Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi memastikan masyarakat Indonesia tidak akan dirugikan dengan adanya gerakan boikot produk Israel. Sebab, produk Israel di Indonesia tidak banyak. Pemboikotan produk dari negeri zionis pun tidak akan berdampak signifikan pada konsumen Indonesia.
“Kalau produk Israel, saya kira tak banyak. Kalau sukses itu kemenangan politis dan tak akan berdampak pada perekonomian yang signifikan terhadap konsumen Indonesia,” kata Tulus kepadaRepublika.co.id, Kamis (10/3).
Pemerintah, ia menjelaskan, harus bisa membedakan mana produk Israel dan Yahudi. Sebab, ia berujar, produk Yahudi banyak digunakan konsumen Indonesia. “Kalau produk Israel dari Israel, kalau Yahudi dari Yahudi, kan ada unsur dari seluruh dunia, itu cukup signifikan,” jelasnya.
Tulus meyakini, jika ada satu produk Israel yang diboikot dan dibutuhkan masyarakat, maka banyak barang yang dapat menggantinya. “Sangat bisa kalau masyarakat butuh, karena kita banyak pilihan,” lanjutnya.
Kecuali, ujar Tulus, bagi negara Timur Tengah. Produk Israel sangat dibutuhkan khususnya buah-buahan. “Karena Israel penghasil produk buah-buahan terbesar di Timur Tengah dan mengekspor ke Rusia,” lanjutnya. Tulus berujar, YLKI mendukung larangan masuknya produk-produk Israel ke Indonesia.
Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa (KTT LB) Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menghasilkan dua dokumen penting, yakni Resolusi dan Deklarasi Jakarta, untuk membantu kemerdekaan Palestina. Salah satu isi Deklarasi Jakarta, yakni melarang masuknya produk-produk hasil dari permukiman ilegal Israel.
Para pemimpin negara OKI memberi dukungan bagi dilaksanakannya konferensi perdamaian internasional. Dunia Islam juga mendorong masyarakat internasional melarang masuknya produk-produk hasil dari permukiman ilegal Israel.