Tafsir Al-Quran Surat Al-Falaq Ayat 1-5

Oleh Imam Ibnu Katsir Rahimahullah

Allah ﷻ berfirman:

قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقِ ١  مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ٢  وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ٣  وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِي ٱلۡعُقَدِ ٤ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ٥

  1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh
  2. dari kejahatan makhluk-Nya
  3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita
  4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul
  5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Jabir, ia berkata, الفلق ialah waktu subuh, (Ath-Thabari: XXIV/700), Al-Aufi berkata dari Ibnu Abbas, الفلق ialah waktu subuh, (Ath-Thabari: XXIV/701). Mujahid, Said bin Jubair, Abdullah bin Muhammad bin Aqil, Al-Hasan, Qatadah, Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazhi, Ibnu Zaid dan Malik dari Zaid Aslam juga menafsirkannya demikian, (Ath-Thabari: XXIII/701). Al-Qurazhi, Ibnu Zaid, dan Ibnu Jarir berkata, “Ayat tersebut seperti firman Allah ﷻ فَالِقُ الإِصْبَاح “Dialah yang menyingsingkan pagi,” (QS Al-An’am: 96).

Selanjutnya firman Allah ﷻ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ  “Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,” yakni dari kejahatan seluruh makhluk.

Tsabit Al-Bunani dan Al-Hasan Al-Bashri berkata, “Yaitu Jahannam, iblis dan keturunannya dari makhluk yang Dia ciptakan.”

Firman Allah ﷻ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ  “Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita”. Mujahid berkata, “Yakni malam apabila telah gelap gulita dengan terbenamnya matahari.” Demikianlah Al-Bukhari meriwayatkannya darinya, (Fathul Bari: VIII/613). Ibnu Abi Najih juga meriwayatkan demikian darinya. Ibnu Abbas, Muhammad bin Kaab Al-Qurazhi, Adh-Dhahak, Khusaif, Al-Hasan dan Qatadah menafsirkannya, “Yakni malam apabila ia datang dengan kegelapannya,” (Ath-Thabari: XII/478). Az-Zuhri menafsirkannya, “Matahari apabila ia telah terbenam.”

Abul Mahzam berkata dari Abu Hurairah yang menafsirkan ayat ini sebagai “bintang” (Ath-Thabari: XII/149). Ibnu Zaid berkata, “Dulu (di zaman jahiliyah), orang-orang Arab mengatakan الغاسق yang berarti “jatuhnya bintang kejora, di mana wabah penyakit dan penyakit tha’un menyebar saat bintang tersebut jatuh, dan hilang ketika bintang itu terbit,” (Ath-Thabari: XII/149).

Ibnu Jarir berkata, “Ahli tafsir selain mereka berkata الغسف artinya bulan.” Saya (Ibnu Katsir) berkata, “Pijakan para pemilik pendapat ini adalah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Al-Harits bin Abu Salamah, ia berkata, “Aisyah berkata, Rasulullah ﷺ memegang tanganku, lalu beliau menunjukkan bulan yang terbit bersinar kepadaku, dan beliau bersabda,

تَعَوَّذِي بِالله مِنْ شَرِّ هَذَا الْغَاسِقِ إِذَا وَقَبَ

Berlindunglah kepada Allah dari Al-Ghasiq (rembulan) ini apabila ia terbenam,” (HR Ahmad: 24323 – Hasan).

Hadist ini juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan An-Nasai di dalam kitab Af-Tafsir dari kitab Sunan mereka, (HR Tirmidzi: 3366, An-Nasai: 10138 – Shahih).

Selanjutnya firman Allah ﷻ وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِي ٱلۡعُقَدِ “Dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup buhul-buhul (talinya).” Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, dan Adh-Dhahak berkata, “Yakni kejahatan para penyihir,” (Ath-Thabari: XII/750). Mujahid berkata, “Yakni apabila perempuan-perempuan penyihir membaca mantra-mantra dan meniup pada buhul-buhul tali.”

Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa Jibril datang kepada Rasulullah ﷺ lalu bertanya, “Apakah engkau sedang sakit, wahai Muhammad?” Beliau ﷺ menjawab, “Iya.” Maka Jibril berkata,

بٍاسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءِ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسِ اَوْ عَيْنِ حَاسِدِاللهُ يَسْفِيْكَ

Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala penyakit yang mengganggumu, dan dari segala kejahatan orang yang dengki dan ‘ain. Semoga Allah memberimu kesembuhan,” (HR Muslim: 2186).

Sumber:

Katsir, Ibnu. 2006. Sahih Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir. Hal.: 768-770.

 

AlMukminun