Setelah dibuang ke laut oleh kakeknya yang tak lain Raja Blambangan, (sekarang Banyuwangi, Jawa Timur), Prabu Menak Sembuyu, bayi Raden Paku atau Sunan Giri diselamatkan oleh saudagar kaya di Selat Bali. Raden Paku kemudian diasuh oleh si pemilik kapal, Nyai Ageng Pinatih di Gresik dan diberi nama Joko Samudra.
Hari-hari Joko Samudra dipenuhi kasih sayang dari ibu angkatnya itu. Menginjak masa remaja, ibu asuhnya menitipkan Joko Samudra ke Ampel Denta, di Surabaya untuk menimba ilmu agama kepada Sunan Ampel.
Di Ampel Denta Joko Samudra mampu menyerap ilmu dari Sunan Ampel dengan cepat. Bahkan karena kagum dengan kecerdasan dan kewibawaan Joko Samudra yang melebihi santri-santri lain, Sunan Ampel menggelarinya Ainul Yaqin.
“Raden Paku menerima ilmu agamanya di Ampel Denta dengan baik. Bahkan karena kecerdasannya, dia sangat disayangi oleh Sunan Ampel dan digelari Raden Ainul Yaqin,” terang Wakil Ketua Yayasan Makam Sunan Giri, Sobirin kepada merdeka.com, Gresik, Jawa Timur, Jumat (7/10).
Melihat kecerdasan dan sorot mata yang penuh wibawa dari Raden Paku, lanjut Sobirin, Sunan Ampel teringat pesan Syekh Maulana Ishak, yang pernah menemuinya.
“Kemudian Sunan Ampel teringat pesan Syekh Maulana Ishak, yang berpesan, jika kelak bertemu anaknya, Sunan Ampel diminta untuk memberinya nama Raden Paku. Setelah teringat pesan itu, Sunan Ampel menemui Nyai Ageng Pinatih, menanyakan asal-usul Joko Samudra, dan diketahuilah asal-usulnya,” sambung Sobirin.
Setelah dianggap sudah cukup menimba ilmu agama di Ampel Denta, Sunan Ampel menyuruh Raden Paku pergi ke Tanah Suci untuk berhaji bersama anaknya, Maulana Mahdum Ibrahim atau Sunan Bonang.
“Sepulang dari Tanah Suci, Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim tidak langsung pulang ke Jawa, melainkan singgah ke Samudra Pasai, sesuai pesan Sunan Ampel untuk menemui Syekh Maulana Ishak. Di sanalah Raden Paku mengetahui asal-usulnya,” cerita Sobirin.
Saat kembali ke Tanah Jawa, oleh ayahnya, Raden Paku dibekali segenggam tanah. Syekh Maulana Ishak mewasiatkan kepada anaknya itu, untuk mencari tempat yang tanahnya sama persis dan sama bau dengan tanah yang dibawanya.
Dan di tempat itulah Raden Paku diperintahkan sang ayah, mendirikan pesantren. “Setelah melakukan pencarian, akhirnya Raden Paku menemukan tempat yang sesuai dengan pesan ayahnya, yaitu di Puncak Giri, Desa Sidomukti, Kecamatan Kebomas,” sambungnya.
Di Giri, Raden Paku alias Joko Samudra alias Ainul Yaqin mendapat gelar Sunan Giri. Di Giri ini dia mendirikan Giri Kedatang serta bergelar Prabo Satmoto. Dia juga diangkat menjadi wali mufti di jajaran Dewan Wali (Wali Songo), menggantikan Sunan Ampel yang wafat pada Tahun 1478.
Giri Kedaton di bawah pemerintahan Prabu Satmoto, tidak hanya menjadi pusat pendidikan Agama Islam di Tanah Jawa, tapi juga menjadi pemerintahan sekaligus penasehat Kerajaan Demak Bintoro.
sumber: Merdeka.com