Pribadi Jujur

SubhaanAllah walhamdulillaah walloohuakbar! Maha Suci Allah yang atas izin-Nya jantung kita masih berdetak sampai hari ini, ruh kita masih berada di dalam jasadnya sampai saat ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku yang dirahmati Allah, kita melihat orang-orang yang menunaikan shalat banyak jumlahnya, orang-orang yang melaksanakan shaum pun banyak jumlahnya. Demikian juga orang-orang yang menunaikan ibadah haji, berbondong-bondong banyaknya setiap tahun. Namun, orang yang jujur, selalu dipertanyakan mengapa tidak sebanyak mereka jumlahnya.

Padahal jelas bahwa tidak ada iman bagi orang yang tidak jujur. Seringkali kita senang menilai orang lain jujur, akan tetapi jarang mempertanyakan kepada diri kita sendiri sejauhmana kejujuran diri kita. Kita senang melihat orang lain jujur, kita senang diperlakukan sebagai orang yang jujur, walaupun sebenarnya kita belum tentu jujur. Kita pun senang berkumpul dan berinteraksi dengan orang yang jujur, namun apakah kita sendiri sudah menjadi orang yang jujur lagi dapat dipercaya?!

Rasulullah Saw adalah seseorang yang diberi gelar Al Amin, seseorang yang sudah terjamin kejujurannya dan terpercaya. Gelar ini diberikan oleh orang-orang di lingkungan beliau yang bahkan belum mengenal Islam. Gelar tersebut adalah gelar bagi orang yang setiap ucapannya pasti benar, setiap janji pasti ditepati, setiap amanah pasti ditunaikan dengan penuh tanggungjawab, bersih dari khianat. Inilah karakter utama yang perlu kita miliki.

Seorang muslim yang jujur adalah karena ia yakin bahwa Allah Swt senantiasa melihat dirinya, senantiasa mengetahui ucapan, perbuatan sekecil apapun yang ia ucapkan dan ia lakukan.

Sesungguhnya kebohongan itu tidak pernah berguna sama sekali. Karena sungguh Allah Swt tidak mungkin bisa kita bohongi. Allah Swt pasti tahu setiap apa yang kita lakukan. Allah Swt berfirman, Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi hati. (QS. Faathir [35] : 38)

Maka dari itu, kebohongan adalah sikap yang konyol, merendahkan, mencelakakan dan menghinakan diri sendiri. Jika kita berbohong, kemudian orang lain bisa dibohongi, sebenarnya itu bukan karena kita pandai berbohong, melainkan karena Allah Swt masih menutupi perbuatan kita dan masih memberi kita kesempatan bertaubat. Dan, jikalau pada saatnya nanti Allah menghendaki untuk membukanya, sehingga terbongkarlah kebohongan kita, maka tiada apapun yang bisa menyelamatkan kita.

Saudaraku, jikalau kebohongan yang kita terbongkar, maka kehormatan kita akan rubuh. Kepercayaan kepada kita pun akan sirna. Sekali kebohongan kita terbongkar, maka akan sulit untuk dipercaya lagi.

Sungguh, dicaci gara-gara kita jujur, itu jauh lebih baik daripada dipuji karena kita tidak jujur. Allah Maha Tahu siapa di antara hamba-hamba-Nya yang jujur, dan Allah berikan rasa tenang, sakiinah di dalam hatinya, sehingga dihina, dikucilkan, dipojokkan seperti apapun, dia akan tetap tenang karena Allah bersamanya.

Sebaliknya, bagi orang yang tidak jujur, sekalipun orang-orang di sekitarnya memujinya, mendukungnya, namun Allah tidak ridho, maka Allah akan cabut rasa tenang di dalam hatinya. Sehingga ia akan diliputi rasa gelisah, cemas, gundah gulana di tengah sanjungan orang. Ia sangat takut suatu saat nanti kebohongannya terbongkar. Padahal kebohongan itu serapat apapun menutupnya, cepat atau lambat niscaya akan terbuka juga.

Apa artinya kekayaan, jabatan, kedudukan, jika didapatkan dengan jalan ketidakjujuran? Apa artinya semua itu jika hanya mendatangkan kegelisahan, ketidaktenangan? Semua itu semu belaka, tidak mendatangkan kebahagiaan, malah akan mendatangkan malapetaka di dunia dan di akhirat. Naudzubillahi mindzalik!

Semoga kita termasuk orang-orang yang jujur. [smstauhiid]

KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK