Qarun dan Fir’aun Masa Kini

Qarun dan Fir’aun Masa Kini

Qarun pernah hidup dalam nikmat harta yang kelewat melimpah. Dikisahkan dalam Al-Quran kunci-kunci gudang hartanya sangat banyak dan berat. Setiap bepergian, Qarun mengenakan baju-baju mewah yang selalu berbeda, memilih kuda terbaik untuk ditungangi, dan berjalan dengan didampingi oleh sepuluh tentaranya untuk memanggul emas, batu Ruby, permata, mutiara, dan perhiasan-perhiasan miliknya. Qarun pamer dan riya. Semua orang terkagum-kagum pada dia dan hartanya.

Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa[1], maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.”(Q.S. Al-Qashash: 76).

Kisah Qarun berakhir ketika suatu kali dia sedang jalan pamer dengan hartanya. Lalu azab Allah datang, seketika bumi bergemuruh dan retak. Tanah yang merekah menelan Qarun, hartanya, kunci-kunci gudang hartanya, dan bala tentaranya. Dan Allah pun memerintahkan bumi untuk menelan istananya.

Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Q.S. Al-Qashash: 81).

Kisah kesombongan selain Qarun datang dari Mesir dan terjadi pada zaman yang sama, yaitu kisah seorang Firaun, Raja Mesir sombong yang mengaku sebagai tuhan. Dia ingin disembah-sembah manusia. Firaun adalah raja pemilik piramida yang selalu diagungkan kedigdayaanya. Dia dengan sombong membangun piramida untuk melihat Tuhan Musa, yaitu Allah.

Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia dari orang-orang pendusta. (Q.S. Al-Qashash: 38).

Firaun dan bala tentaranya ditenggelamkan Allah di Laut Merah. Ketika itu mukjizat Allah datang pada Nabi Musa untuk mampu membelah lautan. Nabi Musa serta kaumnya selamat, sedangkan Firaun dan tentaranya tenggelam tak pernah sampai ke seberang.

Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu[2], kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam).” Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. (Q.S. Thaha: 77-78)

Kisah Qarun dan Firaun bukanlah sekadar dongeng. Kejadian itu memang nyata pernah terjadi di bumi serta jelas diabadikan ceritanya dalam kitab suci Al-Quran. Kisah manusia-manusia congkak zaman dulu itu harusnya mengingatkan kita semua yang hidup sekarang ini. Qarun dan Firaun memang sudah mati, tetapi sifat-sifatnya tetap turun-temurun hidup hingga sekarang.

Mulai perhatikanlah orang-orang di sekeliling kita! Sekarang, banyak orang yang gila fashion: baju, tas, sepatu, dan jam tangan bermerek yang bisa berharga jutaan rupiah. Harga-harga yang kita tahu sebenarnya tidak rasional. Qarun dulu menunggangi kuda terbaiknya. Sekarang orang menunggangi kendaraan mewah yang mencitrakan dirinya siapa. Penilaian khalayak menjadi penting dalam setiap pengambilan keputusan pembelian barang-barang yang prestisius.

Jika Qarun pada zaman dulu memerintahkan pembantunya untuk memanggul harta, orang sekarang tidak perlu susah melakukan itu semua. Gadget-gadget mahal sekarang enteng dibawa sendiri. Merek-merek gadget telah mendefinikan status sosial pemiliknya pada orang lain. Namun, Qarun zaman dulu dengan Qarun zaman sekarang bukankah sama saja, tujuannya riya dan pamer kekayaan pada orang lain.

Sifat Firaun kini juga masih ada. Memang sekarang tidak ada orang yang terang-terangan mengaku sebagai tuhan. Namun, banyak orang yang ingin disembah-sembah orang lain. Banyak yang ingin diakui kehebatannya, kecerdasannya, kepemimpinannya, kemampuannya; merasa hanya dia yang bisa melakukannya, tidak butuh orang lain, merasa mendapatkan semuanya dengan usaha dirinya sendiri; dan lama-kelamaan tidak percaya adanya Tuhan. Sifat Firaun yang utama adalah mengagungkan diri sendiri dan merasa esa.

Qarun dan Firaun dulu berpamer pada kaumnya saja. Celakanya aksi pamer-pameran seperti itu saat ini terfasilitasi semakin luas tidak hanya pada satu kaum saja. Melalui internet membuat orang bisa berpamer tidak hanya pada tetangganya atau orang-orang yang melihat dia di sekelilingnya, melainkan sudah lintas negara, bahkan seluruh dunia.

Padahal, Allah sudah mengingatkan pada kita semua. Qarun dan Firaun telah nyata-nyata diazab lebih dahulu. Manusia seperti kita yang tidak hidup sezaman dengan nabi akan sering mudah lupa. Manusia sekarang banyak yang congkak. Jatuh oleh puji-pujian orang lain. Siapa pun bisa terjebak. Kita yang tidak hati-hati bisa jatuh kapan saja. Semoga kita belajar dari kisah yang penuh hikmah ini. Silakan bermuhasabah diri! ∎

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakaan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa” (Q.S. Al-Qashash: 83).

Maulida Rahma, Kader HMI FEB UGM

HMISLEMAN