Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan nasional merupakan konsep yang sejatinya bersesuaian dengan nilai-nilai Islam. Tidak percaya?
Bhinneka Tunggal Ika bersalah dari Bahasa Kami atau Bahasa kuno yang digunakan di Jawa. Istilah Bhinneka Tunggal Ika diambil dari “Kakawin Sutasoma,” sebuah karya sastra Jawa Kuno yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad ke-14. Dalam kakawin ini, terdapat baris yang terkenal yang menyatakan, “Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa” yang dapat diterjemahkan sebagai “Berbeda-beda, tetapi tetap satu, tanpa ada yang kuat mengalahkan yang lain.”
Kedalaman makna dari semboyan ini lah yang menjadi cermin dari kehidupan bangs aini. Pada awal kemerdekaan konsep Bhinneka Tunggal Ika diadopsi sebagai moto resmi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi bagian dari lambang negara Indonesia.
Secara makna, semboyan ini memiliki kesesuain dengan prinsip al-Quran tentang keragaman. Dalam Surat Al-Hujurat (49:13) dinyatakan : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ayat ini menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang beragam, baik dari segi etnis, budaya, dan bahasa. Tujuan dari keragaman ini adalah agar manusia dapat saling mengenal dan berinteraksi dengan baik. Ayat ini juga menekankan bahwa keutamaan seseorang tidak ditentukan oleh latar belakang etnis atau suku, tetapi oleh ketakwaannya.
Meskipun berbeda-beda, Nabi Muhammad SAW dalam khutbah perpisahan (khutbah wada’) beliau, menyatakan: “Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu Tuhan dan bapak kalian (Adam) adalah satu, tidak ada kelebihan Arab atas non-Arab atau sebaliknya, atau kulit hitam atas kulit putih atau sebaliknya, kecuali dengan taqwa.”
Berbeda-beda tetapi mempunyai tujuan dan asal yang sama. Manusia seluruh bersaudara dalam kemanusiaan dan keagamaan. Memiliki satu Tuhan dan memiliki leluhur yang sama. Perbedaan memang keniscayaan, tetapi sesungguhnya keragaman itu adalah memiliki sumber yang sama.
Karena kesamaan inilah, tidak ada kelebihan seseorang berdasarkan latar belakang etnis, warna kulit dan suku bangsa. Semuanya menjadi setara. Hanya predikat takwa yang membedakan derajat manusia di sisi Tuhan.
Konsep Bhinneka Tunggal Ika merupakan konsep dan kesadaran yang sejatinya menekankan pada harmoni dalam keragaman. Keragaman bukan penghalang untuk bersatu dan saling kenal dan menghormati.