KETIKA sedang membaca tulisan ini, yakinkah saudara bahwa benar-benar ada kata dan kalimat yang sedang dibaca? Yakinkah saudara kalau benar-benar sedang memegang buku atau ada di depan komputer, laptop atau gadget?
Apabila saudara yakin tulisan ini benar-benar ada dan saudara sedang membacanya, begitulah ibaratnya bagi seseorang yang imannya kuat. Dia yakin Allah pasti sedang memerhatikannya, seyakin dia pada adanya huruf-huruf di depannya saat dia sedang membaca.
Sampai di sini, saudara jangan coba-coba mengaku-aku, misalnya, “Ya benar, Allah sedang hadir bersama saya sekarang, Dia sedang menatap saya yang mencari ilmu.” Sebab, ketika sedang membaca tulisan ini, di samping kita mungkin ada teman-teman yang salah seorangnya sudah lama ditarget sebagai calon istri. Atau saudara memang bicara sendiri, tetapi sedang di rekam untuk diupload di Youtube.
Tidak akan ada artinya pengakuan lisan karena Allah Maha Tahu. Mari kita bicara pada hati kita sendiri. Kita melihat ke lubuk hati kita yang terdalam dengan kejujuran. Benarkah kita yakin bahwa Allah sedang menatap kita saat membaca tulisan ini?
Nah, seseorang yang imannya kuat, yang haqqul yaqin, tanpa ditanyakan pun dia selalu ingat kepada Allah Taala. Sulit baginya melupakan Allah. Dia hanya tertarik kepada Allah. Semua gemerlap dan gemerincing duniawi sudah tidak ada apa-apanya lagi. Harta, jabatan, pangkat dan gelar tidak menarik baginya.
Seseorang di antara pembaca yang imannya kuat, dia akan tenang dan lancar saja melihat ke lubuk hatinya. Tidak ada persoalan dunia yang akan menjadi kendala atau membuat keruh kejujuran hatinya. lngatnya kepada Allah Ta’ala tidak hanya, misalnya, saat membaca tulisan ini saja, tetapi juga saat melakukan beragam aktivitas lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang imannya kuat sudah tidak menginginkan dunia, apalagi membangga-banggakan apa-apa yang dimiliki. Dia tidak bangga punya harta miliaran, tiga rangkap jabatan pimpinan, atau pun tiga titel profesor di depan namanya. Dia juga tidak takut tidak punya uang. Tidak meminta-minta kepada manusia Dia tidak takut dan berharap-harap dari makhluk.
Terhadap harta, jabatan, pangkat dan gelar, dia melihatnya hanya sekadar tanggung jawab. Dari banyaknya harta yang dipunyai, jabatan yang dipegang, gelar yang disandang, yang terbayang adalah lamanya hisab. Hisab uang, lusinan sepatu, cincin, arloji, gadget, rumah, dan belum perhitungan tanggung jawab atas ilmu yang dimiliki, serta jabatan yang diduduki.
Jadi, kuatnya iman seseorang akan menjauhkannya dari ketakutan dan kesedihan duniawi. Dia akan jauh dari yang namanya risau, bingung dan galau dalam menempuh kehidupan yang sementara, termasuk terhadap ancaman yang dapat menyebabkan kematian. Dia yakin kalau waktu, tempat dan cara meninggalnya merupakan sebuah rahasia dan telah ditentukan oleh AIIoh Ta’aIa. Semakin kuat imannya justru membuat dia semakin rindu ingin pulang.
Iman LEMAH… hidup selalu galau, penuh kecemasan, kebingungan.
Iman KUAT… Hati tenang hidup mantap.
* Sumber: Buku Ikhtiar Meraih Ridha Allah Jilid 1
Oleh : KH Abdullah Gymnastiar