IKHLAS sering diartikan sebagai tidak riya dalam beramal. Riya adalah syirik kecil. Dalam tulisan berikut ini, yang dipetik dari kitab al-Thariqah al-Muhammadiyah, Syekh al-Birgawi dengan gamblang menerangkan bagaimana riya bisa melanda baik pendamba dunia maupun pendamba akhirat.
Termasuk penyakit hati yang menyebabkan kekufuran adalah riya. Orang yang riya biasanya berusaha mencari kesuksesan di dunia ini dengan melakukan ibadah, kemudian mengabarkan kesalehannya itu kepada orang lain. Memberitahukan amal kita ke orang lain, tanpa mereka menanyakannya, dan bukan dengan maksud mengajari atau memperbaiki pemahaman keagamaan
mereka, termasuk sikap riya.
Riya adalah salah satu perwujudan sifat nifak (munafik), yaitu berusaha menampilkan suatu sikap yang bertentangan dengan kenyataannya. Lawan riya adalah ikhlas atau ketulusan hati yang merupakan dasar keberagaman.
Ikhlas berarti berbuat dan berperilaku selaras dengan iman. Sikap Ikhlas lahir dari kesungguhan untuk mencari jalan keselamatan dan kedamaian di dunia dan di akhirat serta didorong oleh kehendak yang kuat untuk mendekati diri pada Allah swt.
Orang yang ikhlas akan mendapatkan balasan karunia yang besar dari Allah di dunia ini, berupa kepuasan batin karena selalu merasa diawasi dan diperhatikan oleh Allah swt. Nabi saw bersabda, “Apabila kau tak sanggup melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR.Muslim dari Ibn Umar).
Kadang-kadang kemunafikan merasuk ke dalam hari didorong oleh hasrat meraih sukses duniawi. Inilah pangkal kemunafikan dalam lingkup kehidupan dunia. Tetapi, bila keuntungan ukhrawi juga muncul dalam keinginan seseorang, keadaannya menjadi rumit. Muncul persaingan yang hebat antara mementingkan keuntungan duniawi atau keuntungan ukhrawi.
ORANG YANG IKHLAS AKAN BERUSAHA MENJAGA SETIAP TINDAKAN, IBADAH, DAN KESALEHAN LAINNYA AGAR TETAP TAK TAMPAK DAN LUPUT DARI PERHATIAN
MANUSIA. [Chairunnisa Dhiee]