Antara orang yang terpesona dengan dunia dan orang yang mengharapkan pahala Allah.
Dalam salah satu kisah Al-Qur’an, Allah Swt menceritakan tentang Qarun (seorang konglomerat sombong yang merasa semua yang ia miliki adalah hasil dari kehebatannya sendiri).
قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِيٓۚ
Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” (QS.Al-Qashash:78)
Dalam Surat Al-Qashas diceritakan bahwa suatu hari Qarun melakukan pawai dengan menampakkan kehebatan dan kekayaannya. Disaat itulah manusia yang memandang Qarun saat itu terbagi menjadi dua kelompok.
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ فِي زِينَتِهِۦۖ
“Maka keluarlah dia (Karun) kepada kaumnya dengan kemegahannya.”
1. Kelompok yang silau dengan dunia.
Ketika melihat kekayaan Qarun, air liur mereka menetes dan mereka menyesal karena tidak memiliki seperti apa yang dimiliki oleh Qarun. Kekayaan Qarun bagi mereka adalah sebuah anugerah dan kemuliaan di sisi Allah Swt.
قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا يَٰلَيۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَآ أُوتِيَ قَٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٖ
Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, “Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Karun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS.Al-Qashash:79)
Kelompok pertama ini terpesona oleh gemerlap dunia dan pikirannya hanya sibuk untuk mendambakan dunia.
2. Kelompok kedua adalah para ulama’ sejati yang tidak silau dengan dunia.
Yang dipikirkan dan yang diharapkan oleh kelompok kedua ini hanyalah keridhoan dan kerelaan Allah Swt. Dan mereka meyakini bahwa keridhoan dan kerelaan Allah hanya akan diraih oleh orang yang beriman dan beramal sholeh serta menghiasi diri dengan kesabaran.
وَقَالَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ وَيۡلَكُمۡ ثَوَابُ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لِّمَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗاۚ وَلَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلصَّٰبِرُونَ
Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, “Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Qashash:80)
Bagi mereka kenikmatan dunia tidak da artinya bila akhirnya kelak tidak mendapatkan pahala dan kerelaan Allah Swt.
Inilah dua kelompok yang berbeda ketika melihat gemilau kekayaan dunia. Di satu sisi hanya berharap dunia dan di sisi lain hanya mengharapkan kerelaan Allah Swt.
Ketika Allah menghancurkan semua kekayaan Qarun dengan sekejap mata, kelompok pertama baru menyadari bahwa dunia ini hanya sementara dan akan segera sirna. Semua adalah pemberian Allah dan kapanpun dengan mudah Allah akan mencabutnya.
فَخَسَفۡنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلۡأَرۡضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٖ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُنتَصِرِينَ – وَأَصۡبَحَ ٱلَّذِينَ تَمَنَّوۡاْ مَكَانَهُۥ بِٱلۡأَمۡسِ يَقُولُونَ وَيۡكَأَنَّ ٱللَّهَ يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُۖ لَوۡلَآ أَن مَّنَّ ٱللَّهُ عَلَيۡنَا لَخَسَفَ بِنَاۖ وَيۡكَأَنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلۡكَٰفِرُونَ
Maka Kami benamkan dia (Karun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri. Dan orang-orang yang mendambakan kedudukannya (Karun) itu berkata, “Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya).
Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).” (QS.Al-Qashash:81)
Dan akhir dari kisah Qarun dalam Surat Qashas ini, pada ayat 83 Allah mengakhiri kisah ini dengan Firman-Nya.
تِلۡكَ ٱلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ نَجۡعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوّٗا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فَسَادٗاۚ وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلۡمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.Al-Qashash:82-83)
Akhirat bukanlah tempat bagi mereka yang sombong dan berbuat durjana. Karena akhir yang baik hanya dimiliki oleh orang-orang yang bertakwa.
Dari kisah ini, kita bisa melihat dimana posisi kita. Apakah kita termasuk orang-orang yang silau dengan dunia dan hanya sibuk untuk mengejarnya ?
Memang kita tidak dilarang untuk mencari dunia, namun jangan sampai pikiran kita hanya disibukkan oleh dunia sehingga melupakan tujuan hidup yang sebenarnya. Jangan sampai kita menghalalkan segala cara untuk mengerjarnya.
Ingatlah bahwa pahala dan kerelaan Allah serta Surga-Nya jauh lebih baik dari semua kemilau keindahan dunia.
ثَوَابُ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لِّمَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗاۚ وَلَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلصَّٰبِرُونَ
“Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Qashash:80)
Semoga Bermanfaat….