Syekh Abdurrauf As-Singkili : Ulama yang Pertama Kali Menerjemahkan Al-Quran Dalam Bahasa Melayu

Syekh Abdurrauf As-Singkili : Ulama yang Pertama Kali Menerjemahkan Al-Quran Dalam Bahasa Melayu

Mengungkap Kehidupan dan Karya-karya Ulama Terkemuka dari Aceh

Dalam perjalanan sejarah panjang Indonesia, terdapat banyak tokoh dan ulama yang telah berkontribusi secara signifikan dalam membangun tradisi ilmiah dan agama di tanah air. Salah satu sosok ulama terkemuka yang lahir di Aceh adalah Syekh Abdurrauf As-Singkili.

Namanya mungkin belum begitu dikenal di kalangan masyarakat luas, tetapi peran beliau dalam sejarah penyebaran ilmu dan agama di Indonesia sangatlah penting. Artikel ini akan mengungkap kehidupan dan karya-karya ulama Aceh yang luar biasa ini.

Pendahuluan: Siapa Itu Syekh Abdurrauf As-Singkili?

Syekh Abdurrauf As-Singkili, nama lengkapnya Syekh Abdurrauf bin Ali al-Fansuri as-Singkili, adalah seorang ulama kelahiran Singkil, Aceh, pada tahun 1024 H atau sekitar tahun 1615 M. Beliau tidak hanya dikenal sebagai seorang ulama, tetapi juga sebagai orang pertama yang berhasil menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Melayu, yang pada saat itu menjadi lingua franca di nusantara.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Syekh Abdurrauf As-Singkili adalah ulama pertama yang menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Indonesia, mengingat bahasa Indonesia yang digunakan saat ini berasal dari bahasa Melayu.

Karya Terkenal: Tarjuman al Mustafid

Salah satu karya paling terkenal dari Syekh Abdurrauf As-Singkili adalah menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Melayu dalam kitab tafsirnya yang dikenal sebagai “Tarjuman al Mustafid.” Pilihan bahasa Melayu dalam menerjemahkan Al-Quran dipengaruhi oleh fakta bahwa bahasa Melayu adalah bahasa yang luas digunakan dalam nusantara pada masa itu.

Ini juga disebabkan oleh pengaruh kuat Islam yang berkembang di wilayah tersebut, sehingga orang-orang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Melayu yang menggunakan aksara Arab Melayu dalam penulisannya.

Tafsir Tarjuman al Mustafid merupakan langkah luar biasa dalam sejarah penyebaran dan pemahaman Al-Quran di Indonesia dan wilayah sekitarnya. Karya ini tidak hanya membantu memahami makna Al-Quran, tetapi juga mempromosikan pemahaman agama dan moralitas di kalangan masyarakat.

Pemikiran dan Pendidikan: Seorang Ulama Multitalenta

Syekh Abdurrauf As-Singkili adalah sosok ulama yang luar biasa dan multitalenta. Bahkan sejak usia muda, beliau telah mulai belajar berbagai ilmu, termasuk ilmu-ilmu zahir seperti tata bahasa Arab, mantiq (logika), filsafat, hadis, fikih, membaca Al-Quran dan tafsir, ilmu tauhid, ilmu falak, geografi, sejarah, dan bahkan ilmu pengobatan. Dengan semangat kehausan akan pengetahuan, beliau mengejar berbagai bidang ilmu.

Namun, ketertarikan Syekh Abdurrauf As-Singkili tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu zahir. Beliau juga mendalami ilmu-ilmu batin seperti tasawwuf dan tarekat. Tarekat Syatariyah menjadi salah satu bagian penting dalam pemahaman spiritualitas beliau. Selain itu, beliau juga merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan tarekat Syatariyah di Indonesia, yang kemudian menyebar dari Aceh hingga ke Cirebon.

Perjalanan Ilmiah dan Pendidikan

Perjalanan ilmiah Syekh Abdurrauf As-Singkili terbilang sangat panjang dan melibatkan berbagai tempat, termasuk perjalanan ke wilayah Timur Tengah seperti Mekah dan Mesir. Di Mekah dan Mesir, beliau menghabiskan sekitar 19 tahun untuk mendalami ilmu agama. Beliau belajar dari berbagai ulama terkemuka, seperti Muhammad Al-Babili dan Muhammad al-Barzanji di Anatolia.

Selain itu, nama-nama ulama besar seperti Syekh Ibrahim bin Abdullah Jam’an, Syekh Ahmad Qusyasi, dan Syekh Ibrahim al-Kurani juga menjadi gurunya. Selama masa-masa inilah, Syekh Abdurrauf As-Singkili menyerap pengetahuan agama Islam yang mendalam dan beragam.

Karya-karya Lain

Selain Tarjuman al Mustafid, Syekh Abdurrauf As-Singkili juga menghasilkan beberapa karya lain yang juga memiliki dampak signifikan dalam tradisi keilmuan Islam di nusantara. Beberapa karyanya antara lain:

  1. Mir’at at-Thulab: Karya di bidang hukum Islam yang ditulis atas permintaan Sultanah Safiyatudin.
  2. Mawa’iz al-Badi: Berisi nasihat tentang akhlak.
  3. Tabih al-Masyi: Memuat tentang ajaran tasawuf.
  4. Kifayatul Muhtajin: Berisi penjelasan konsep wahdaul wujud.

Karya-karya ini merupakan warisan berharga dari seorang ulama besar yang telah berjuang untuk penyebaran pengetahuan, agama, dan moralitas di wilayah Aceh dan nusantara secara luas.

Kehidupan dan Peninggalan

Syekh Abdurrauf As-Singkili lahir di Singkil, Aceh, dan wafat di Kuala Aceh, Aceh. Silsilah keluarganya dipercayai berasal dari Persia (Iran) yang datang ke Kesultanan Samudera Pasai pada akhir abad ke-13. Mereka kemudian menetap di Fansur (Barus), sebuah kota pelabuhan penting di pantai Sumatera Barat.

Syekh Abdurrauf As-Singkili adalah contoh nyata bagaimana seorang individu dapat memiliki dampak yang besar dalam penyebaran pengetahuan dan agama. Ia tidak hanya seorang ulama, tetapi juga seorang pendidik, penulis, dan pemikir. Karyanya dalam menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Melayu telah menjadi tonggak sejarah dalam pemahaman Al-Quran di Indonesia.

Pengabdian beliau dalam berbagai ilmu, baik yang bersifat zahir maupun batin, membantu membentuk tradisi keilmuan Islam di Indonesia. Selain itu, perkenalannya dengan tarekat Syatariyah juga memberikan kontribusi penting dalam perkembangan tarekat ini di Indonesia.

Sekarang, ketika kita melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan agama di Indonesia, kita seharusnya tidak lupa akan sumbangan besar dari tokoh seperti Syekh Abdurrauf As-Singkili. Semangatnya untuk belajar dan menyebarkan pengetahuan merupakan warisan berharga yang dapat menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya dalam upaya menjaga dan memperluas warisan keilmuan dan agama di Indonesia. Semoga kisah dan karya-karya ulama besar ini tetap diingat dan dihargai dalam sejarah bangsa.

ISLAMKAFFAH