ass. wr wb. pak ustadz
semoga pak ustadz selalu dalam lindungan Allah Swt, amin. pak ustadz, saya baru beli rumah, tapi pemiliknya bukan orang muslim, rumah itu sendiri masih ada yang mengontrak. menurut yang mengontrak rumah itu agak “seret” rejekinya. apakah memang benar dalam islam kita percaya bahwa suatu rumah akan mempengaruhi rejeki penghuninya. juga arah rumah yang menghadap ke selatan lebih baik dibanding menghadap ke arah lain. mohon penjelasan dari pak ustadz. terimakasih dan wassalam
Waalaikumusslam Wr Wb
Saudara ds yang dimuliakan Allah swt
Sebagai seorang muslim haruslah meyakini bahwa rezeki seluruh makhluk ada ditangan Allah swt, termasuk rezeki manusia. Dan tak satu makhluk pun yang luput dari pemberian rezeki oleh Allah kepadanya, sebagaimana firman-Nya :
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud : 6)
Bahkan Allah swt telah menuliskan bagi setiap bayi yang akan terlahir rezekinya bersamaan dengan ajal, amal serta celaka atau bahagianya sebagaiamana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya tiap-tiap kalian akan dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqoh selama itu juga, kemudian menjadi mudhghoh selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh padanya. Lalu diperintahkan untuk menuliskan empat kata : rezekinya, ajalnya, amalnya dan celaka serta bahagianya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Allah pula lah yang menjadikan rezeki sebagian manusia dilebihkan dari sebagian lainnya dengan hikmah dan pengetahuan-Nya.
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Artinya : “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukhruf : 32)
Sebagai konsekuensi dari persyahadatan seorang muslim yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah adalah meyakini bahwa rezeki yang diterima atau didapat seluruhnya adalah berasal dari Allah swt, tidak diperbolehkan baginya untuk meyakini hal-hal yang berbau khurafat atau kemusyrikan didalam permasalahan rezeki ini, seperti : keyakinan bahwa letak arah rumah mempengaruhi rezeki yang didapatnya.
Akan tetapi apabila letak rumah strategis menjadi bahan pertimbangan seseorang didalam berbisnisnya yang dari situ diharapkan akan banyak pembelinya dan mendapatkan income berlebih maka hal ini dibolehkan, seperti : seorang yang ingin membuka sebuah toko lalu memilih rumah di pinggir jalan yang banyak dilalui orang. Hal demikian termasuk didalam kategori ikhtiyar (usaha) yang dibolehkan dan sebagai sebuah sebab baginya untuk mendapatkan income tambahan namun diharuskan baginya untuk meyakini bahwa rezeki atau pendapatannya itu adalah dari Allah swt dengan tetap bertawakal kepada-Nya.
Sedikitnya rezeki seseorang bisa jadi sebagai sebuah ujian dan cobaan baginya untuk menaikkan derajatnya di sisi Allah swt sebagaimana Dia swt telah menguji manusia-manusia pilihan-Nya yang terdahulu, dari kalangan para Nabi dan salafusshaleh, sebagaimana firman Allah swt :
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ﴿٨٣﴾
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ ﴿٨٤﴾
Artinya : “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al Anbiya : 83 – 84)
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ
Artinya : “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh kefakiran dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.” (QS. Al Baqoroh : 214)
Namun bisa juga kekurangan atau seretnya rezeki yang didapat seseorang adalah dikarenakan dosa atau maksiat yang dilakukannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya seseorang terhalang rezekinya disebabkan dosa yang menimpanya dan tidaklah takdir itu dicegah kecuali dengan doa dan tidaklah umur bertambah kecuali dengan kebaikan.” (HR. Ahmad)
Wallahu A’lam