Sebab-Sebab Terbukanya Rezeki dan Terhindar dari Musibah

Sebab-Sebab Terbukanya Rezeki dan Terhindar dari Musibah (Bag. 1)

Bismillah wal-hamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du,

Tobat, beribadah, zikir, doa, dan istigfar kepada Allah adalah sebab tersingkirnya musibah

Allah Ta’ala dalam surah Al-Anfal ayat 33 berfirman,

وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

“Tetapi Allah tidak akan mengazab mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” (QS. Al-Anfal: 33)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

تعرَّفْ إلى اللهِ في الرخاءِ يعرفُك في الشدَّةِ

“Ingatlah Allah saat lapang (dengan taat kepada-Nya), niscaya Allah akan mengetahuimu saat susah (sehingga menolongmu).” (HR. At-Tirmdzi, sahih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

‏من سره أن يستجيب اللهُ له عند الشَّدائدِ والكُرَبِ ، فلْيُكثِرِ الدعاء في الرخاءِ

“Barangsiapa yang suka Allah kabulkan doanya saat susah dan menderita, maka hendaklah dia perbanyak doa saat lapang.” (HR. At-Tirmdzi, sahih)

Allah Ta’ala berfirman,

فَلَوْلَآ اَنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ

“Maka, seandainya dia (Nabi Yunus ‘alaihis salam) tidak termasuk orang-orang yang banyak bertasbih (mensucikan Allah),”

لَلَبِثَ فِيْ بَطْنِهٖٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

“niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari Kebangkitan.” (QS. Ash-Shaffat: 143-144)

Tafsir Al-Baghawi rahimahullah

Sa’id bin Jubair radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Makna tasbih, yaitu ucapan:

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Tiada tuhan yang berhak disembah, kecuali Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Anbiya’: 87)

Al-Baghawi rahimahullah menafsirkan makna “termasuk orang-orang yang banyak bertasbih” dalam ayat tersebut dengan mengatakan, “(Nabi Yunus ‘alaihis salam) termasuk orang-orang yang mengingat Allah sebelum itu, dan beliau dahulu termasuk orang yang banyak berzikir.

Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah

Ibnu Abbas, Sa’id bin Jubair, Adh-Dhahhak, ‘Atha’ bin As-Saib, As-Suddi, Al-Hasan, dan Qatadah rahimahumullah menafsirkan makna “termasuk orang-orang yang banyak bertasbih” dalam ayat tersebut, yaitu “(Nabi Yunus ‘alaihis salam) orang-orang yang menunaikan salat.”

Tafsiran ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Al-Alusi rahimahullah dalam kitab tafsirnya, Ruhul Ma’ani, tentang kaidah yang diutarakan oleh pakar tafsir di kalangan sahabat, Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu,

كُلُّ ما في القُرْآنِ مِنَ التَّسْبِيحِ فَهو بِمَعْنى الصَّلاةِ

Setiap tasbih dalam Al-Qur’an, maka bermakna salat.”

Tafsir Ad-Durrul Mantsur, As-Suyuthi rahimahullah

Pakar tafsir di kalangan tabiin, Mujahid rahimahullah menafsirkan makna “termasuk orang-orang yang banyak bertasbih”, yaitu: “(Nabi Yunus ‘alaihis salam) orang-orang yang rajin beribadah kepada Allah” sebelum terjadinya musibah tersebut.

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah dari Adh-Dhahhak bin Qais, berkata,

“Ingatlah Allah (ber-dzikrullah-lah) saat lapang, niscaya Allah akan mengetahui kalian saat susah (sehingga menolong kalian). Karena sesungguhnya Nabi Yunus ‘alaihis salam dahulu adalah hamba yang saleh dan rajin dzikrullah (mengingat Allah), lalu tatkala (terkena musibah) berada di dalam perut ikan besar, Allah berfirman,

فَلَوْلَآ اَنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ

“Maka, seandainya dia (Nabi Yunus ‘alaihis salam) tidak termasuk orang-orang yang banyak bertasbih (mensucikan Allah),”

لَلَبِثَ فِيْ بَطْنِهٖٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

“niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan.” (QS. Ash-Shaffaat: 143-144)

Adapun Fir’aun dahulu adalah seorang yang melampui batas lagi melupakan dzikrullah (tidak ingat Allah), lalu tatkala ia (terkena musibah) tenggelam (di laut), ia berkata,

اٰمَنْتُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا الَّذِيْٓ اٰمَنَتْ بِهٖ بَنُوْٓا اِسْرَاۤءِيْلَ وَاَنَا۠ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri).”

Namun, justru dikatakan kepadanya,

اٰۤلْـٰٔنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ

“Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Yunus: 90-91)”

Benarlah apa yang dinyatakan Adh-Dhahhak bin Qais rahimahullah, bahwa kesalehan dan dzikrullah adalah sebab dihilangkannya malapetaka, sedangkan sikap melampui batas dan melupakan Allah Ta’ala adalah sebab malapetaka.

Tafsir Ibnul Jauzi rahimahullah

Pakar tafsir di kalangan tabiin, Qatadah rahimahullah, berkata, “Tentulah perut ikan besar menjadi kuburan baginya sampai hari Kiamat, akan tetapi beliau dahulu banyak menunaikan salat saat lapang, lalu Allah Ta’ala selamatkan beliau dengan sebab banyak salat tersebut.”

Tafsir Al-Mawardi rahimahullah

“Pendapat keempat dari pendapat-pendapat ahli tafsir:

‘Termasuk orang-orang yang bertobat’, dan ini pendapatnya Quthrub.

Ada pula ahli tafsir yang mengatakan, “(Nabi Yunus ‘alaihis salam) tobat di waktu lapang, lalu Allah selamatkan beliau di waktu bencana.”

Benarlah tafsir ulama tersebut, karena dosa itu penyebab musibah. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Asy-Syura ayat 30,

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan musibah apa pun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan (dosa) kalian sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahan kalian).” (QS. Asy-Syura: 30)

Tafsir Aisarut Tafasir, Syekh Abu Bakr Al-Jazairi rahimahullah

“Tafsirnya yaitu (sampai) hari kiamat, perut ikan besar akan menjadi kuburan bagi beliau.

Maksudnya, kalaulah Nabi Yunus ‘alaihis salam bukan termasuk orang-orang yang bertasbih, yaitu termasuk orang-orang yang banyak menunaikan salat, zikir, doa, dan tasbih sebelum terkena musibah, tentulah Allah tidak mengilhamkan apa yang ia ucapkan, ‘Laa ilaaha illa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhoolimiin.’ ”

Saat menyimpulkan faedah dari ayat yang agung ini, Syekh Abu Bakr Al-Jazairi rahimahullah mengatakan,

“(Dalam ayat ini) terdapat keutamaan salat, zikir, doa, dan tasbih, serta betapa besar manfaat semua itu (untuk menyingkirkan bencana) ketika terjadi bencana.”

Tafsir Al-Muyassar, Majma’ Al-Malik Fahd Arab Saud

“Kalaulah bukan karena banyaknya ibadah dan amal saleh yang Nabi Yunus ‘alaihis salam telah lakukan sebelum ditelan ikan besar tersebut, dan juga tasbihnya saat berada di dalam perut ikan itu dengan mengucapkan,

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

‘Tiada tuhan yang berhak disembah, kecuali Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang zalim.’ (QS. Anbiya’: 87)

Niscaya Nabi Yunus ‘alaihis salam tetap dalam perut ikan itu dan perut ikan tersebut akan menjadi kuburnya sampai hari kiamat.”

Ringkasan dari tafsir surah Ash-Shaffaat ayat 143-144

Penyebab Allah Ta’ala selamatkan Nabi Yunus ‘alaihis salam dari musibah ditelan ikan besar adalah karena beliau bertobat kepada Allah, bertasbih menyucikan Allah yang mengandung doa istigfar, banyak salat, banyak zikir, dan banyak ibadah kepada Allah Ta’ala semata.

Intinya, kalaulah bukan karena banyaknya ibadah, amal saleh, dan tasbih yang Nabi Yunus ‘alaihis salam lakukan, tentunya Allah tidak menghilangkan musibah yang beliau alami.

Berdakwah, mengajak manusia kepada Allah adalah sebab terhindarkan dari musibah, azab, serta kebinasaan di dunia

Allah Ta’ala berfirman,

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

“Dan peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Ketahuilah, bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)

Ayat yang agung ini menunjukkan bahwa siksaan Allah Ta’ala tidak hanya akan menimpa orang-orang yang zalim secara khusus, namun juga selain mereka tatkala muncul kezaliman di tengah masyarakat, namun tidak ada yang mengingkarinya. Dan solusi semua itu adalah dengan bangkitnya para da’i menegakkan amar makruf nahi mungkar, berdakwah mengajak manusia kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman juga dalam surah Hud ayat 117,

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا مُصْلِحُوْنَ

“Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, selama penduduknya orang-orang yang melakukan perbaikan.” (QS. Hud ayat 117)

Jelaslah dalam ayat ini, Allah Ta’ala tidak akan membinasakan suatu negeri jika masih ada orang yang berdakwah memperbaiki masyarakat, melaksanakan amar makruf nahi mungkar.

Mendirikan salat dan berdakwah dengan jenis dakwah yang wajib itu adalah sebab mendapatkan rezeki

Allah Ta’ala berfirman dalam surah Thaha ayat 132,

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)

Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah

“Maksudnya, jika kamu mendirikan salat, maka akan datang kepadamu rezeki dari arah yang tidak kamu sangka sebagaimana firman Allah,

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3

Tafsir “Li Yaddabbaruu Aayaatihi”, Syekh Prof. Dr. Umar bin Abdullah Al-Muqbil, Professor Universitas Qosim, Saudi Arabia

Pertama: Di antara pintu-pintu rezeki adalah tadabbur ‘amaliyyah (mengamalkan) ayat,

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.”

Sebagian salaf saleh dahulu, jika musibah kesusahan menimpa keluarga mereka, mereka memerintahkan kepada keluarganya, “Dirikanlah salat, dengan ini Allah perintahkan kalian!”, dan beliau membacakan ayat di atas.

Kedua: Menyibukkan diri dengan berdakwah dengan jenis dakwah yang wajib akan mengundang rezeki, bukan justru memalingkan dari mendapatkan rezeki.

Firman Allah Ta’ala yang di dalamnya terdapat iming-iming dunia dalam peribadahan kepada Allah Ta’ala

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. (QS. Al-A’raf: 96)

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللّٰهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا ࣖ

“Barangsiapa menghendaki pahala di dunia, maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’: 134)

فَاٰتٰىهُمُ اللّٰهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْاٰخِرَةِ ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ

“Maka, Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 148)

Dalam surah Ath-Thalaq ayat 2-3, Allah juga berfirman,

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

[Bersambung]

***

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/81412-sebab-sebab-terbukanya-rezeki-dan-terhindar-dari-musibah-bag-1.html