Perbedaan Zakat dan Sedekah

Perbedaan Zakat dan Sedekah

Fatwa Syekh Muhammad Shalih Al-Munajjid

Pertanyaan:

Apakah perbedaan antara sedekah dan zakat?

Jawaban:

Alhamdulillah.

Zakat secara bahasa artinya pertumbuhan atau peningkatan, pemasukan, berkah, pembersihan. (Lisanul ‘Arab, 14: 358, Fathul Qadir 2: 99)

Sedekah secara bahasa diambil dari kata ash-shidqu yang artinya jujur. Maka, (sedekah) adalah bukti kejujuran keimanannya. (Fathul Qadir, 2: 399)

Adapun pengertian secara syar’i sebagai berikut:

Zakat adalah peribadatan kepada Allah ‘Azza Wajalla dengan menunaikan bermacam-macam zakat yang diwajibkan atasnya kepada orang-orang yang berhak menerimanya sesuai dengan petunjuk syariat.

Sedekah adalah peribadatan kepada Allah dengan mengeluarkan harta yang tidak diwajibkan oleh syariat. Terkadang sedekah dimaknai sebagai zakat yang wajib.

Adapun perbedaan antara zakat dan sedekah adalah sebagai berikut:

Pertama: Pada zakat, Islam mewajibkan zakat pada perkara tertentu seperti: emas, perak, pertanian, perkebunan buah, perdagangan, perternakan unta, sapi, dan domba.

Sedangkan pada sedekah, tidak ada keharusan pada perkara tertentu, boleh pada segala sesuatu tanpa ada batasan.

Kedua: Pada zakat, terdapat syarat-syarat dalam zakat seperti haul dan seseorang harus memiliki harta tertentu dalam jumlah yang tetap.

Pada sedekah, tidak ada syarat-syarat yang mengikatnya, boleh ditunaikan kapan saja sesuai kemampuan.

Ketiga: Pada zakat, Allah mewajibkan untuk menunaikan zakat kepada golongan yang telah ditetapkan, tidak boleh kepada selain mereka. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Ta’ala,

اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعٰمِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغٰرِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. At-Taubah: 60)

Adapun sedekah, boleh diberikan kepada golongan penerima zakat atau selainnya.

Keempat: Zakat bagi orang yang meninggal dan masih meninggalkan kewajiban zakat, maka ahli waris wajib mengeluarkan harta orang yang meninggal untuk ditunaikan sebelum dikeluarkan untuk wasiat dan warisan.

Sedangkan sedekah, tidak ada kewajiban demikian.

Kelima: Orang yang tidak menunaikan zakat akan disiksa seperti dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya (987). Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ما من صاحب كنز لا يؤدي زكاته إلا أحمي عليه في نار جهنم فيجعل صفائح فيكوى بها جنباه وجبينه حتى يحكم الله بين عباده في يوم كان مقداره خمسين ألف سنة ثم يرى سبيله إما إلى الجنة وإما إلى النار ، وما من صاحب إبل لا يؤدي زكاتها إلا بطح لها بقاع قرقر كأوفر ما كانت تستن عليه كلما مضى عليه أخراها ردت عليه أولاها حتى يحكم الله بين عباده في يوم كان مقداره خمسين ألف سنة ثم يرى سبيله إما إلى الجنة وإما إلى النار ،وما من صاحب غنم لا يؤدي زكاتها إلا بطح لها بقاع قرقر كأوفر ما كانت فتطأه بأظلافها وتنطحه بقرونها ليس فيها عقصاء ولا جلحاء كلما مضى عليه أخراها ردت عليه أولاها حتى يحكم الله بين عباده في يوم كان مقداره خمسين ألف سنة مما تعدون ثم يرى سبيله إما إلى الجنة وإما إلى النار…

Tidaklah seorang pemilik harta benda yang tidak membayar zakatnya, melainkan pada hari kiamat akan dibuatkan untuknya seterika api yang dipanaskan di neraka Jahanam. Kemudian diseterikakan pada lambungnya, dahinya, dan punggungnya. Hingga Allah memutuskan di antara hamba-hamba-Nya di suatu hari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun dibanding hari di dunia. Kemudian barulah dilihatkan jalannya ke surga atau ke neraka. Dan tidak ada seorang pemilik unta pun yang enggan mengeluarkan haknya (zakat dari untanya), melainkan (pada hari kiamat kelak) ia ditelentangkan di suatu tempat yang datar, lalu ia diinjak dan digigit oleh unta-unta itu. Setiap kali unta yang terakhir telah melaluinya, maka unta yang pertama kembali melaluinya. Demikianlah hingga Allah memutuskan perkara di antara para manusia pada suatu hari, di mana waktu itu sama dengan lima puluh ribu tahun (di dunia), dan baru ia akan melihat jalannya, apakah ke surga ataukah ke neraka. Dan tidak ada seorang pemilik kambing pun yang enggan mengeluarkan haknya (zakat dari untanya), melainkan (pada hari kiamat kelak) ia ditelentangkan di suatu tempat yang datar, lalu ia diinjak dan digigit oleh kambing-kambing itu. Setiap kali kambing yang terakhir telah melaluinya, maka kambing yang pertama kembali melaluinya. Demikianlah, hingga Allah memutuskan perkara di antara para manusia pada suatu hari, di mana waktu itu sama dengan lima puluh ribu tahun (di dunia), dan baru ia akan melihat jalannya, apakah ke surga ataukah ke neraka …”

Adapun sedekah, orang yang meninggalkannya tidak mendapat siksa.

Keenam: Zakat berdasarkan imam mazhab yang 4 tidak boleh diberikan kepada ushul dan furu‘. Ushul adalah ibu, bapak, kakek, dan nenek. Furu‘ adalah anak dan cucu.

Adapun sedekah boleh diberikan kepada ushul maupun furu‘.

Ketujuh: Zakat tidak boleh diberikan kepada orang kaya dan orang yang kuat untuk bekerja.

Hadis dari ‘Ubaidillah bin ‘Adiy radhiyallahu ‘anhu berkata,

أخبرني رجلان أنهما أتيا النبي صلى الله عليه وسلم في حجة الوداع وهو يقسم الصدقة فسألاه منها فرفع فيهما البصر وخفضه فرآنا جلدين فقال : ” إن شئتما أعطيتكما ولا حظ فيها لغني ولا لقوي مكتسب

Ada dua orang memberitahukan kepadaku bahwa keduanya mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam waktu haji wada’, yaitu ketika beliau membagikan shadaqah (zakat) kemudian dua orang itu meminta bagian darinya. Maka, beliau memandang orang itu dari atas hingga ke bawah. Dan ketika kelihatan masih kuat, beliau bersabda, ‘Kalau kalian berdua mau, saya akan berikan kepada kalian berdua. Dalam zakat itu tidak boleh diberikan kepada orang kaya dan orang kuat yang mampu bekerja.: (HR. Abu Dawud no. 1633 dan An-Nasa’i no. 2598, hadis ini dinyatakan sahih oleh Imam Ahmad dan lainnya. Lihat Talkhisul Khabir, 3: 108)

Adapun sedekah boleh diberikan kepada orang kaya dan kuat bekerja.

Kedelapan: Zakat paling afdal diambil dari harta orang kaya di satu negeri lalu diberikan kepada golongan fakir di negeri tersebut pula. Bahkan, sebagian ulama berpendapat tidak boleh diberikan kepada fakir di negeri lain, kecuali jika ada maslahatnya.

Adapun sedekah boleh untuk yang dekat atau yang jauh.

Kesembilan: Zakat tidak boleh diberikan kepada orang kafir dan musyrik.

Adapun sedekah, boleh untuk kafir dan musyrik.

وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسْكِيْنًا وَّيَتِيْمًا وَّاَسِيْرًا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (QS. Al-Insan: 8)

Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Tawanan di negeri Islam itu tidak ada kecuali orang musyrik.”

Kesepuluh: Zakat seorang muslim tidak boleh diberikan untuk pasangannya berdasarkan ijma para ulama.

Adapun sedekah boleh untuk suami atau istri.

Poin-poin di atas adalah beberapa perbedaan zakat dan sedekah.

Sedekah juga dimaknai seluruh amal kebaikan, sebagaimana perkataan Imam Bukhari rahimahullah dalam Shahih-nya, “Bab Setiap Perbuatan Baik adalah Sedekah.” Kemudian beliau meriwayatkan dengan sanad dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كل معروف صدقة

Setiap kebaikan adalah sedekah.”

Ibnu Bathal rahimahullah berkata, “Hadis ini menunjukkan bahwa setiap perbuatan dan perkatan baik seseorang dicatat baginya sebagai sedekah.”

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Sabda shallallahu ‘alaihi wasallam, كل معروف صدقة, yaitu hukumnya adalah ganjaran pahala baginya.”

Wallahu a’lam.

Demikian. Semoga bermanfaat.

***

Penulis: dr. Abdiyat Sakrie, Sp.JP, FIHA

Catatan kaki:

Diterjemahkan dari https://islamqa.info/ar/9449

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/86804-perbedaan-zakat-dan-sedekah.html