KESIMPULAN akan saya letakkan di depan, yakni bahwa ketaatan akan mengantarkan pada kebahagiaan, kedamaian, dan ketenangan hakiki. Kemaksiatan dan pengingkaran akan mengantarkan pada yang sebaliknya.
Tidak ada pilihan lain bagi yang inginkan bahagia, damai dan tenang kecuali taat pada perintah Dzat atau orang yang harus ditaatinya. Berpaling dari ketaatan adalah buah dari hawa nafsu yang tidak terkendali.
Siapakah yang harus ditaati? Taat kita itu kepada siapa? Jawaban yang bisa dikumpulkan dari al-Qur’an dan al-Hadits adalah sebagai berikut: Allah, Rasulullah, Pemimpin (yang tidak memerintahkan kemaksiatan), Orang Tua, Guru, dan Suami. Allah dan Rasulullah harus dan selalu ada dalam prioritas yang utama, yang lainnya adalah sesuai dengan kondisinya. Anak harus mendahulukan orang tuanya kecuali ia adalah seorang wanita yang bersuami maka suaminya memiliki hak ditaati yang lebih besar dibandingkan orang tuanya. Demikianlah yang diajarkan Sang Nabi Muhammad panutan kita.
Berupayalah untuk selalu berada di jalur ketaatan. Sejarah yang banyak bertebar dalam kitab klasik dan kitab modern sepakat untuk meletakkan orang-orang yang taat sebagai teladan kehidupan, sebagaimana ia juga sepakat untuk meletakkan orang yang tidak taat sebagai kisah terbuang yang tak layak untuk ditiru.
Protes akan kebenaran adalah tanda arogan, penentangan pada ketaatan adalah bukti kesombongan, dan tak mau berubah sikap menuju kebenaran adalah simbol kematian hati. Sudahkah kita taat pada yang harus kita taati? Jawabannya ada dalam diri masing-masing, semoga Allah ampuni kita dan membimbing kita pada jalan yang diridlai. Salam, AIM. [*]
Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi