Gangguan sulit tidur bisa menimpa siapa saja.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gangguan sulit tidur bisa menimpa siapa saja. Namun, sebagian orang yang mengalami gangguan sulit tidur memilih untuk mengatasinya dengan cara instan, seperti meminum obat tidur. Akan tetapi, cara ini dalam jangka panjang justru menghasilkan dampak yang kurang baik.
Gangguan sulit tidur sendiri bisa disebabkan berbagai hal, termasuk dari munculnya kegelisahan, kecemasan yang terus menghantui pikiran dan hati. Di dalam Islam, gangguan tidur karena sebab itu bisa diatasi dengan cara mengingat Allah (dzikrullah).
Rasulullah saw sendiri telah mencontohkan cara untuk mengatasi gangguan sulit tidur dengan membaca do’a. Seperti yang terjadi pada Zaid bin Tsabit ra, saat ia mengadu kepada Rasulullah saw, bahwasannya ia ditimpa sulit tidur.
Dikutip dari buku berjudul “444 Do’a Rasulullah” karya Samir Mahmud al-Hushni, Nabi saw kemudian meminta Zaid membaca do’a yang bunyinya seperti ini, “Wahai Tuhan yang mengorbitkan bintang-bintang, Yang membuat mata terpejam, Engkau adalah Yang Hidup dan Terjaga, wahai yang Hidup dan Terjaga, lelapkanlah mataku dan redupkanlah malam.”
Setelah itu, Zaid dikatakan bisa tertidur. Riwayat Zaid ini tercantum dalam kitab al-Adzkar karya al-Imam Muhyiddin Abu Zakariya al-Nawawi dan di dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir karya al-Thabrani.
Hal serupa juga pernah dialami oleh Khalid bin Walid al-Makhzumi ra. Buraidah mengisahkan bahwa Khalid pernah mengeluh kepada Rasulullah saw tentang sulit tidur. Lantas, Rasulullah saw menjawab, “Apabila engkau telah berbaring di tempat tidur, maka ucapkanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Pencipta tujuh langit dengan segala yang dinaunginya, Tuhan Pencipta seluruh jagat raya dengan apa yang dikandungnya, Tuhan Pencipta setan-setan dengan segala yang disesatkannya, jadilah Engkau Ya Allah Pendamping yang Melindungiku dari segala kejahatan yang akan diperbuat makhluk-makhluk-Mu kepadaku, atau siapa saja yang akan menyakiti dan menyerangku. Matatinggi Engkau dan tiada Tuhan selain Engkau’ (HR. at-Tirmidzi).
Di dalam Islam, tidur tidak hanya rutinitas yang dilakukan sekehendaknya. Namun, ada tuntunan bagaimana persiapan menjelang tidur dan setelah tidur seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw sendiri memiliki sejumlah kebiasaan yang dilakukannya menjelang tidur. Dikutip dari buku berjudul “Meneladani Akhlak Nabi” karya Abu asy-Syaikh al-Ashbahani, ketika hendak tidur Rasulullah saw seperti diriwayatkan Aisyah, beliau merapatkan dan meniup kedua telapak tangannya serta membaca do’a perlindungan pada kedua telapak tangan tersebut, lalu mengusapkannya ke sekujur badannya. Dalam hadits riwayat Muslim, beliau mengusapkan tangannya ke badannya dimulai dari kepala, wajah, lalu bagian depan badannya, dan beliau melakukannya 3 kali.
Selain itu, Nabi saw juga membaca surat-surat permohonan perlindungan. Di antaranya, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, ayat Kursi, dan beberapa ayat terakhir surat al-Baqarah.
Kemudian apabila Rasulullah saw mulai berbaring sebelum tidur, beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya sembari mengucapkan do’a. Do’a tersebut berbunyi, “Ya Allah, jagalah aku dari azab-Mu pada hari ketika Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.”
Selain itu, Qatadah bercerita, apabila Rasulullah hendak beristirahat pada malam hari, beliau mempersiapkan air suci (wudhu), bersiwak, dan menyisir rambutnya. Hal ini juga diriwayatkan oleh Anas ibn Malik ra dan Aisyah.
Di antara kebiasaan lainnya, Rasulullah saw juga kerap mencelak matanya saat hendak tidur. Menurut Aisyah, Rasulullah saw memiliki itsmid (zat celak) yang biasa digunakan olehnya untuk bercelak menjelang tidur pada masing-masing mata sebanyak tiga celakan. Hal ini juga diriwiyatkan oleh Ibnu Abbas ra.
Sebagai perisai jelang tidur, hendaklah membersihkan tempat tidur terlebih dahulu. Hal ini seperti yang kerap dilakukan Rasulullah saw. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian ingin tidur, hendaklah dia menyimpulkan ujung kainnya lalu membuang debu-debu yang ada, kemudian membaca bismillahirrahmaanirrahiim, karena dia tidak tahu apa yang akan terjadi di tempat tidurnya setelah itu. Apabila ingin berbaring, hendahkah berbaring di atas lambung kanan.” Kemudian, Rasulullah saw berdo’a. Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, dan Abu Dawud.
Dari hadits tersebut dijelaskan, bahwa Rasulullah saw mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan. Selanjutnya, apabila bangun dari tidur, hendaknya membaca do’a sebelum berdiri dari pembaringan.