Tidak Ada Paksaan dalam Islam

Tafsir Surat Al-Baqarah: Tidak Ada Paksaan dalam Islam

Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat, inilah tafsir Surat Al-Baqarah 256

ISLAM adalah agama yang sangat toleran, tidak memaksakan orang agar masuk ke dalamnya. Hal ini bahkan telah dijamin langsung oleh Allah Subhanahu Wata’ala dakan Surat Al-Baqarah ayat 256.

Di bawah ini tafsir Surat Al-Baqarah ayat 256 tentang tidak bolehnya memaksa dalam beragama dan berislam;

لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ ۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِا لطَّا غُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِۢا للّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِا لْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَا مَ لَهَا ۗ وَا للّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS: Al-Baqarah[2]: 256)

Tidak ada paksaan dalam agama. Maksudnya tidak boleh memaksa seseorang untuk masuk kedalam agama Islam. Bukti dalam dalil tentang kebenaran Islam sangat jelas dan gamblang.

Tetapi barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah dan dilapangkan dadanya oleh Allah, maka dia akan memeluk dan masuk ke dalam Islam dengan kesadarannya sendiri. Sebaliknya barang siapa yang dibutakan hatinya oleh Allah dan dikunci hati, pendengaran, dan pandangannya maka tidak ada manfaat baginya paksaan dan tekanan untuk memeluk Islam.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:


فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِ سْلَا مِ ۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَ نَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

“Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”(QS. Al-An’am [6] : 125)

Surat ini turun berkaitan dengan seorang laki-laki dari kaum Anshar dari Bani Salim yang bernama al-Husain. Ia memiliki dua putra yang memeluk agama Nasrani, sedangkan al-Husain adalah seorang muslim.

Lalu ia berkata kepada Rasulullah ﷺ, “bolehkah saya memaksa kedua putraku untuk memeluk Islam? Karena mereka berdua tidak mau kecuali memeluk agama Nasrani.” Lalu turunlah ayat ini (QS. Al-Baqarah [2] : 256).

Ada riwayat yang mengatakan bahwa ada seorang wanita yang tidak memiliki anak yang hidup (maksudnya setiap ia melahirkan, anaknya selalu mati) lalu ia berjanji bahwa jika memiliki anak yang hidup, maka ia akan menjadikannya seorang yang memeluk agama Yahudi. Lalu ketika Bani Nadhir diusir, diantara mereka terdapat anak-anak sebagian sahabat Anshar. Lalu sahabat Anshar berkata, “Kami tidak akan membiarkan anak-anak kami (tetap dalam keadaan memeluk agama Yahudi).” Lalu turunlah ayat ini (QS. Al-Baqarah [2] : 256).

Makna Rusydu

قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ

“Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.” (QS. Al-Baqarah [2] : 256)

1. Ada beberapa makna “Ar-Rusydu”

a) Ar-Rusydu arti petunjuk :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:


وَا عْلَمُوْۤا اَنَّ فِيْكُمْ رَسُوْلَ اللّٰهِ ۗ لَوْ يُطِيْعُكُمْ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنَ الْاَ مْرِ لَعَنِتُّمْ وَ لٰـكِنَّ اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ الْاِ يْمَا نَ وَزَيَّنَهٗ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَا لْفُسُوْقَ وَا لْعِصْيَا نَ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الرّٰشِدُوْنَ 


“Dan ketahuilah bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal, pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.”  (QS. Al-Hujurat [49] : 7) 

 Di dalam hadits disebutkan, 

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَة

“Maka dari itu, wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafa’  rasyidin. Gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham kalian! Dan berhati-hatilah terhadap perkara baru yang diada-adakan dalam agama. Karena setiap perkara yang baru dalam agama itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.”  (HR. Abu Dawud, 4607, dan Tirmidzi, 2677)

 
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ وَأَسْأَلُكَ حُسْنَ عِبَادَتِكَ وَأَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيمًا وَأَسْأَلُكَ لِسَانًا صَادِقًا وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam segala perkara, dan kemauan kuat untuk berbuat sesuatu yang benar, aku memohon kepada-Mu rasa syukur atas nikmat-Mu dan ibadah dengan baik kepada-Mu, aku memohon kepada-Mu hati yang bersih dan lisan yang jujur. Aku memohon kepada-Mu dari kebaikan yang Engkau mengetahuinya dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang Engkau mengetahuinya. Dan aku memohon ampunan-Mu atas (dosa-dosaku) yang Engkau mengetahuinya, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui yang ghaib.” (Hadits Hasan. (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Hibban Lafadh dari Ahmad)

 b) Ar-Rusydu artinya kemampuan mengatur keuangan (dewasa).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:


وَا بْتَلُوا الْيَتٰمٰى حَتّٰۤى اِذَا بَلَغُوا النِّكَا حَ ۚ فَاِ نْ اٰنَسْتُمْ مِّنْهُمْ رُشْدًا فَا دْفَعُوْۤا اِلَيْهِمْ اَمْوَا لَهُمْ ۚ وَلَا تَأْكُلُوْهَاۤ اِسْرَا فًا وَّبِدَا رًا اَنْ يَّكْبَرُوْا ۗ وَمَنْ كَا نَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ ۚ وَمَنْ كَا نَ فَقِيْرًا فَلْيَأْكُلْ بِا لْمَعْرُوْفِ ۗ فَاِ ذَا دَفَعْتُمْ اِلَيْهِمْ اَمْوَا لَهُمْ فَاَ شْهِدُوْا عَلَيْهِمْ ۗ وَكَفٰى بِا للّٰهِ حَسِيْبًا

“Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Dan janganlah kamu memakannya (harta anak yatim) melebihi batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (menyerahkannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas.” (QS. An-Nisa’ [4] : 6)

c) Ar-Rusydu artinya kebenaran. 

لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ ۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ

 “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.”  (QS. Al-Baqarah [2] : 256)

 2. Adapun Al-Ghayyu artinya sesat

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:


فَاَ كَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْاٰ تُہُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَـنَّةِ ۚ وَعَصٰۤى اٰدَمُ رَبَّهٗ فَغَوٰى

“Lalu keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia.” (QS: Ta-Ha [20] : 121)

 Maksud dari ayat bahwa “Telah jelas jalan kebenaran yaitu Islam dari jalan yang sesat (salain Islam). Atau bahwa kebenaran ajaran Islam sudah sangat jelas dan gamblang, maka tidak perlu sesuatu dipaksa untuk memeluk Islam.

Mengkuburi Thaghut

فَمَنْ يَّكْفُرْ بِا لطَّا غُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِۢا للّٰهِ

 “Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah [2] : 256)

 1. Thaghut dari thagha  yang berarti segala sesuatu melampaui batas. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:


اِنَّا لَمَّا طَغَا الْمَآءُ حَمَلْنٰكُمْ فِى الْجَا رِيَةِ

“Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal,”(QS. Al-Haqqah [69] : 11)

2. Adapun secara istilah thaghut adalah setiap melampaui batas-batas yang ditetapkan Allah dan melanggar hukum-hukum Nya. Maka thaghut mencakup: setan, dukun, dan para pemimpin kesesatan. Sebagian menegakkan segala sesuatu yang disembah selain Allah dan dia ridha dengannya. 

3. Didalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyebut Thaghut, di antaranya :

a) Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ يُؤْمِنُوْنَ بِا لْجِبْتِ وَا لطَّا غُوْتِ وَيَقُوْلُوْنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا هٰۤؤُلَآ ءِ اَهْدٰى مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا سَبِيْلًا

“Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Kitab (Taurat)? Mereka percaya kepada Jibt dan Tagut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’ [4] : 51)

b) Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:


اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَاۤ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَحَا كَمُوْۤا اِلَى الطَّا غُوْتِ وَقَدْ اُمِرُوْۤا اَنْ يَّكْفُرُوْا بِهٖ ۗ وَيُرِيْدُ الشَّيْـطٰنُ اَنْ يُّضِلَّهُمْ ضَلٰلًاۢ بَعِيْدًا


“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Tagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.”  (QS. An-Nisa’ [4] : 60)

 c) Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَـقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَا جْتَنِبُوا الطَّا غُوْتَ ۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِيْ الْاَ رْضِ فَا نْظُرُوْا كَيْفَ كَا نَ عَا قِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ


“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di Bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl [16] : 36)

 d) Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ هَلْ اُنَـبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِّنْ ذٰلِكَ مَثُوْبَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗ مَنْ لَّعَنَهُ اللّٰهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَا لْخَـنَا زِيْرَ وَعَبَدَ الطَّا غُوْتَ ۗ اُولٰٓئِكَ شَرٌّ مَّكَا نًا وَّاَضَلُّ عَنْ سَوَآءِ السَّبِيْلِ


“Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah Tagut.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.”  (QS. Al-Ma’idah [5] : 60)

4. Ayat di atas menyebutkan: Kabir dengan thaghut dahulu, baru kemudian beriman kepada Allah. Ini seperti kandungan kalimat Tauhid (Lailaha illallahu) menabikan selain Allah sebagai sesembahan, baru kemudia menetapkan Allah sebagai satu-satunya sesembahan.

 5. Ahli hikmah menyatakan,

التخلى قبل التحلى

 “Mengisingkan sebelum mengisi.”

a) Hati ini bagaikan gelas. Jika gelas sudah terisi dengan air kopi misalnya, maka sebelum diisi dengan air putih air kopi dlam gelas tersebut harus dikosongkan dahulu. Baru kemudian diisi dengan air putih sehingga hasilnya murni tidak ada campuran kopi didalamnya.

b) Begitu juga hati, sebelum diisi dengan kalimat Tauhid (Lailah Illallahu) maka kotoran-kotoran hati dan berhala-berhala yang ada didalam hati harus dikeluarkan. Kemudian diisi dengan kalimat Tauhid, sehingga kalimat tersebut murni tidak tercampur dengan apapun juga.

c) Dalam hal ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْۤا اِيْمَا نَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰٓئِكَ لَهُمُ الْاَ مْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ

 “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.”(QS. Al-An’am [6] : 82)

 Maksudnya iman mereka tidak tercampur dengan syirik maka hati mereka menjadia tenang.

 6. Al-Urwatu Al-Wutsqa

 فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِا لْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَا مَ لَهَا

 “maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.” (QS. Al-Baqarah [2] : 256) 

Jika didalam hati seseorang sudah dibersihkan dari thaghut dan diisi dengan kalimat Tauhid maka sungguh dia telah berperang dengan tali yang kuat, dan tidak akan pernah putus selamanya. “Al-‘Urwah Al-Wutsqa” dalam ayat diatas adalah Islam dan imam yang tidak putus hingga akhir hayat.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Muhammad bin Qais bin ‘Ubadah. Ia mencerikan, sesuatu ketika aku berada dalam masjid, lalu datang seorang yang terpancar kekhusyu’an dari wajahnya. Kemudian orang itu mengerjakan salat dua raka’at secara singkat.

Orang-orang di masjid itu berkata : “Inilah seorang ahli surga.” Ketika orang itu keluar, aku mengikutinya hingga memasuki rumahnya. Maka akupun masuk ke rumahnnya bersamanya. Selanjutnya aku ajak ia berbicara, dan setelah sedikit akrab aku pun berkata kepadanya : “Sesungguhnya ketika engkau masuk masjid, orang-orang berkata ini dan itu.” Ia berkata : “Subhanallah, tidak seharusnya seseorng mengatakan sesuatu yang tidak diketahuinya. Akan aku ceritakan kepadamu mengapa aku demikian. : ‘Sesungguhnya pada masa Rasulullah ﷺ, aku bermimpi dan mimpi itu pun kuceritankan kepada beliau. Aku pernah bermimpi seolah-olah berada di sebuah taman yang sangat hijau.’ Ibnu ‘Aun mengatakan : ‘Orang itu menyebutkan warna hijau dan keluasan taman itu.’ Ditengah-tengah taman itu terdapat tiang besi yang bagian bawahnya berada dibumi dan yang bagian atas berada dilangit. Diatasnya terdapat tali dikatakan kepadaku : ‘Naiklah keatasnya.’ ‘Aku tidak sanggup.’ Jawabku. Kemudian datang seorang pelayan kepadaku. Ibnu ‘Aun mengatakan : ‘Yaitu seorang peyalan muda, lalu ia menyingsingkan bajuku dari belakang seraya berkata “Naiklah”. Maka aku pun menaikinya hingga aku berpegangan pada tali itu.’ Ia berkata : ‘Berpegang teguhlah pada tali itu!’ setelah itu aku bangun tidur dan tali itu berada di tangangku. Selanjutnya aku menemui Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dan kuceritakan semuanya itu kepada beliau, maka beliau bersabda : ‘Taman itu adalah taman Islam, tiang itu adalah tiang Islam, sedangkan tali itu adalah tali yang sangat kuat. Engkau akan memeluk Islam sampai mati.’”

Imam Ahmad mengatakan : “Ia adalah ‘Abdullah bin Salam’ ” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 

7. Allah pemimpin orang beriman

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ۗ وَا لَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اَوْلِيٰۤــئُهُمُ الطَّا غُوْتُ ۙ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِ ۗ اُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّا رِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

“Allah Pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 257)

 (Wali) di sini artinya penolong atau pemimpin. Jadi Allah adalah penolong dan pemimpin orang-orang beriman. Ini seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ذٰلِكَ بِاَ نَّ اللّٰهَ مَوْلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاَ نَّ الْكٰفِرِيْنَ لَا مَوْلٰى لَهُمْ

“Yang demikian itu karena Allah Pelindung bagi orang-orang yang beriman sedang orang-orang kafir tidak ada pelindung bagi mereka.” (QS. Muhammad [47] : 11)

Juga Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَهُمْ رَا كِعُوْنَ

“Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah).” (QS. Al-Ma’idah [5] : 55)

 Firman-Nya الظُّلُمٰتِ artinya kegelapan-kegelapan. Di sini disebut banyak kegelapan sedang النُّوْرِ cahaya disebut satu. Hal itu karena kebatilan sangatlah banyak sedangkan kebenaran hanya satu. Begitu juga sesembahan-sesembahan selain Allah sangat banyak, sedangkan Allah hanya satu.

Agama yang sesat sangat banyak, sedangkan agama yang benar hanya satu yaitu Islam. Walaupun kegelapan sangat banyak maka akan hilang akan datang cahaya walaupun hanya satu malam yang gelab gulita akan sirna jika datang sinar matahari.

Barangsiapa yang masuk Islam dan mendapat hidayah dari Allah berarti Allah telah mengeluarkan dari kegelapan menuju cahaya Islam yang terang benderang. Sebaliknya seseorang yang sudah mendapatkan hidayah Islam kemudian keluar dari Islam berarti telah keluar dari cahaya menuju kegelapan.

Diceritakan bahwa ayat ini turun berkenaan sebagian orang beriman kepada Nabi Isa, tetapi setelah datang Nabi Muhammad ﷺ mereka mengkuburinya.*/Dr Ahmad Zain an-Najah, Pusat Kajian Fiqih Indonesia (PUSKAFI)

HIDAYATULLAH