Syiah Biang Keributan dan Keonaran di Timur Tengah

Hari   Ahad (29/11/2015)   Lembaga   Dakwah   Mahasiswa     dan Pengabdian   Masyarakat   Universitas     Muhammadiyah     Surakarta   [LDM PM UMS] mengadakan   Tabligh   Akbar   bertemakan “Mewaspadai   Aliran   Sesat   di   Bumi Nusantara”.

Acara yang diselenggarakan   di   Masjid   Fadhlurrahman   UMS   ini,   dihadiri ratusan   mahasiswa   se- Solo Raya. Tampak   hadir   sebagai   narasumber   adalah   UstadZ   Dr. Muinudinilllah   Basri, MA, selaku   Ketua   Dewan   Syariah   Kota   Surakarta (DSKS), dan   juga   Ustad Mahful   Safarudin, Lc, yang   merupakan   pengajar     Ponpes   Islam     Al-Irsyad   Salatiga.

Seperti   diketahui, selain   merusak   akidah, memecah   belah   Agama, dan   mengundang murka Allah   di dunia dan   akhirat, aliran-aliran sesat   telah merusak   tatanan   sosial, merusak   hubungan   keluarga,   merusak   persatuan   ummat, merusak   cara   berpikir masyarakat, dan perilaku masyarakat, bahkan ada pula diantara aliran sesat yang membahayakan Negara.

Ustad   Mahful   Safarudin, Lc mengatakan   bahwa “Ada   campur   tangan Barat dan   Syiah di Timur   Tengah,   merekalah   sumber   keonaran   dan   konflik   disana,” tegasnya.   Lebih lanjut     ia   mengatakan   bahwa   Syiah   sejak   dulu   sudah   ada,   merekalah   biang keonaran   dan   keributan,   tidak   diragukan lagi!”

Pengajar   Ponpes   Al-Irsyad   Salatiga   ini   juga   memaparkan   bahwa   terbukti   dalam sejarah   Islam,   Syiah   telah   menjadi   biang   keonaran,   seperti   pada   kasus   terbunuhnya Khalifah   Umar bin   Khattab ra   oleh Abu Lu’luah al-Majusi yang faktanya disebut Syiah sebagai ‘Baba Syuja’uddin’ (Bapak Pembela Agama), bahkan   makamnya telah   dimuliakan di Iran.

Kedua, kasus   provokasi dan   demonstrasi   besar-besaran Abdullah kepada Khalifah   Utsman bin Affan ra   yang dihasut   oleh   Abdullah bin Sa’ba. Ketiga, terjadinya   Perang Jamal dan Perang Shiffin.

Keempat, Tragedi Karbala,   bahwa sebenarnya pembunuh cucu Rasulullah Saw,   Husein bin   Ali ra   adalah   golongan Syiah   sendiri, Syiah Kufah. Kelima, Runtuhnya Baghdad,   dimana   Makar   Syiah   dalam   memudahkan     invasi pasukan Tartar Hulagu   Khan   ke   Baghad  hingga   menyebabkan Daulah   Abbasiyah runtuh   diikuti   pembantaian   besar-besaran   Umat   Islam, contoh   terakhir   tahun ini   adalah   Tragedi Mina.

Sementara itu, Ustad Dr. Muinudinilllah   Basri, MA menjelaskan tentang ajaran pokok Syiah dan implikasinya, diantaranya meyakini Imam Maksum, implikasinya   memutus referensi Al Quran dan   Sunnah.

“Meyakini taqiyyah   sebagai bagian tak terpisahkan dari Agama, hingga menumbuhkan kenifakan. Memvonis   kekafiran   para sahabat, implikasinya memutus   semua   hadist   dan   riwayat   dari para   sahabat, misalnya Abu   Hurairah   ra dipertanyakan.” Ujar Direktur Ponpes Ibnu Abbas Klaten tersebut.

Menisbahkan   ajaran   kesyirikan   dan   kekufuran   kepada   Imam   ahlul bait. Legalisasi   mut’ah yang menghancurkan   segala kehormatan manusia. Membangun aqidah kebencian dan kedengkian antara antara wali-wali Allah, para   ahlul bait   dan para sahabat.

“Mengkafirkan dan menghalalkan   darah   selain   Syiah, implikasinya menghancurkan   ukhuwah   kaum   Muslimin” paparnya   dalam   Tabligh   Akbar   di   Masjid Kampus   UMS   itu.

Kriteria Sesat Menurut MUI

Dalam   Tabligh   Akbar   itu   dihimbau   pula   kepada   para   jamaah   untuk     memahami kriteria   sesat   dari   Majelis Ulama   Indonesia (MUI). Adapun MUI Pusat   telah   menetapkan   dan   mengumumkan   Pedoman   Identifikasi   Aliran   Sesat   pada   tanggal     06   November 2007. Dalam   pedoman tersebut   dinyatakan   suatu   paham atau   aliran dinyatakan sesat   apabila   memenuhi   salah satu   kriteria   berikut :

Mengingkari   salah satu Rukun Iman yang 6, yakni beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada Kitab-KitabNya, kepada Rasul-RasulNya, kepada Hari Kiamat, kepada Qadla dan Qadar, dan   juga Rukun Islam yang 5, yakni mengucapkan 2 kalimat Syahadat, mendirikan Shalat, mengeluakan Zakat, berpuasa pad Bulan Ramadhan, menunaikan Ibadah Haji.

Meyakini   dan atau   mengikuti   aqidah   yang   tidak   sesuai   dengan   dalil     syar’i [Al Quran dan As Sunnah]

Meyakini turunnya wahyu setelah Al Quran.

Mengingkari otensitas dan atau   kebenaran isi Al Quran.

Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaedah-kaedah Tafsir.

Mengingkari kedudukan Hadist Nabi sebagai   sumber ajaran Islam.

Menghina, melecehkan, dan atau merendahkan para Nabi dan Rasul.

Mengingkari Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir.

Mengubah, menambah, dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat, seperti Haji tidak ke Baitullah, shalat Fardhu tidak   5   waktu.

Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil Syar’I, seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.

 

 

sumber: Panji Mas