Artikel ini akan menjelaskan tentang syair cinta Aisyah al-Ba’uniyyah Pada Nabi Muhammad. Dalam kitab Syadzarat adz-Dzahab, Ibnu Imad menyebutkan bahwa nama lengkap beliau adalah Aisyah binti al-Qadhi Yusuf bin Ahmad bin Nasir bin al-Ba’uni, yang lebih masyhur dipanggil “Al-Ba’uniyyah”. Kata al-Ba’uniyyah diambil dari nama sebuah desa di Ajlun sebelah Timur Yordania.
Aisyah al-Ba’uniyyah lahir di Damaskus, pada tahun 865 H/1475 M. Ia dibesarkan oleh keluarga ulama yang sangat mencintai sastra. Ayahnya adalah Yusuf, hakim di sejumlah wilayah Aleppo, Tipoli dan Damaskus, kelahiran Palestina pada tahun 805 H/1402 M, dan wafat pada tahun 880 H/1475 M.
Sejak kecil, Aisyah al-Ba’uniyyah sudah menghafal al-Quran dan belajar ilmu pengetahuan Islam. Dikabarkan bahwa ia sudah hafal al-Quran saat berusia delapan tahun. Ia belajar bahasa dan sastra kepada para ulama terkenal di Damaskus, antara lain Syekh Ismail al-Khawarizmi, Syekh Yahya al-Amuri dan lain-lain.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di Mesir untuk berguru kepada para ulama dalam berbagai disiplin ilmu Islam, seperti ushuluddin, fikih, ushul fikih, balaghah, ilmu-ilmu al-Quran, hadis dan ilmu-ilmunya, serta lain-lain.
Aisyah al-Ba’uniyyah adalah seorang guru besar, ulama, sastrawan terkemuka, dan salah satu tokoh besar di zamannya. Para ulama menaruh kekaguman terhadapnya dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada perempuan ulama ini karena kedalaman dan keluasan ilmunya serta keluhuran budinya.
Ia menjadi tokoh tempat masyarakat meminta fatwa agama dan belajar. Dari tangannya, telah lahir puluhan ulama besar. Ibnu Imad al-Hanbali dalam buku Syadzarat adz-Dzahab, vol IV/330, menyebut Aisyah al-Ba’uniyyah sebagai:
كانت عائشة الباعونية إمرأة فاضلة أديبة عاقلة شاعرة مجيدة صالحة متصوفة تعرف بالشيخة أم عبد الوهاب اجيزت بالإفتاء والتدريس.
“Perempuan ulama besar pada masanya. Ia tokoh sangat langka dalam banyak aspek, pribadinya santun, berwibawa, dan pengetahuan agamanya luas.”
Lebih dari itu, Aisyah al-Ba’uniyyah juga menulis cukup banyak karya ilmiah dan antologi puisi. Sayangnya, sebagian besar karnya saat ini telah hilang. Beberapa di antanya yang masih ada ialah Badi’ al-Badi’ fi Madhi asy-Syafi’ dan al-Fath al-Mubin fi Madhi al-Amin.
Dua karya syair tersebut mirip dengan penyair sebelumnya yang terkenal: Al-Bushairi dan Ibnu al-Faridh. Di antara puisi Aisyah al-Ba’uniyyah tentang cinta kepada Nabi Muhammad Saw. ialah:
فَلاَ خَوْفٌ و أنت أمانُ قَلْبى
و لا سَقَمٌ و أنت لى الطبيبُ
ولا حُزْنٌ و أنت سُرُوْرُ قلْبى
ولا سُؤْلٌ و أنت لى الحَبِيْبُ
Aku tak takut pada siapa pun
Karena kaulah penjaga hatiku
Aku tak pernah merasa sakit
Karena kaulah pengobat jiwaku
Tak ada kedukaan apapun
Kaulah kegembiraan hatiku
Aku tak minta kepada siapapun
Karena kaulah kekasihku
Karya-karya Aisyah al-Ba’uniyyah yang lain, yaitu Diwan al-Ba’uniyyah, Durar al-Ghamidh fi Bahr al-Mu’jizat wa al-Khashaish, al-Fath al-Haqqy fi Faih al-Talaqqi (hilang), Al-Fath al-Mubin fi Madh al-Amin, al-Fath al-Qarib fi Mi’raj al-Habib (hilang), Faidh al-Fadhl wa Jam’ asy-Syamal, Faidh al-Wafa fi Asma’ al-Mushthafa (hilang), al-Isyarat al-Khafiyyah fi Manazil al-‘Aliyyah,
Madad al-Wadud fi Maulid al-Mahmud (hilang), al-Malamih asy-Syarifah fi al-Atsar al-Lathifah (hilang), al-Maurid al-Ahna fi Maulid al-Asna, Al-Muntakhob fi Ushul ar-Rutab (hilang), al-Qaul ash-Shahih fi Takhimis Burdah al-Madih (hilang), Shalah as-Salam fi Fadhl as-Sholah wa as-Salam (hilang), Tasyrif al-Fikr fi Nadhm Fawaid adz-Dzikr, dan Az-zubdah fi Takhmis al-Burdah (hilang).
Selanjutnya, kapan dan di mana Aisyah al-Ba’uniyyah meninggal dunia?
Seorang peneliti sejarah tokoh ini mengatakan, “Waktu dan tempat kematian Aisyah masih diperdebatkan. Namun, informasi yang paling dipertimbangkan ialah kesaksian Ibnu Thulun ad-Dimasyq (W. 953 H). Ia hidup sezaman dengan Aisyah al-Ba’uniyyah.
Dalam buku catatan hariannya, Mafakih al-Khalan, Ibnu Thulun mengatakan, pada hari Senin, 16 Dzulhijjah 923 H/1517 M, telah wafat guru besar perempuan yang saleh dan penulis puisi-puisi yang sangat indah serta bermutu tinggi, Umm Abdul Wahhab al-Ba’uniyyah dan dikebumikan di puncak Raudhah, Damaskus.
Demikianlah sekelumit profil dan cerita tentang kecintaan seorang perempuan ulama kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Yang mengumandangkan syair cinta Aisyah al-Ba’uniyyah Pada Nabi Muhammad. Semoga bermanfaat.