Surga Itu Mahal

[Tafsir Surat Al-Baqarah 214-215]: Surga Itu Mahal!

Tafsir Al-Quran kali membahas masalah tafsir Surat Al-Baqarah ayat 214-215, tentang ujian bagi orang beriman yang akan meraih surga Allah

TAFSIR Al-Quran kali membahas masalah tafsir Surat Al-Baqarah ayat 214-215, tentang ujian bagi orang beriman yang akan meraih surga Allah. Mereka akan diberi ujian, cobaan dan guncangan.

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS: Al-Baqarah [2]: 214)

Sebab turunnya ayat

Ayat ini diturunkan dalam Perang khandaq (Al-Ahzab) ketika kaum muslimin mengalami kesusahan, keletihan, panas dan dingin, penghidupan yang sulit, serta bermacam-macam penderitaan, yang mana keadaan mereka seperti yang diungkapkan oleh Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 10.

اِذْ جَاۤءُوْكُمْ مِّنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ اَسْفَلَ مِنْكُمْ وَاِذْ زَاغَتِ الْاَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوْبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّوْنَ بِاللّٰهِ الظُّنُوْنَا۠ ۗ

“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan(mu) terpana dan1 hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah.”  (QS: Al-Ahzab [33] : 10)

Dan ayat 11,

هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُوْنَ وَزُلْزِلُوْا زِلْزَالًا شَدِيْدًا

“Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat.”  (QS: Al-Ahzab [33]: 11)

Adapun orang munafik berkata (dalam ayat 12),

وَاِذْ يَقُوْلُ الْمُنٰفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ مَّا وَعَدَنَا اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اِلَّا غُرُوْرًا

“Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit berkata, “Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami hanya tipu daya belaka.”  (QS: Al- Ahzab [33]: 12)

Sementara orang-orang yang benar-benar beriman berkata (dalam ayat 22)

وَلَمَّا رَاَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْاَحْزَابَۙ قَالُوْا هٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَصَدَقَ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ ۖوَمَا زَادَهُمْ اِلَّآ اِيْمَانًا وَّتَسْلِيْمًاۗ

“Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka.” (QS: Al-Ahzab  [33] : 22)

Dan di dalam riwayat lain disebutkan “Tatkala memasuki kota Madinah, Rasulullah ﷺ, dan para sahabatnya merasa bersusah hati karena mereka berangkat (dari Makkah ketika hijrah) tanpa membawa harta benda, mereka meninggalkan rumah dan harta benda mereka di tangan orang-orang Musyrik, dan mereka lebih mengutamakan keridhaan Allah dan Rasul-Nya, sementara kaum Yahudi terang-terangan menunjukan permusuhan kepada Rasulullah ﷺ, dan beberapa orang kaya pun menyembunyikan sikap munafik. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun menurunkan ayat tersebut di atas (Qs.Al-Baqarah ayat 213)

Riwayat lain menyebutkan bahwa ayat ini turun pada perang Uhud, sebagaimana firman-Nya,

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”  (QS: Ali-Imran [3]: 142)

Surga itu harganya mahal

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang menyatakan diri mereka beriman, tidak dibiarkan begitu saja tanpa ada ujian. Hal itu untuk diketahui siapa yang benar- benar keimanannya dan siapa yang hanya mengaku beriman, tetapi ternyata keimanannya tidak benar atau belum terbukti. Ini sesuai dengan firman-Nya.

الۤمّۤ ۗ{ أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن یُتۡرَكُوۤا۟ أَن یَقُولُوۤا۟ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا یُفۡتَنُونَ }

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ

اَمْ حَسِبَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِ اَنْ يَّسْبِقُوْنَا ۗسَاۤءَ مَا يَحْكُمُوْنَ

Alif Lam Mim. _ Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hany dengan mengatakan, “Kami telah beriman,”dan mereka tidak diuji?

Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Sangatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu!”  (QS: Al-‘Ankabut [29]: 1-3).

Ayat di atas juga menunjukkan bahwa Surga itu harganya mahal, bukan barang murah, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ، أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ الجَنَّةُ

“Ketahuilah, bahwa barang dagangan Allah itu mahal. Dan ketahuilah, bahwa barang dagangan Allah itu adalah Surga.”  (HR: Tirmidzi)

Ini sesuai dengan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu

حفت الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِه

Dan jalan menuju syurga itu dipenuhi dengan sesuatu yang tidak kita senangi.

(HR: Muslim)

Ujian dalam perjuangan

وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ..

“Padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu.”

Ada dua penafsiran pada ayat di atas

  • Padahal kalian belum diuji sebagaimana orang-orang sebelum kalian pernah diuji dan mereka sabar.
  • Padahal kalian belum pernah tertimpa musibah sebagaimana orang-orang sebelum kalian tertimpa musibah.
  • Diriwayatkan bahwa antara Makkah dan Thaif terdapat 70 Nabi yang meninggal dunia karena lapar dan penyakit.

Firman-Nya

مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا

“Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan).” (QS: Al-Baqarah:214)

Mereka ditimpa 3 jenis musibah;

  1. Al-Ba’saa yaitu kemiskinan yang sangat dan segala musibah yang menimpa manusia pada selain tubuhnya, seperti hilangnya harta, perampokan harta, penjara, pengusiran dari kampung halaman, teror, gangguan keamanan, serta gangguan dakwah.
  2. Adh-Dharra yaitu sakit dan segala musibah yang mengenai badan manusia, seperti sakit berat, luka penyiksaan, bahkan sampai pembunuhan.
  3. Zulzilu yaitu diguncang dengan berbagai macam malapetaka.

Pertolongan Allah Itu dekat

حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ

“Sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?”(QS: Al-Baqarah: 214).

Di dalam hadits khutbah bin Al-Arat. Ia menceritakan, “Kami bertanya Ya Rasulullah mengapa engkau tidak memohon pertolongan untuk kami, dan mengapa engkau tidak mendoakan kami? Maka beliau bersabda:  “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian, ada di antara mereka yang digergaji pada tengah-tengah kepalanya hingga terbelah sampai pada kedua kakinya, namun hal itu tidak memalingkan dirinya dari agama yang dipeluknya. Ada yang tubuhnya yang disisir dengan sisir besi sampai terpisah antara daging dan tulangnya, namun hal itu tidak menjadikannya berpaling dari agamanya, selanjutnya beliau bersabda, ‘Demi Allah, Allah benar-benar akan menyempurnakan perkara (agama) ini sehingga seorang yang berkendaraan dari Shan’a menuju Hadhramaut tidak merasa takut kecuali kepada Allah, dan hanya mengkhawatirkan serigala atas kambingnya. Tetapi kalian adalah kaum yang tergesa-gesa.”

Firman-Nya,

اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.

Pertolongan Allah akan datang ketika umat Islam tidak ada harapan lagi bagi mereka kecuali hanya kepada Allah, jika masih mengharap dari makhluk maka pertolongan itu belum datang. Ini dikuatkan di dalam firman-Nya,

حَتّٰٓى اِذَا اسْتَا۟يْـَٔسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوْا جَاۤءَهُمْ نَصْرُنَاۙ فَنُجِّيَ مَنْ نَّشَاۤءُ ۗوَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ

Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada mereka (para rasul) itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari orang yang berdosa.” (QS:Yusuf [12]: 110)

Sebagian ulama menyebutkan bahwa pertolongan Allah akan datang bersama kesabaran, di dalam hadits disebutkan;

الا أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْر

“Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran”

Bertanya tentang infaq

يَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلْ مَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS: Al-Baqarah [2] : 215)

Diriwatkan bahwa Amr bin Jamuh Al-Anshari, seorang hartawan yang sudah lanjut usia pernah berkata, “ wahai Rasulullah, harta seperti apa yang harus saya sedekahkan? Dan kepada siapa saya harus berinfak? Maka turunlah ayat ini.

Ayat ini berkenaan dengan infak Tathawul (Infak sunnah) bukan masalah zakat. Berkata As-Suddi, “ayat ini turun sebelum diwajibkan zakat.”

Adapun orang-orang yang dianjurkan berinfak (bersedekah) kepada mereka adalah; kedua orang tua, terutama yang sudah lanjut usia dan dalam keadaan kekurangan.  Selain itu, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan Ibnu Sabil.

Adapun ayat yang mirip dengan ayat ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَ اللّٰهِ ۖوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS: Ar-Rum [30] : 38). Wallahu A’lam.* /Dr Ahmad Zain an-Najah, Pusat Kajian Fiqih Indonesia (PUSKAFI).www.ahmadzain.com

HIDAYATULLAH