KEPEMIMPINAN Rasulullah dalam segala aspek kehidupan tak dapat dipungkiri lagi. Apalagi urusan peperangan, beliau adalah panglima perang terbaik sepanjang masa, yang penuh dengan kemenangan gemilang namun sedikit menjatuhkan korban baik dari pihak sendiri maupun pihak musuh. Hal ini pula yang tertanam kokoh dalam jiwa para sahabat beliau.
Dikutip dari kisahmuslim.com, sebagian orang mengangkat orang lain menjadi pemimpin karena gelar akademik tinggi yang disandangnya. Ada pula yang mengangkat pemimpin karena pengetahuannya yang luas tentang agama. Tanpa menimbang kapasitasnya dari sisi leadership. Yang dimaksud di sini adalah kepemimpinan dalam sebuah grup, kelompok, organisasi, dan sejenisnya. Bukan kepemimpinan agama seperti yang disebutkan Alquran:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS:As-Sajdah ayat: 24).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membedakan antara Abu Dzar al-Ghifary dengan Amr bin al-Ash dan Khalid bin al-Walid. Padahal dari sisi ke-ulamaan tentu Abu Dzar jauh lebih unggul. Dari sisi ke-islaman, Abu Dzar lebih senior. Ia adalah orang yang pertama-tama menerima dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Artinya ia memeluk Islam kurang lebih 20 tahun sebelum Khalid dan Amr. 20 tahun! Bukan waktu yang singkat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda memuji Abu Dzar radhiallahu anhu, “Bumi tak akan diinjak dan langit tak akan menaungi seorang laki-laki yang lebih benar dialeknya daripada Abu Dzar.” (HR. Ibnu Majah No.152).
Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata tentang Abu Dzar, “Abu Dzar bagai sebuah wadah yang penuh dengan pengetahuan” (Tarikh Dimasq oleh Ibnu Asakir).
Tapi Abu Dzar tidak pernah diberikan kepemimpinan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau hidup di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihiw asallam, Abu Bakar, Umar, dan wafat di masa pemerintahan Utsman. Tidak pernah sama sekali jadi pemimpin.
Pernah sekali Abu Dzar menawarkan diri kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjadi pemimpin. Bukan karena ia tamak kepemimpinan. Tapi ia ingin lebih bermanfaat, menolong, dan berbagi untuk orang lain. Abu Dzar mengatakan, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?” Mendengar permintaanku tersebut, beliau menepuk pundakku seraya bersabda:
“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (HR. Muslim no. 1825).
Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Dzar, aku memandangmu seorang yang lemah dan aku menyukai untukmu apa yang kusukai untuk diriku. Janganlah sekali-kali engkau memimpin dua orang dan jangan sekali-kali engkau menguasai pengurusan harta anak yatim.” (HR. Muslim no. 1826).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mencintai Abu Dzar. Tapi beliau memberikan pesan yang begitu jelas, jika ada dua orang, dia yang jadi pemimpin bukan engkau wahai Abu Dzar.
Pelajaran:
Pertama: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di antara para pemimpin.
Kedua: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat pandai membaca potensi para sahabatnya.
Ketiga: Orang yang berilmu agama memiliki kedudukan yang istimewa. Rasulullah tidak memberikan pujian kepada Khalid sebagaimana beliau memuji Abu Dzar, “aku menyukai untukmu apa yang kusukai untuk diriku”.
Keempat: Kepemimpinan itu berat dan amanah.
Kelima: Leadership adalah bagaimana seseorang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu mencapai tujuan bersama. Terkadang hal ini tidak berhubungan dengan pengetahuan dan tingkat pendidikan. Syaratnya dia seorang muslim kemudian modal utamanya adalah integritas (jujur dan amanah).
Keenam: Ada orang-orang yang terlahir sebagai pemimpin. Ada orang-orang yang bisa dilatih jadi pemimpin. Dan ada orang-orang yang tidak bisa dilatih jadi pemimpin walaupun memiliki mentor sekelas Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar.
Ketujuh: Banyak hal yang bisa digali dari perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiallahu anhum.