Orang Mukmin adalah orang yang sangat antusias terhadap semua kebaikan dan selalu bersikap lemah lembut terhadap sesama manusia.
Sikap santun dalam menyampaikan pesan, berlemah lembut dalam berbicara dan juga dalam berdialog merupakan metode yang benar yang bisa menarik hati banyak orang, bisa mengembalikan hati-hati yang telah menjauh dari Islam ataupun pendapat-pendapat yang telah berubah. Allâh Azza wa Jalla berpesan kepada Nabi Musa dan Harun ‘Alaihimas salam :
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut! Mudah-mudahan ia menjadi sadar atau takut [Thaha/20:44]
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Dalam ayat ini terdapat pelajaran yang sangat berharga yaitu Fir’aun (kala itu) sosok manusia sudah berada pada puncak pembangkangan, keangkuhan dan kesombongan (terhadap ajaran Nabi Musa Alaihissallam), sementara Musa Alaihissallam adalah manusia terbaik pilihan Allâh Azza wa Jalla saat itu, namun demikian Allâh Azza wa Jalla memerintahkannya untuk tidak berbicara dengan Fir’aun kecuali dengan perkataan yang santun dan lemah lembut.”
(Fir’aun dengan sombongnya sampai berani mengaku dan memaksa rakyatnya untuk mengakui bahwa dia tuhan yang maha tinggi. Sungguh itu sebuah ungkapan lisan orang yang amat sangat sombong. Semoga Allâh Azza wa Jalla menghindarkan kita semua dari kesombongan yang telah menyeret fir’aun dan juga syaitan dalam pembangkangan terburuk.)
Kata-kata cacian hanya akan memantik fitnah (bencana). Caci maki tidak akan bisa menarik kembali hati orang yang sudah terlanjur menjauhi kita juga tidak bisa meluluhkan hati para penentang. Caci maki justru menanamkan rasa dendam dan benci di hati serta membuat orang yang berseberangan semakin nekad dan keras kepala.
Barangsiapa menyerang setiap orang yang tidak sependapat dengannya dengan kata-kata keji, ucapan-ucapan yang buruk lagi tercela, maka apa yang dia lakukan itu hanya akan memperburuk keadaan dan memperparah penyakit.
Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa membimbing kita semua untuk mencontoh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ucapan-ucapan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat santun
Orang yang rendah moralnya, lisannya tajam dan kotor, suka merendahkan harga diri orang lain, pengumpat, hobi melontarkan tuduh-tuduhan keji terhadap orang tak bersalah, suka menyerang orang-orang yang baik, semua ucapannya hanya umpatan dan cacian; Sungguh orang seperti ini tidak pantas disebut mushlih (orang yang melakukan perubahan kearah yang lebih baik), penasihat atau guru pembimbing yang baik.
Wahai orang-orang yang suka menulis pernyataan-pernyataan yang penuh umpatan dan kutukan! Wahai orang-orang yang suka melontarkan tuduhan serta melakukan justifikasi! Kalian akan dimintai pertanggungan jawab atas semua yang kalian tulis pada hari seluruh makhluk dikumpulkan yakni hari kiamat. Saat itu, semua amalan sekecil apapun akan ditimbang dan diperhitungkan. Setiap orang akan datang didampingi malaikat yang menjadi saksi dan malaikat yang menggiring.
Wahai orang-orang yang bersembunyi di balik layar! Yang bersembunyi dibelakang nama samaran demi menghindari pandangan manusia lalu melontarkan celaan tapi atas nama orang lain! Apakah engkau lupa bahwa Allâh Azza wa Jalla senantiasa melihat anda dan Dia mengetahui semua yang anda sembunyikan.
Seorang Mukmin yang benar, bukanlah seorang yang banyak mencela, bukan yang banyak melaknat, bukan orang yang keji, dan bukan pula orang yang omongannya kotor.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam suri tauladan kita, bukan seorang yang sering melontarkan celaan, kutukan dan ucapan-ucapan keji. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً
Sesunguhnya aku tidak diutus sebagai tukang melaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat.
Beliau juga bersabda :
سِبَابُ المسْلِمِ فُسُوْقٌ
Mencaci maki seorang Muslim adalah suatu kefasikan.
Dalam riwayat lain disebutkan :
اَلْمُسْتَبَّانِ شَيْطَانَانِ يَتَهَاتَرَانِ وَيَتَكَاذَبَانِ
Dua orang yang saling memaki adalah seperti dua syaitan yang saling menjatuhkan dan mendustakan lawannya.
Dalam sebuah riwayat dari Jabir disebutkan:
قَالَ جَابرٌ بن سليْم رَضيَ اللهُ عَنْه : قُلْتُ: اعْهَدْ إِلَيَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: لَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا قَالَ: فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ حُرًّا، وَلَا عَبْدًا، وَلَا بَعِيرًا، وَلَا شَاةً،
Dari Jabir bin Salîm z bercerita, “Aku berkata, ‘Buatlah ikatan perjanjian denganku wahai Rasûlullâh!’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menjawab, “Janganlah sekali-kali engkau memaki orang lain“. Kata Jabir, “Sejak itulah aku tidak pernah memaki seorang pun, baik ia orang merdeka atau hamba sahaya, termasuk tidak memaki unta dan kambing”. [HR Abu Dawud]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda kepadanya, “Jika ada orang yang mencela dan memakimu dengan celaan yang dia tahu ada pada dirimu, maka janganlah kamu balas mencelanya dengan celaan yang engkau tahu ada pada dirinya. Karena akibat celaannya itu hanya kembali kepada dia.” [HR. Abu Daud]
Semoga Allâh senantiasa memberikan petunjuk kepada kita dan menyelamatkan kita dari kejahatan jiwa-jiwa kita.
Allâh Azza wa Jalla melarang kaum Muslimin dari perbuatan mencaci maki sesembahan orang-orang musyrik agar itu tidak menjadi alasan mereka untuk membenarkan tindakan mereka yang mencaci maki Allâh Azza wa Jalla .
Firman Allâh Azza wa Jalla :
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
Janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allâh, karena nanti mereka akan memaki Allâh dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan [Al-An’âm/6:108]
Sungguh cacian dan celaan yang diarahkan kepada tuhan-tuhan sesembahan mereka hanyalah akan membuat mereka semakin ingkar, keras kepala dan semakin menjauhi kita. Jika demikian, ini bertentangan dengan misi dakwah yang dikehendaki Allâh Azza wa Jalla .
Hendaklah kita senaniasa waspada dan mawas diri. Jangan sampai kita menghadapi mereka dengan kekerasan, makian, kutukan dan umpatan. Sebab itu hanya akan membuat mereka semakin menjauh dari kebenaran, sunnah dan budi pekerti yang luhur.
Sampaikanlah dan jelaskanlah kebenaran itu dengan mengemukakan dalil-dalil dengan cara-cara yang bijak dan sesuai.
Kewajiban kita hanyalah menyampaikan nasihat, mengajak dan mencegah. Soal menjadikan mereka baik dan buruk bukanlah tugas kita. Itu urusan Allâh, bukan urusan kita. Allâh Azza wa Jalla yang akan menghitung dan membalas mereka.
Oleh Syekh Shalah Bin Muhammad Al-Budair
Read more https://almanhaj.or.id/7404-seorang-mukmin-bukan-orang-yang-hobi-mencela.html