Salman Rushdie dibesarkan di keluarga Muslim namun lebih memilih atheis, dia menikah empat kali namun mayoritas gagal dalam membina rumah tangganya
NAMA Salman Rushdie kembali mencuat setelah puluhan tahun hilang. Penulis novel The Satanic Verses (Ayat-ayat Setan) paling diburu akibat fatwa hukuman mati ulama Iran ini baru saja dikabarkan mengalami penikaman saat berbicara di sebuah acara di Chautauqua Institution, di negara bagian New York.
Siapa sebenarnya Salman Rushdie? Nama lengkapnya adalah Ahmed Salman Rushdie.
Novelis kelahiran 19 Juni 1947 dibesarkan dari kelurga Muslim India, yang kemudian memilih menjadi seorang Atheis. Rushdie dibesarkan di Bombay dan dididik di Katedral dan Sekolah John Connon di Fort , Bombay Selatan sebelum pindah ke Inggris dari India untuk menghadiri Sekolah Rugby di Rugby, Warwickshire , dan kemudian King’s College, Cambridge , dan lulus dengan gelar Sarjana gelar Seni dalam sejarah.
Setelah lulus dari Cambridge , Rushdie tinggal sebentar bersama keluarganya di Pakistan (yang telah pindah ke sana dari Bombay , India), sebelum pindah secara permanen ke Inggris. Sejak tahun 2000, Rushdie telah tinggal di Amerika Serikat, sebagian besar di dekat Union Square di Lower Manhattan , New York City.
Ia menulis novel Midnight’s Children pada tahun 1981, yang kemudian terjual lebih dari satu juta kopi di Inggris. Namanya kembali melambung setelah menulis novel berjudul The Satanic Verses (Ayat-ayat Setan) tahun 1988.
Novel ini telah memicu kemarahan di dunia Islam, bahkan 45 orang tewas dalam kerusuhan terkait buku tersebut, termasuk 12 orang di kota kelahiran Rushdie, Mumbai. Novel ini juga dilarang di banyak negara dengan komunitas Muslim yang besar seperti di Iran, India, Bangladesh, Sudan, Afrika Selatan, Sri Lanka, Kenya, Thailand, Tanzania, Indonesia, Singapura, Venezuela, dan Pakistan.
Salah satu yang memuci kemarahan dunia Muslim adalah penggambaran karakter The Satanic Verses. Salman Rushdie menggambarkan karakter bernama “Mahound”, memiliki kemiripan dengan kisah Nabi Muhammad ﷺ. Nama Mahound (Muhammad) sendiri sering digunakan dalam drama Kristen abad pertengahan untuk menggambarkan tokoh setan.
Banyak Muslim menyimpulkan Rushdie, dalam novelnya, nampak ingin mengarahkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah seorang nabi palsu. Dalam novel tersebut, Rushdie juga menamai dua belas pelacur di rumah bordil dengan nama-nama istri Nabi.
Dia menggunakan tradisi yang didiskreditkan dan palsu – yang disebut Ayat-ayat Setan – di mana Setan mengilhami Muhammad ﷺ untuk berkompromi dengan orang-orang Makkah dan membiarkan mereka terus menyembah dewa-dewa lain dalam upaya untuk memikat mereka masuk Islam.
Selain mengejek Nabi Muhammad ada karakter yang secara jelas didasarkan pada Pemimpin Tertinggi Syiah Iran. Pada 14 Februari 1989, Ayatollah Khomeini, mengeluarkan tanggapan paling keras, menyerukan “semua Muslim pemberani” untuk membunuh Rushdie dan penerbitnya.
Khomeini mengeluarkan fatwa hukuman mati dan sayembara bagi yang bisa membunuhnya akan mendapat hadiah $ 3 juta kala itu (sekarang sekitar Rp 44 miliar), dan sebuah yayasan keagamaan Iran menambahkan lebih $500.000 hadiah tambahan pada tahun 2012.
Warga negara Inggris-Amerika – yang seorang ateis ini – telah telah menghadapi ancaman pembunuhan selama lebih dari 30 tahun sejak penerbitan The Satanic Verses. Sejak peristiwa ini membuatkan harus bersembunyi selama hampir sembilan tahun.
Rushdie sendiri mengklaim, bahwa dorongan utama novelnya adalah untuk memeriksa pengalaman imigran, tetapi beberapa Muslim tersinggung oleh penggambaran Nabi Muhammad ﷺ dan mempertanyakan sifat wahyu Al-Qur’an sebagai firman Tuhan.
Novel Ayat-ayat Setan dilarang pertama kali di negara kelahiran penulisnya, India, dan kemudian beberapa negara lain sebelum Ayatollah Khomeini mengeluarkan fatwa hukuman mati baginya. Fatwa yang belum dibatalkan sampai hari ini menyerukan pembunuhan siapa pun yang terlibat dalam penerbitan buku tersebut dan menawarkan hadiah kepada mereka yang mengambil bagian dalam pembunuhan tersebut.
Ia sempat meminta maaf kepada umat Islam namun tetapi bersembunyi selama 10 tahun setelah keluarnya fatwa. Namun Salman Rushdie sendiri tidak pernah menyesal telah menulis The Satanic Verses.
Sejak difatwakan hukuman mati, ia mengasingkan diri dan dengan hati-hati kembali tampil di depan umum. Di sisi lain, ia banyak dilindungi negara-negara Barat, bahkan mendapat program perlindungan pemerintah Inggris, mencakup penjaga bersenjata sepanjang waktu.
Tidak hanya itu, ia bahkan dianugerahi gelar bangsawan pada tahun 2007 oleh Ratu Inggris atas jasanya dalam bidang sastra, yang memicu aksi protes di Iran dan Pakistan. Pada tahun 1983, Rushdie terpilih menjadi anggota Royal Society of Literature, yang merupakan organisasi sastra senior Inggris.
Ia diangkat pula menjadi Commandeur de l’Ordre des Arts et des Lettres of France pada Januari 1999. Majalah The Times bahkan menempatkannya di urutan ke-13 dalam daftar 50 penulis Inggris terbesar sejak 1945.
Rushdie telah menikah empat kali namun mayoritas gagal dalam rumah tangganya. Sejak tahun 2000, Rushdie telah tinggal di Amerika Serikat. *