REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG SELATAN — Profesor dari Chuo University Jepang Hisanori Kato mengagumi Islam sebagai agama yang mampu menjadi tempat bergantung sekaligus pendorong hidup bagi umatnya.
Prof Kato mengatakan demikian karena telah membandingkan masyarakat Jepang dengan masyarakat Indonesia. Masyarakat Jepang yang menurut dia masih tabu dengan agama tercatat ada 30 ribu orang yang melakukan bunuh diri, dengan berbagai sebab.
Sementara, dia melihat rekannya di Indonesia yang merupakan seorang Muslim, ketika mendapatkan musibah dianggap sebagai ujian hidup.
“Orang Jepang tidak pernah menganggap penting agama. Sedangkan Islam tidak ada di Jepang sehingga tidak ada sesuatu yang menjadi tempat bergantung dan juga pendorong untuk hidup,” tuturnya saat konferensi pers usai International Public Lecture di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, (Selasa (1/12).
Ketika terjadi Perang Dunia II, menurut Prof Kato, Jepang mulai menganggap agama sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan. Padahal sebelumnya Jepang merupakan negara religius dengan agama yang mereka anut adalah agama Shinto dan Buddha.
Namun, ketika agama menjadi hal yang tabu, sementara agama di Indonesia masih sangat berperan penting dalam kehidupan sosial masyarakatnya, hal itu yang membuat perbedaan signifikan antara masyarakat Jepang dengan masyarakat Indonesia.
Mengenai hal ini, Prof Kato menilai orang Indonesia masih lebih pintar daripada orang Jepang. Karena orang Jepang tidak memiliki dasar agama, sementara orang Indonesia berpegang teguh pada agamanya.