Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
SAUDARAKU, lazimnya mereka yang mengikuti pelatihan-pelatihan cepat kaya, tidak suka mendengar ceramah atau membaca tulisan yang bertema “Tidak penting menjadi orang kaya.” Tapi,mungkin bisa sedikit berbeda jika dikatakan bahwa “Yang penting cukup, mau sedekah Rp5 miliar cukup, menghajikan keluarga dan tetangga satu pesawat juga cukup.”
Apakah saudara termasuk di antaranya? Kalau benar, maka gantilah kata “kaya” dengan kata “cukup.” Misalnya “pelatihan cepat kaya” diganti dengan “pelatihan cepat cukup”. Lalu di awal pelatihan beramai-ramai berteriak,”Kita semua harus cukup!” Sehingga saat itu juga pelatihannya langsung selesai. Karena sebelum berangkat pelatihan saja semuanya sudah cukup. “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. ar-Rahmn)
Saudaraku, kata “kaya” itu beraura melimpah, dan jauh dari qanaah. Kaya itu berbau nafsu, dan tidak jelas ujungnya. Bahkan baru berniat atau belum kaya saja, kita sudah bisa terjerumus lupa. Misalnya saat berkata,”Kalau nanti saya kaya ya,” maka saat itu juga wajah sudah riya, nada bicara sudah ujub, dan penekanan kalimatnya sudah sombong.
Mungkin ada yang bertanya, “Terus bagaimana Aa, ini saya baru selesai ikut pelatihan cepat kaya?” Ambil hikmah dari pelatihan itu agar kita makin saleh. Tidak usah menjadi orang kaya, tapi jadilah orang yang hidupnya cukup atau berkah. Karena sedikit mencukupi lebih baik daripada banyak melalaikan.
Berkah adalah bermanfaat dunia dan akhirat. Orang kaya belum tentu hidupnya berkah. Berkah itu cukup, dan cukup itu terukur. Walaupun hanya cukup untuk makan, itu sudah berkah. Cukup untuk membayar kontrakan, memperbaiki rumah orangtua atau membantu pembangunan masjid, itu juga berkah. Berkah itu hati tidak tegang, karena setiap kita sudah ada garisnya, dan dunia ini cuma sebentar.
Oleh sebab itu, kepada yang mengadakan pelatihan cepat kaya seharusnyalah berhati-hati. Seperti jangan mengatakan kalau “dengan bekerja keras kita pasti kaya.” Mengapa sampai berani menyebut “pasti kaya”? Ucapkanlah “insya Allah.” Bahwa “dengan niat yang lurus dan bekerja keras, insya Allah sudah menjadi amal.”
Perkara pemberian terbaik yang akan diberi oleh Allah, maka itu suka-suka Allah saja. Repot kalau semua orang jadi kaya. Walaupun setiap waktu mati-matian ikut pelatihan cepat kaya, tidak mungkin seluruh pesertanya jadi kaya, termasuk panitianya.
Jadi, kaya itu memang cenderung kepada nafsu. Seperti nafsu ingin dihormati dengan disebut sebagai orang kaya. Ingin dihormati ataudianggap keren karena punya ponselbagus, tas dan jam tangan bermerek, jaket dan sepatu mahal, gelang berkilau, make-up mewah, jilbab megah, serta baju dan celana yang warna-warni. Yang kalau dipakai bersamaan justru mirip badut.
Sudahlah, saudaraku. Jika memang mau disebut, lebih baik disebut sebagai orang yang cukup saja. Tidak masalah kalau kita tidak dihormati atautidak dianggap keren. Yang penting kita selamat di dunia dan akhirat.
Rasulullah Saw juga sudah mewanti-wanti, bahwa kelapangan itu lebih berbahaya.“Demi Allah, sesungguhnya bukan kefakiran yang aku takutkan atas kalian. Tapi yang sangat aku takutkan adalah dilapangkannya kehidupan dunia sebagaimana yang terjadi kepada orang sebelum kalian. Kalian berlomba-lomba untuk mendapatkannya sebagaimana orang yang dahulu juga berlomba-lomba untuk itu. Hingga ia menghancurkan kalian, sebagaimana ia menghancurkan orang-orang sebelum kalian.”(HR. Imam Bukhari)
Silakan ikut pelatihan cepat kaya, tapi niat dan ikhtiarkan supaya makin saleh setelahnya. Atau, silakan kalau saudara ingin sibuk mencari dunia atau ingin kaya, asalkan sanggup hati tidak kotor, baik dalam mengusahakan yang belum tentu ditakdirkan, maupun saat diberi yang memang sudah ditetapkan oleh Allah SWT.
Ingatlah bahwa dunia ini hanya tempat singgah. Kekayaan cuma sebegitu adanya dan malah lebih dekat pada kehancuran. Apalagi setiap harta yang kita miliki pasti akan dihisab, dan hisabnya akan lebih berat di akhirat. Sedangkan ketenangan, kemantapan dan keselamatan hidup berada di sisi Allah SWT, bukan dari dunia berikut isinya.“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu, dan di sisi Allah pahala yang besar.”(QS. at-Thaghbun [64]: 15). [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2249019/silakan-ikut-pelatihan-cepat-kaya#sthash.P5mIA3kc.dpuf