Perpustakaan Islam Yogyakarta, Bagaimana Nasibnya?

Perpustakaan Islam Yogyakarta, Bagaimana Nasibnya?

Bagaimana nasib buku, majalah dan arsip penting di Perpustakaan Islam Yogyakarta yang konon jumlahnya mencapai 70.000 itu?

Hidayatullah.com | CERITA  perpustakaan ini awalnya sejak zaman Jepang di Jakarta. Pada tahun 1942, pemimpin-pemimpin Islam di Jakarta telah mendirikan Yayasan Perpustakaan Islam, Yayasan Masjid Besar, Lembaga Percetakan Al-Qur`an dan Sekolah Tinggi Islam.

Setelah proklamasi, perpustakaan Islam ini pindah ke Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibu Kota RI. Sejak SK Menteri Agama KH. Masykur 2 Agustus 1948, perpustakaan ini berada dalam pengawasan Kementrian Agama dan diberi subsidi dan tenaga karyawan.

Pada 12 Januari 1950, perpustakaan ini berjalan di bawah pengawasan  Badan Wakaf Perpustakaan Islam yang diketuai KHM. Faried Ma’ruf dengan anggota: KH. Taufiqurrahman, KH. Ali Maksum, Burhanuddin Harahap, KH. Bakir, Abdullah Aidit, Dr. Sukiman, Wiwobo dll.

Sedangkan seponsornya di antaranya: H. Abubakar Atjeh, Kartosudarmo dan  Moh. Natsir. Tahun pertama dipegang Kartosudarmi kemudian dipegang Pak Muqoddas Syuhada yang meninggal tahun 1969. Kemudian dilanjutkan oleh Pak Sholihin.

“Kegiatan perpustakaan Islam inipun telah mampu membuat orang-orang buta (tunanetra) untuk bisa melihat dunia ini, dengan buku-buku yang diterbitkannya dalam huruf Braille…,” demikian  dikutip buku Revolusi Indonesia yang diterbitkan Departemen Penerangan RI.

Lebih dari itu, perpustakaan ini juga terkoneksi dengan perpustakaan-perpustakaan Luar Negeri seperti: Eropa, Asia Tengah, Asia Timur dan Australia. Bahkan tahun 1951 sudah menjadi anggota the Library Association di London. Ia juga terhubung dengan perpustakaan Al-Azhar dan negara RPA dan Muktamar Alam Islamy.

Perpustakaan ini sangat terkenal di luar negeri. Sampai-sampai pada tahun 1955, Presiden Anwar Sadat memberi bantuan 10.000 buku. Rupanya, yang memperkenalkan nama perpustakaan Islam ini ke Eropa adalah Dr. Yap yang ahli hukum itu.

Pada pemberitaan Majalah Kiblat No. 10 (XIX/1971), diberitakan bahwa perpustakaan ini yang sebelumnya bertempat di Jalan Tugu Kidul (yang sudah 25 tahun) akan terancam pindah lagi. Perlu diketahui, di dalamnya ada 70.000 buah buku, majalah dan arsip penting lainnya.

Masalahnya gedung itu adalah milik orang WNI Tionghoa, nah kemudian mau dijual dan ditawarkan terlebih dahulu pada Perpustakaan Islam. Awalnya harganya 2 juta, kemudian berkembang jadi 6 juta.

Namun, mereka kesulitan mendapatkan dana itu karena untuk oprasional sendiri saja sudah berat. Oleh karenanya, Pemimpin Umum Kiblat mengajah kaum muslimin untuk menyelamatkan perpustakaan ini.

***

Dalam keterangan Majalah Suara Muhammadiyah No. 2 (Thn. 63/1983), perpustakaan ini luasnya 1100 meter persegi terletak di jalan Mangkubumi 38 Yogyakarta (Kemungkinan besar alamatnya pindah karena relokasi). Informasi tambahan lain dari majalah ini, bahwa pejabat yang turut menyambut hangat berdirinya perpustakaan ini di antaranya: M. Zain Djambek, Islamil Djamil, HM. Rasjidi, Prawoto Mangkusasmito dll. Diterangkan pula bahwa Kepala Perpustakaan Islam ini di antaranya: H. Abu Bakar Aceh, H. Mukaddas Suhada, H. Mohammad Solichin dan pada tahun 1981 dipegang oleh Moh. Amin Mansoer.

***

Mungkin yang mau mencari jejak Perpustakaan Islam ini bisa dicari dahulu di Jalan Tugu Kidul Yogyakarta, kemudian di jalan Mangkubumi 38 Yogyakarta. Paling tidak, pada tahun 1983 –sebagaimana diberitakan Suara Muhamamdiyah— ada keterangannya, dan sekarang entah di mana bekasnya.

Bagaimana nasib buku, majalah dan arsip penting yang jumlahnya 70.000 itu? Selamat Mencari. Semangat Literasi!*/Mahmud Budi Setiawan

HIDAYATULLAH