Sebab-Sebab Makmurnya Negeri

Sebab-Sebab Makmurnya Negeri

Pertanyaan: 

Apa saja penyebab makmurnya negeri?

Jawaban:

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu wassalamu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in, amma ba’du.

Kemakmuran negeri merupakan bentuk nikmat dari Allah ta’ala. Dan semua nikmat itu hakikatnya hanya dari Allah dan diminta kepada Allah. Allah ta’ala berfirman:

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّـهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl: 53).

Oleh karena itu kemakmuran suatu negeri tidaklah didapatkan kecuali dengan mencari keridhaan Allah ta’ala. Dan hal-hal yang Allah ridhai yang mendatangkan kemakmuran negeri adalah:

  1. Mewujudkan tauhid dengan sebenar-benarnya

Allah ta’ala berfirman:

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اْلأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang berhak mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang berhak mendapatkan petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82).

Dalam ayat ini Allah menjanjikan siapa saja yang beriman kepada Allah dan tidak berbuat syirik maka Allah akan berikan keamanan di dunia dan akhirat. Ini bentuk kemakmuran negeri, yaitu rasa aman.

  1. Beriman dan bertakwa dengan sebenar-benarnya

Allah ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96).

Dalam ayat ini Allah ta’ala menjanjikan kepada penduduk negeri yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, akan dibukakan keberkahan bagi negeri tersebut dari langit dan bumi. Ini adalah bentuk kemakmuran, yaitu keberkahan negeri.

  1. Jauhi maksiat

Maksiat adalah sumber musibah dan kesengsaraan. Allah ta’ala berfirman:

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat” (QS. An-Nahl: 112).

Allah ta’ala jugaa berfirman:

وَلَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

“Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. An-Nahl: 113). 

Oleh karena itu, penduduk negeri yang menginginkan kemakmuran dan keselamatan, wajib untuk menjauhkan diri dari segala bentuk maksiat.

  1. Bekerja sama dengan pemerintah dalam perkara yang makruf

Allah ta’ala menakdirkan semua bentuk kenikmatan dengan didahului sebab-sebab. Tidak diragukan lagi bahwa bekerja sama dengan pemerintah adalah sebab terbesar untuk meraih kemakmuran suatu negeri. Oleh karena itu, kita diperintahkan oleh Allah untuk menaati pemerintah dalam perkara yang ma’ruf (baik). Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59).

Rakyat yang taat dan mau bekerja sama dengan pemerintahnya dalam perkara yang makruf, akan mendapatkan kemuliaan dan kemakmuran. Dari Abu Bakrah Nafi bin Al-Harits Ats-Tsaqafi, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَكرم سُلطانَ اللهِ أَكرمَه اللهُ ، ومَنْ أهانَ سُلطانَ اللهِ أهانه اللهُ

“Barang siapa yang memuliakan penguasa, maka Allah akan memuliakan dia. Barang siapa yang menghinakan penguasa, maka Allah akan menghinakan dia” (HR. Tirmidzi no. 2224, Ahmad no. 20433, dihasankan Al-Albani dalam Zhilalul Jannah Takhrij Kitabus Sunnah li Abi Ashim no. 1017).

  1. Banyak bersyukur

Di antara sebab datangnya kemakmuran adalah banyak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang Allah berikan, betapa pun kecil nikmat itu. Nikmat yang kecil, ketika disyukuri maka akan Allah tambahkan lagi. Sebaliknya, ketika nikmat tidak disyukuri maka Allah akan tambahkan azab, wal’iyyadzu billah. Allah ta’ala berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (QS. Ibrahim: 7).

Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

من لم يشكرِ القليلَ لم يشكرِ الكثيرَ

“Siapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, maka ia tidak akan mensyukuri nikmat yang banyak” (HR. Ahmad no.18449, dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib no.976

Wallahu a’lam, semoga Allah ta’ala memberi taufik.

Walhamdulillahi rabbil ‘alamin, wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.

Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S. Kom .

KONSULTASI SYARIAH