SEMOGA Allah Swt Yang Maha Menatap setiap tindak-tanduk kita, setiap bisikan hati kita, memberikan kita hidayah sehingga kita selalu ada di dalam jalan yang Allah ridhai. Segala pujian hanyalah milik Allah Swt. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada kekasih Allah, suri teladan, Nabi Muhammad Saw.
Sahabatku, kiat kedua agar kita mampu menghadapi persoalan hidup adalah ridho pada apa yang terjadi. Ridho terhadap apa yang akhirnya terjadi, atau ridho pada hasil yang akhirnya kita terima setelah usaha yang kita lakukan.
Mengapa kita harus ridho? Karena jika kita tidak ridho pun, kejadian yang sudah terjadi tetap terjadi, hasil yang sudah kita terima tetap kita terima. Contoh sederhananya, kita sedang berjalan tiba-tiba sebuah bola mengenai kening kita cukup keras. Sikap terbaik menghadapi kenyataan seperti ini adalah bersikap ridho, karena toh bola sudah mengenai kening kita. Jika ada rasa sakit, maka biarkan saja sejenak rasa sakit yang sebentar itu. Tidak perlu menggerutu atau mengutuk keadaan. Lebih baik beristighfar.
Rasulullah Saw bersabda, “Akan merasakan kelezatan iman, orang yang ridho kepada Allah sebagai Robb-nya dan Islam sebagai agamanya, serta (nabi) Muhammad sebagai rosulnya.” (HR. Muslim).
Sebagaimana isi hadits ini, bersikap ridho akan mendatangkan rasa tentram di dalam batin kita. Karena sebenarnya penderitaan yang kita rasakan di saat kita menggerutu dan mengutuk kejadian itu bukanlah disebabkan peristiwanya, melainkan disebabkan sikap kita sendiri yang tidak ridho pada peristiwa tersebut.
Contoh lainnya yang seringkali terjadi di tengah kita adalah mengejek atau mencibir keadaan diri sendiri. Ada orang yang mengejek dirinya sendiri hanya karena hidungnya tidak mancung, atau kulitnya gelap, atau posturnya pendek, atau terlahir dari keluarga yang tidak kaya raya.
Orang-orang seperti ini akhirnya merasakan penderitaan. Penderitaan mereka bukan disebabkan oleh kenyataan, melainkan disebabkan oleh sikap mereka sendiri terhadap kenyataan. Maka, tidak heran jika orang seperti ini mengalami stress. Seperti seorang wanita yang sudah melewati usia 30 tahun, kemudian ia pontang-panting menghindari gejala penuaan dengan cara operasi plastik. Biaya yang mahal dikejarnya, sedangkan keriput di wajah tetap saja muncul. Dia pun stress.
Sikap seperti ini adalah sikap yang tidak ridha menghadapi kenyataan, sehingga ia bersikap secara berlebihan. Ia tidak ridho menghadapi kenyataan bahwa muda dan tua adalah sunnatulloh yang akan dialami manusia.
Saudaraku, ridho bukanlah pasrah begitu saja. Ridho adalah keterampilan kita untuk realistis menerima kenyataan. Hati menerima, pikiran dan fisik berikhtiar memperbaiki diri sehingga bisa menemui kenyataan yang lebih baik lagi. Jika sakit gigi, bersikaplah ridho dengan menerima bahwa itu ujian dari Allah, sembari kaki melangkah ke dokter gigi sebagai bentuk ikhtiar mengobati dan merawat gigi karena itu adalah titipan Allah Swt. Karena boleh jadi sakit gigi adalah karena kelalaian kita merawat titipan Allah tersebut.
Oleh karena itu, peristiwa apapun yang terjadi di dalam hidup kita, marilah kita hadapi dengan ridho: terimadengan lapang dada, tanpa berkeluh kesah dan yakini bahwa segala yang terjadi ada dalam kekuasaan Allah Swt. Tidak ada kejadian apapun yang luput dari pengetahuan dan kekuasaan-Nya. Sekalipun peristiwa tersebut tidak sesuai dengan harapan kita, bahkan cenderung pahit untuk diterima. Ridha adalah sikap terbaik agar ujian tersebut berbuah berkah bagi kita.
Allah Swt berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan berbagai macam cobaan) sehingga berkatalah Rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al Baqoroh [2] : 214).
Bersikap ridho itu seperti apabila kita menanak nasi ternyata tanpa disadari air yang kita tuangkan terlalu banyak sehingga beras yang rencananya akan kita buat sebagai nasi malah menjadi bubur. Menyikapi kenyataan ini sikap yang baik tentu bukan menggerutu atau marah-marah, melainkan bersikaplah ridha sembari mencari daun seledri, kacang kedelai dan suwiran daging ayam. Ditambahi kecap dan krupuk. Maka, bubur pun kini menjadi bubur ayam spesial.
Ridha akan membuat hidup kita lebih nyaman dan lapang. Bukankah kita ingin agar Allah Swt ridho kepada kita? Jalannya adalah bersikap ridha pada apapun keputusan-Nya. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang ridho (pada ketentuan Allah), maka Allah akan ridho kepadanya.” (HR. Tirmidzi).[smstauhiid]