Jika kita membaca Alquran, yang paling penting untuk diperhatikan adalah adab dan sopan santun dalam membacanya. Dari hasil kajian Jakarta Islamic Centre (JIC) terhadap karya-karya ulama Betawi, kitab Iqdul Juman fii Adaabi Tilaawatil Qur
an sangat direkomendasikan untuk dijadikan rujukan oleh umat Islam dalam beradab dan bersopan santun ketika membaca Alquran.
Kitab `Iqdul Juman fii Adaabi Tilaawatil Qur`an disusun oleh Habib Utsman bin Yahya, mufti Betawi yang juga ahli tajwid. Adab membaca Alquran menjadi penting dibahas oleh Habib Utsman bin Yahya karena mushaf Alquran yang merupakan Kalamullah yang qadim dalam bentuk tulisan adalah kitab suci yang ketika membacanya memiliki adab, kesopanan, dan tata caranya sendiri: tidak bisa seenaknya.
Kitab atau risalahnya ini di dalam bahasa Indonesia memiliki arti kalung yang bertakhta dengan ratna manikam (mutiara-mutiara) berupa pembahasan dari adab-adab membaca Alquran. Kitab ini telah diterbitkan oleh Menara Kudus yang masih bisa didapatkan di toko-toko kitab tertentu.
Di dalam kitab `Iqdul Juman fii Adaabi Tilaawatil Qur`an ini terdapat 29 pasal dan 14 masalah. Sedangkan, jumlah adab membaca Alquran yang dibahas pada risalah ini ada 12, baik yang wajib maupun yang sunah, yang dirangkai oleh Habib Utsman bin Yahya seakan-akan menjadi sebuah kalung bertakhta ratna manikam ( `Iqdul Juman).
Menurut Habib Utsman bin Yahya di kitab tersebut:
Adab yang pertama bagi yang membaca Alquran adalah adab yang fardhu ain, yaitu ia wajib membaca Alquran dengan tajwid. Maka bagi seseorang yang membaca Alquran tanpa tajwid ia menjadi fasik.
Adab yang kedua, membaca Alquran dengan sungguh-sungguh dan sunahnya dalam keadaan berwudhu, menghadap kiblat, menundukkan kepala sebagai bentuk hormat kepada Alquran, dan jangan duduk dengan bersandar serta duduk jangan duduk seperti kelakuan orang yang takabur mengangkat dirinya.
Adab yang ketiga, seseorang yang membaca Alquran wajib merendahkan diri dan berperangai lemah lembut. Maka jangan berangas dan jangan suka merasa lebih unggul dari yang lain dalam masalah bacaan atau membaca Alquran dengan suara yang berlawanan dari pembaca yang lain.
Adab yang keempat, orang yang membaca dan orang yang mendengarkan Alquran dengan sedih hati, meskipun ia tidak mengetahui akan artinya.
Adab yang kelima, seseorang wajib membaca Alquran dengan ikhlas.
Adab yang keenam, seseorang yang membaca Alquran wajib telah mengamalkan setiap amal ibadah yang kewajibannya tertera di dalam Alquran, seperti shalat, puasa, beribadah dengan ikhlas, dan ia juga telah menjauhkan setiap larangan Allah SWT yang tetera di dalam Alquran, seperti riya, takabur, dengki, mengumpat, mengadu satu sama lainnya, mencela orang, makan barang yang haram, dan lain-lain.
Adab yang ketujuh, sunah bagi seseorang yang membaca Alquran untuk membaguskan suaranya dengan lagu atau langgam. Lagu atau langgam tersebut harus patuh atau berasal dari ulama yang berasal dari bangsa Arab dan jangan menurut lagu musik atau lagu-lagu lainnya (seperti lagu atau langgam Jawa).
Adab yang kedelapan, hukumnya sunah untuk berdoa dan meminta rahmat apabila dibacakan ayat yang menyebutkan rahmat, mintalah surga jika ayat yang dibaca terkait dengan surga, dan mintalah dijauhkan dari api neraka jika ayat yang dibacakan terkait dengan neraka. Mintalah pula dijauhkan dari siksa apabila dibacakan ayat yang disebutkan siksa. Juga bacalah tasbih apabila dibacakan ayat tentang tasbih.
Adab yang kesembilan, apabila dibaca Innallah wa malaikatahu hingga akhirnya, disunahkan untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Adab yang kesepuluh, hukumnya sunah membaca Alquran dengan perlahan-lahan. Adab yang kesebelas, disunahkan bagi pembaca Alquran untuk takbir di akhir tiap-tiap surah, dari surah ad-Dhuha hingga akhir surah Alquran. Adab yang kedua belas, hukumnya sunah untuk melakukan sujud tilawah sesudah membaca atau mendengarkan ayat yang terkait dengan sunah sujud.
Keduabelas adab membaca Alquran yang disusun oleh Habib Utsman bin Yahya di atas dijelaskannya dengan nas-nas Alquran, hadis yang kuat, dan pendapat ulama yang terkemuka. Khususnya pada adab ketujuh, yaitu harus menggunakan lagu atau langgam dari ulama yang berasal dari bangsa Arab, di dalam kitabnya ini, Habib Utsman bin Yahya menjelaskannya dengan mendalam dengan hujah yang kuat berdasarkan Alquran dan hadis. Dapat dikatakan dari penjelasannya bahwa orang-orang yang membaca Alquran tanpa menggunakan lagu atau langgam dari ulama yang berasal dari bangsa Arab adalah orang-orang yang tidak menggunakan adab, tidak beradab, ketika membaca Alquran.
Oleh: Rakhmad Zailani Kiki, Kepala Divisi Pengkajian dan Pendidikan Jakarta Islamic Centre