BANYAK sekali keistimewaan yang akan didapat oleh orang yang berpuasa –baik di dalam dan di luar Ramadhan– yang didasari keimanan dan harapan kepada Allah, misalnya: diampuni dosanya yang telah lalu, mendapat pahala khusus yang hanya Allah yang mengetahuinya, mendapatkan surga dan masih banyak lainnya. Keistimewaan itu menunjukkan bahwa Allah tidak akan melupakan orang-orang yang berpuasa. Mereka berada dalam lindungan dan penjagaan Allah.
Dalam kitab “Hilyatul-Auliyā”, Abu Nu’aim Al-Ashbahani meriwayatkan sebuah kisah menarik terkait seorang bernama Syibl yang tidak dilupakan oleh Allah karena puasa yang ditunaikannya. Suatu hari, ia sangat menginginkan makan daging. Diambillah sebuah daging kemudian akan dia bawa ke rumah untuk dimasak.
Sayangnya, dia harus gigit jari (kecewa), karena yang diharapkannya tidak terwujud karena saat perjalanan ke rumah dagingnya tiba-tiba disambar burung rajawali. Setelah dagingnya dirampas, Syibl memutuskan untuk pergi ke masjid dan berniat puasa.
Mungkin dia ingin segera melupakan keinginannya dan ingin lebih dekat kepada Allah Ta’ala dengan melakukan ibadah di masjid.
Pada saat yang lain, rupanya burung rajawali yang telah merampas daging Syibl tadi sedang berebut dengan burung rajawali lainnya tepat di atas rumah Syibl. Tanpa disangka, akibat perebutan itu, daging pun jatuh ke pangkuan istri Syibl. Kemudian ia berinisiatif untuk segera memasaknya.
Saat Syibl pulang hendak berbuka puasa, betapa herannya dia karena di meja makan telah disediakan masakan berupa daging. Kemudian ia bertanya, “Dari mana kamu mendapatkan daging ini?” Lantas istrinya menceritakan secara detail dari mana asal mula mendapat daging. Yaitu didapat dari daging yang diperebutkan dua burung rajawali yang sedang berada di atas rumah Syibl.
Seketika itu juga Syibl berkaca-kaca matanya. Beliau menangis sembari berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak pernah melupakan Syibl, meski Syibl melupakan-Nya.”
Diksi yang disampaikan Syibl ini sangatlah menarik. Memang benar adanya. Allah tidak akan melupakan hambanya yang berpuasa.
Saat daging Syibl dirampas burung rajawali, dia mungkin sudah kehilangan harapan untuk menikmatinya. Pada waktu itu mungkin dia tidak menyadari bahwa Allah Mahakuasa dan Maha Pemberi Rezeki.
Sehingga hal ini terkesan dirinya seolah-olah melupakan Allah. Namun, langkanya untuk pergi ke masjid dan berniat puasa sudah sangat tepat. Sehingga, terjadilah apa yang terjadi.
Justru dengan berpuasa dan fokus ibadah di masjid, adalah bentuk keinsafan Syibl agar tidak melupakan Allah. Allah pun membalasnya dengan hal-hal yang tidak pernah ia sangka sebelumnya.
Orang berpuasa itu pasti ingat Allah. Walau dia berada dalam keramaian atau di tempat yang sepi, dia akan tetap puasa. Sebab, yang dilihat adalah pengawasan Allah; bukan karena manusia. Maka tidak mengherankan, sekali lagi, kalau mereka mendapat banyak keutamaan dari Allah.
Di antara keutamaannya dalam hadits Nabi, orang-orang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ، وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
“Dan untuk orang yang shaum akan mendapatkan dua kegembiraan yang dia akan bergembira dengan keduanya, yaitu apabila berbuka dia bergembira dan apabila berjumpa dengan Rabnya dia bergembira disebabkan ibadah shaumnya itu.” (HR. Bukhari)
Pertama, ia gembira karena telah menjalankan puasa dan bisa berbuka. Kedua, kegembiraan itu berlanjut hingga di akhirat yaitu saat bertemu Allah dia bangga dengan amal puasanya. Orang yang demikian tidak akan dilupakan oleh Allah.
Kalau dilihat dari surah Al-Jatsiyah ayat 34, di antara sebab orang dilupakan Allah di akhirat kelak adalah:
وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاء يَوْمِكُمْ هَذَا وَمَأْوَاكُمْ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن نَّاصِرِينَ
“Dan dikatakan (kepada mereka): ‘Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong’.”
Dalam tafsir Al-Jalalain diterangkan demikian makna ayat ini, “(Dan dikatakan kepada mereka, “Pada hari ini Kami melupakan kalian) Kami membiarkan kalian berada di dalam neraka (sebagaimana kalian telah melupakan pertemuan dengan hari kalian ini) yaitu kalian tidak mau beramal sebagai bekal untuk menghadapinya (dan tempat tinggal kalian ialah neraka dan kalian sekali-kali tidak memperoleh penolong”) yang dapat mencegah diri kalian dari azab neraka.”
Di sini didapati fakta penting bahwa penyebab orang-orang dilupakan Allah karena mereka melupakan pertemuan dengan Allah di akhirat atau mereka tidak percaya akhirat. Di sampung itu, mereka juga tidak menyiapkan amal shalih sebagai bekal untuk menuju akhirat. Maka sangat pantas jika mereka kemudian dilupakan oleh Allah.
Sedangkan orang berpuasa. Selagi dijalankan dengan iman dan ikhlas, maka dia sedang menyiapkan bekal menuju akhirat. Dan ketika mereka kelak di akhirat, akan sangat bergembira sebab bisa bertemu dengan amal puasanya saat di dunia. Dari sudut pandang ini, maka apa yang dialami Syibl dengan puasanya tadi menegaskan bahwa Allah tidak akan melupakan orang-orang yang berpuasa.
Menariknya, di dalam Al-Qur`an dalam al-Qur`an, orang-orang berpuasa baik dari laki-laki atau perempuan disandingkan dengan orang-orang yang mengingat Allah. Dan kelak di akhirat mereka mendapat ampunan dan ganjaran yang besar.
“Laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab [33]: 35).
Ini menunjukkan bahwa orang yang berpuasa tidak akan dilupakan oleh Allah. Ketika ada masalah, Allah pasti akan membantunya. */Mahmud B Setiawan