari malaikat. Dan bersama orang yang shaleh;
قال سلطان العارفين جلال الدين السيوطي في كتابه الوسائل في شرح الشمائل: ما من بيت أو مسجد أو محلة قرئ فيه مولد النبي – صلى الله عليه وسلم – هلا حفت الملائكة بأهل ذلك المكان وعمهم الله بالرحمة والمطوقون بالنور – يعني جبريل وميكائل وإسرافيل وقربائيل وعينائيل والصافون والحافون والكروبيون – فإنهم يصلون على ما كان سببا لقراءة مولد النبي – صلى الله عليه وسلم – قال: وما من مسلم قرئ في بيته مولد النبي – صلى الله عليه وسلم – إلا رفع الله تعالى القحط والوباء والحرق. والآفات والبليات والنكبات والبغض والحسد وعين السوء واللصوص عن أهل ذلك البيت، فإذا مات هون الله تعالى عليه جواب منكر ونكير، وكان في مقعد صدق عند مليك مقتدر.
Jalaluddin As-Suyuthiy didalam kitabnya al-Wasail fi Syarhi Asy-Syamil; “tiada sebuah rumah atau masjid atau tempat pun yang dibacakan didalamnya Maulid Nabi melainkan dipenuhi Malaikat yang meramaikan penghuni tempat itu (menyelubunyi tempat itu) dan Allah merantai Malaikat itu dengan rahmat dan Malaikat bercahaya (menerangi) itu antara lain Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Qarbail, ‘Aynail, ash-Shaafun, al-Haafun dan al-Karubiyyun.
Maka sesungguhnya mereka (malaikat) itulah yang mendo’akannya karena membaca Maulid Nabi. Tiada seorang Muslim pun yang didalam rumahnya dilakukan pembacaan Maulid Nabi Saw kecuali Allah akan mengangkat wabah kemarau, kebakaran, karam, kebinasaan, kecelakaan, kebencian, hasad dan pendengaran yang jahat, (terhindar) dari pencuri ahli-ahli rumah tersebut.
Maka jika apabila mati, Allah akan memudahkan baginya dalam menjawab (pertanyaan) Malaikat Munkar dan Nakir. Dan mereka akan ditempatkan didalam tempat yang benar pada sisi-sisi raja yang berkuasa.
Sebagai closing statement, ada ungkapan syair yang cukup menarik. Dikatakan;
ورحم الله القائل، وهو حافظ الشام شمس الدين محمد بن ناصر، حيث قال: إذا كان هذا كافرا جاء ذمه وتبت يداه في الجحيم مخلدا أتى أنه في يوم الإثنين دائما يخفف عنه للسرور بأحمد فما الظن بالعبد الذي كان عمره بأحمد مسرورا ومات موحدا.
“Jika orang seperti Abu Lahab saja yang jelas-jelas tercela dan kekal di neraka, setiap hari senin diringankan siksanya sebab ia bergembira dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW. Maka apalagi jika yang bergembira seorang muslim, yang sepanjang hidupnya bergembira atas lahirnya Nabi Muhammad SAW dan wafat dalam keadaan Islam”.
Keterangan ini disarikan dari kitabnya Abi Bakar Syatha yang berjudul I’anah Al-Thalibin, Juz 3 H. 414. Demikian penjelasan terkait pandangan ulama tentang Maulid Nabi. Wallahu a’lam bi al-Shawab. [Baca juga: 4 Dalil Boleh Maulid Nabi].