Di era teknologi dan informasi ini, berita atau kabar begitu cepat menyebar dan meluas, baik melalui lisan ke lisan, media-media massa, seperti televisi, koran, radio, majalah, bahkan media yang sifatnya daring (online) sehingga kita sangat mudah mendapat informasi.
Tentu setiap berita yang sampai pada kita tidak semuanya benar, makanya Islam mewajibkan agar tabayun atau mengecek kembali kebenaran berita tersebut karena takut menimbulkan fitnah, merugikan orang lain, bahkan menyebabkan nyawa saudara kita melayang, dan agar kita tidak menyesal di kemudian hari karena kesalahan dan kebodohan itu.
Allah SWT berfirman dalam surah al-Hujurat ayat 6 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu orang yang fasik membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu,” (QS al-Hujurat [49]: 6).
Melakukan tabayun atas suatu berita merupakan suatu keniscayaan, apalagi yang menyampaikan berita itu media-media sekuler dan liberal yang memusuhi Islam dan kaum Muslimin. Atau yang membawa berita itu sudah dikenal fasik atau suka melakukan kebohongan.
Jangan sampai menelan mentah-mentah kabar yang sampai pada kita, harus diteliti dulu kebenarannya, bahkan berita-berita dari media yang mengaku media Islam kita harus teliti kebenarannya.
Dalam sejarah Islam, ada suatu peristiwa yang merugikan keluarga Rasulullah SAW akibat tidak tabayun, yaitu peristiwa ketika Sayidah Aisyah istri Rasulullah SAW dituduh berselingkuh oleh orang munafik bernama Abdullah bin Ubay bin Salul dengan salah satu sahabat Nabi SAW Shafwan bin Mua’tthal sehingga Aisyah menurun kesehatannya.
Beliau bertambah parah sakitnya setelah mendengar bahwa yang menyebarkan fitnah itu adalah Misthah, salah satu pemuda yang selalu diberi kebaikan oleh Abu Bakar, ayahanda Aisyah RA. Padahal, pemuda itu tidak tahu apa-apa masalah ini, cuma mendengar saja dan tidak tabayun terlebih dahulu. Peristiwa ini terkenal dengan sebutan Haditsul Ifki (berita bohong).
Tapi, alhamdulillah, pada akhirnya Sayidah Aisyah RA terbebas dari tuduhan ini. Allah SWT menurunkan ayat 11-12 dari surah an-Nuur yang isinya membebaskan Aisyah RA dari tuduhan keji itu.
Manfaat dan keutamaan tabayun adalah agar tidak sembarangan dan menuduh orang lain sehingga merugikannya, baik kerugian materi maupun nonmateri, seperti kehormatan dan kesehatan fisik, seperti yang terjadi pada Sayidah Aisyah RA.
Di antara manfaat tabayun yaitu supaya tidak menyesal di kemudian hari seperti yang dialami oleh Misthah yang menyesal atas perbuatannya setelah tahu bahwa Aisyah RA tidak berselingkuh.
Selanjutnya, manfaat dari tabayun agar tidak terjadi kesalahpahaman, seperti yang dilakukan Usamah bin Zaid ketika salah satu sahabat Nabi SAW ini sembarangan membunuh salah satu orang kafir yang mengucapkan syahadat saat mau dibunuh olehnya.
Saat ditanya Rasulullah SAW mengenai hal itu, Usamah beralasan orang tersebut tidak sungguh-sungguh dalam bertauhid, hanya takut dibunuh saja. Rasulullah SAW langsung menegurnya karena tidak ada yang tahu isi hati orang kecuali Allah SWT. Wallahu a’lam bisshawab.
Oleh: Husnan Ramadhani