Beruntung sejatinya adalah kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia.
Sering terdengar orang mengatakan bahwa dirinya sedang sial atau malang. Atau ungkapan semacamnya untuk menunjukkan dia sedang gagal mendapatkan apa yang diinginkannya.
Namun, sebetulnya apa ciri orang beruntung dan bagaimana menjadi orang beruntung menurut pandangan Islam?
Beruntung sejatinya adalah kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia. Beruntung di sini merujuk pada bagian, nasib, dan keberhasilan seseorang, serta apa yang Allah SWT tetapkan baginya, baik berupa kebaikan maupun keburukan. Artinya, keberuntungan itu bisa baik atau buruk.
Banyak orang yang mengira bahwa orang yang beruntung adalah seseorang yang memiliki banyak harta, memiliki jabatan tinggi, memiliki banyak relasi, berasal dari keturunan yang terpandang, memiliki pekerjaan yang prestisius, hidupnya tenang, cita-citanya tercapai, keinginannya mudah diwujudkan, atau selalu bahagia.
Sejatinya orang yang benar-benar beruntung di antara hamba-hamba Allah SWT adalah orang yang Allah beri petunjuk untuk beribadah kepada-Nya dengan ilmu dan pemahaman, yaitu orang yang bertakwa kepada Allah SWT dan menjaga dirinya baik dalam perkataan, perbuatan, niat, baik secara rahasia maupun terbuka.
Orang yang benar-benar beruntung adalah yang mengetahui dan yakin bahwa kemuliaan dan kehormatannya hanya ada dalam ketaatan kepada Allah SWT, mematuhi syariat-Nya, berpegang teguh pada perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan menghiasi seluruh aspek kehidupan dengan petunjuk agama yang benar.
Allah SWT berfirman:
يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
“Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.” (QS Al Ahzab ayat 71).
Dalam ayat lain, Alquran juga menunjukkan bahwa orang yang beruntung adalah mereka yang menolak kejahatan dengan kebaikan, dan menghadapi kejahatan dengan kebaikan. Ini adalah pintu besar dalam mengalahkan setan dan tipu dayanya, serta mengakhiri permusuhan dan konflik.
Allah SWT berfirman:
وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْاۚ وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا ذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS Fussilat ayat 34).
Ingat pula bahwa orang yang benar-benar beruntung di antara hamba-hamba Allah adalah mereka yang memiliki hati yang besar, memaafkan mereka yang menzaliminya, mengampuni kesalahan mereka yang bersalah padanya, dan bersabar atas gangguan dari sesama saudara, tetangga, dan orang-orang di sekelilingnya.
Mereka tidak mencari-cari alasan untuk membenci orang lain. Tidak menaruh kebencian, hasad, maupun kebencian di dalam hatinya. Karena ia termasuk orang-orang yang sabar, jujur, dan rendah hati, yang telah membersihkan hatinya dari kebencian. Mereka itulah orang-orang yang beruntung besar.
Sumber: Alukah