Sosok Pemimpin yang Ideal Menurut Syekh Sahal Al-Tustari

Sosok Pemimpin yang Ideal Menurut Syekh Sahal Al-Tustari

Dalam setiap aspek kehidupan, sosok pemimpin berperan krusial. Mereka menjadi penentu arah, pemberi semangat, dan pengambil keputusan yang berdampak pada banyak orang. Tapi, siapakah sebenarnya sosok pemimpin yang ideal? Adakah sosok sempurna yang bisa kita jadikan panutan?

Mendekati masa-masa pemilihan umum, isu terkait kepemimpinan kembali mencuat ke publik. Menjadi pemimpin memiliki tanggung jawab yang sangat besar, apalagi jangkauan kepemimpinannya meliputi satu negara dengan populasi yang besar. Nah berikut pemimpin ideal menurut Syekh Sahal al-Tustari. 

Dalam sebuah hadits, Rasulullah menegaskan bahwa setiap orang memiliki peran sebagai pemimpin dalam lingkupnya masing-masing. Hal ini tidak hanya terbatas pada pemimpin formal seperti presiden, gubernur, atau kepala desa, tetapi juga pemimpin informal seperti kepala keluarga, guru, dan ketua organisasi.

Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari: 2278).

Hadits di atas, menegaskan bahwa kita semua adalah pemimpin. Seorang presiden bertanggung jawab dalam memimpin rakyatnya, seorang bapak bertanggung jawab dalam memimpin seluruh anggota keluarganya, dan seterusnya. 

Lantas bagaimana kriteria atau ciri-ciri seorang  pemimpin yang ideal dan patut dijadikan panutan. Syekh Abdurrahman Al-Sulami, dalam karyanya Tabaqat Al-Sufiyah, Juz 1, halaman 168, mengutip ungkapan Syekh Sahal bin Abdullah Al-Tustari terkait ciri-ciri pemimpin yang ideal.

Adapun kutipannya sebagai berikut: 

 لا يستحق إنسان الرياسة حتى يجتمع فيه أربع خصال: يصرف جهله عن الناس، ويحمل جهلهم، ويترك ما في أيديهم، ويبذل ما فى يده لهم

Artinya: “Seseorang tidak berhak diberi jabatan sampai terkumpul empat perkara pada dirinya, yaitu, menghindari ketidak tahuannya (peduli) terhadap urusan masyarakat, mengangkat ketidaktahuan (kebodohan) mereka, tidak berharap harta mereka, dan mendermakan hartanya kepada mereka.”

Ungkapan Syekh Sahal bin Abdullah Al-Tustari tersebut, memberi pesan kepada kita, agar kita selektif dalam memilih pemimpin. Adapun uraian ciri-ciri pemimpin yang ideal sebagai berikut: 

Pertama, menghindari ketidak pedulian terhadap urusan rakyatnya. Calon pemimpin yang tidak punya rasa sosial yang tinggi ia tidak patut untuk dijadikan pemimpin, karena ia akan lalai terhadap tanggung jawabnya. Sejatinya pemimpin itu, harus mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan kepedulian terhadap penderitaan rakyatnya. 

Kedua, mengangkat ketidaktahuan rakyatnya. Pemimpin harus mempunyai visi-misi menghilangkan kebodohan rakyatnya, dengan memfasilitasi layanan pendidikan agar rakyatnya menjadi cerdas, dan berwawasan luas.

Ketiga, tidak berharap harta rakyatnya. Pemimpin yang bertujuan untuk memperkaya diri, ia akan melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berbeda dengan pemimpin yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya, ia tidak akan memakan harta yang bukan haknya. 

Keempat, mendermakan hartanya kepada rakyatnya. Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa dermawan, suka memberi kepada rakyatnya, tidak pelit dan tidak suka untuk memperkaya diri. 

Demikian penjelasan terkait sosok pemimpin yang ideal menurut Syekh Sahal Al-Tustari. Wallahu a’lam bissawab.

BINCANG SYARIAH