10 Kunci dan Waktu Terkabulnya Doa yang Perlu Diketahui

Inilah kunci terkabulnya doa dan waktu-waktu terbaik dan mustajab (al-auqaat al-mustajabah) saat memanjatkan doa kepada Allah yang perlu kita ketahui

SEMUA orang ingin doanya dikabulkan Allah, inilah kunci terkabulnya doa dan waktu-waktu terbaik dan mustajab (al-auqaat al-mustajabah) saat memanjatkan doa kepada Allah yang perlu diketahui.

Di antara waktu- waktu terbaik  itu adalah;

  • Sepertiga malam terakhir

Suasana hening, senyap dan syahdu adalah saat tepat untuk mengadu kepada-Nya. Tatkala manusia lain terlelap dalam buaian mimpi, lelah letih setelah bekerja seharian, bangun dari tidur, melakukan shalat tahajud dan kemudian berdoa dengan sepenuh kekhusyukan dan ketundukan, akan menghadirkan pengalaman batin yang luar biasa. Air mata mungkin saja akan mudah mengalir karena suasana yang mendukung, juga ketenangan jiwa sebab jauh dari penampilan riya’.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Tuhan kita yang Maha Agung dan Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia ketika telah tersisa sepertiga malam terakhir. Ia berfirman: Siapakah yang berdoa kepadaku, maka aku akan mengabulkannya, Siapa yang meminta kepadaku, maka aku akan memberikannya. Siapa yang memohon ampun kepadaku maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari-Muslim)

  • Saat sujud di dalam shalat

Merapatkan dahi bersujud kepada Allah adalah wujud ketundukkan kita yang terefleksikan dalam amal nyata. Menampakkan kerendahan dan kehinaan kita sebagai hamba, mengakui keagung kebesaran-Nya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ  رواه مسلم

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh ﷺ bersabda:

“Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika dia sedang sujud, maka perbanyaklah doa.”  (HR: Muslim, no. 482).

Waktu-waktu yang lain selain dua di atas, ada waktu-waktu mustajabah, alias waktu terkabulnya doa lain. Dari beberapa hadits Nabi dapat kita ketahui bahwa waktu-waktu terkabulnya doa adalah;

  • Antara adzan dan iqamah

Di dalam hadits riwayat Abu Daud, Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Tidak akan ditolak doa antara adzan dan iqamah.”

Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ الدُّعَاءَ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ، فَادْعُوا

“Sesungguhnya doa yang tidak tertolak adalah doa (yang dipanjatkan) di antara adzan dan iqamah, maka berdoalah (di waktu itu).” (HR: Ahmad).

  • Selesai shalat fardhu

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الدُّعَاءِ أَسْمَعُ قَالَ جَوْفَ اللَّيْلِ الْآخِرِ وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ

“Dari Abu Umamah ia berkata; Rasulullah ﷺ ditanya; Wahai Rasulullah, doa apakah yang paling di dengar? Beliau berkata: “Doa di tengah malam terakhir, serta setelah shalat-shalat wajib.” (HR: Tirmidzi).

  • Ketika imam naik mimbar pada hari Jum’at

Di dalam hadits riwayat Al Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda,

فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

“Di hari Jum’at terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat lantas ia memanjatkan suatu do’a pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta.”  (HR. Bukhari no. 935 dan Muslim no. 852)

Waktu sesaat itu tidak diketahu persis, sebagaimana lbnu menyebutkan dalam Fathul Bari. Besar  kemungkinannya adalah saat Imam atau Khatib naik ke atas mimbar hingga sekesai shalat Jumat. Atau hingga selesai Ashar bagi mereka yang menunggu shalat Maghrib, demikian Ismail ar Rumaih menyatakan di dalam kitab Jahaalatu an-Naasfi ad-Du’a.

  • Saat berbuka puasa

Bagi mereka yang berpuasa, saat berbuka termasuk waktu yang mustajab.lbnu Majah meriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ »

“Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya do’a orang yang berpuasa ketika berbuka tidaklah tertolak.” (HR: Ibnu Majah).

  • Saat perang berkecamuk

Rasulullah ﷺ bersabda di dalam hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari Sahl bin Sa’ad, ada dua doa yang tidak akan ditolak atau jarang ditolaknya; doa saat adzan dan keadaan hampir putus asa saat perang berkecamuk”.

  • Waktu bangun tidur (dalam keadaan berwudhu)

Ini adalah bagi yang berangkat tidur dalam keadaan suci (berwudhu) dan berdzikir kepada Allah. Dalam hadits riwayat lbnu Majah dari Amr bin ‘Anbasah, Rasulullah ﷺ bersabda,

اَ يَتَوَضَّأُ رَجُلٌ يُحْسِنُ وُضُوءَهُ، وَيُصَلِّي الصَّلاَةَ، إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلاَةِ حَتَّى يُصَلِّيَهَا

“Tidaklah seorang lelaki yang berwudu dengan memperbagus wudhunya lalu melaksanakan shalat kecuali ia diampuni dosanya di antara wudhunya itu hingga ia mengerjakan sholat.” (HR: Bukhari)

  • Saat adzan atau hujan deras

Di dalam hadits riwayat Imam Al Hakim, Rasulullah ﷺ bersabda

ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ

“Dua doa yang tidak akan ditolak: doa ketika adzan dan doa ketika turunnya hujan.” (HR: Al Hakim dan Al-Baihaqi. Lihat Shohihul Jaami’ no. 3078).

  • Saat menjelang ajal

Sesungguhnya saat ruh dicabut, pandangan mata akan mengikutinya”. Demikian Rasulullah pernah bersabda pada saat wafatnya Abu Salamah.

Rasulullah ﷺ bersabda;

لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُم إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ المَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُوْنَ عَلَى مَا تَقُوْلُوْنَ

“Jangan mendoakan jelek untuk diri kalian sendiri, doakanlah yang baik-baik saja. Karena malaikat akan mengaminkan apa yang kalian ucapkan.” (HR. Abu Daud).

  • Saat malam Lailatul Qadar

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu para malaikat turun (ke bumi) dan (juga) malaikat Jibril dengan izin Rabb mereka untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.”(QS: Al Qadar; 3-5).

Dalam kitab Tuhfah ad Dzakirin halaman 56, Imam as Syaukani berkata bahwa kemuliaan Lailatul Qadar mengharuskan dikabulkannya doa setiap orang.

  • Pada Hari Arafah

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah”.

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah ﷺ bersabda,

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYA-IN QODIIR (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu).” (HR: Tirmidzi dan Ahmad).

Memperhatikan dan memilih berdoa di waktu-waktu istimewa, bukan saja menunjukkan keseriusan kita di dalam berdoa. Nnamun ini juga melengkapi kesempurnaan syarat-syarat berdoa.

Yaitu kesadaran hati saat berdoa, kontinyuitas doa, keyakinan yang mantap, adab-adab berdoa, dan hilangnya faktor-faktor penghalang terkabulnya doa, seperti makan minum dan berpakaian yang haram.

Semoga Allah menunjukkan jalan yang urus kepada kita semua. Dan Allah mengabulkan doa-doa yang kita panjatkan. Amin.*/Trias, Ar-Risalah

HIDAYATULLAH