Pertanyaan:
Saya ingin tanya, apa perbedaan antara hadits, atsar, dan khabar? Karena saya sering membaca tulisan para ustadz yang menyebutkan hadits dengan istilah khabar. Mohon penjelasannya.
Jawaban:
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu was salamu ‘ala asyrafil anbiya wal mursalin, Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Amma ba’du.
Yang pertama, kami akan jelaskan dahulu definisi hadis.Al-haditssecara bahasa Arab artinya baru. Secara istilah, hadis adalah semua yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, atau sifat. Dengan kata lain, riwayat yang bercerita tentang perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka itu disebut hadis. Demikian juga riwayat yang bicara tentang perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau persetujuan beliau terhadap perbuatan para sahabat, atau tentang karakteristik beliau, maka ini semua termasuk hadis.
Istilah “hadits” ini disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نضَّرَ اللَّهُ امرأً سمعَ منَّا حديثًا فحفظَهُ حتَّى يبلِّغَهُ فربَّ حاملِ فقْهٍ إلى من هوَ أفقَهُ منْهُ وربَّ حاملِ فقْهٍ ليسَ بفقيهٍ
“Semoga Allah mencerahkan wajah orang yang mendengar hadis dariku, kemudian ia menghafalnya hingga menyampaikannya kepada orang lain. Betapa banyak orang yang membawa ilmu namun ia menyampaikannya kepada orang yang lebih memahaminya. Betapa banyak orang yang membawa ilmu namun ia tidak memahami ilmu.” (HR. Abu Daud no.3660, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Sebagian ulama mengatakan bahwa hadis, atsar, dan khabar maknanya sama, yaitu semua yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, atau sifat. Sehingga boleh saja seseorang menyebut hadis dengan istilah khabar atau atsar.
Namun, istilahkhabarmaknanya berbeda dengan hadis atau lebih umum. Istilah khabar juga digunakan untuk:
a. Semua riwayat yang datang dari selain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga jika riwayat tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, disebut dengan hadis. Adapun jika selain dari beliau, maka disebut dengan khabar.
b. Semua riwayat yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun dari selain beliau. Sehingga makna khabar di sini lebih umum dari hadis (Taisir Musthalahul Hadits, Mahmud ath-Thahhan, hal. 14).
Bahkan istilah “khabar” juga digunakan untuk semua kabar dari orang-orang setelah masa salaf sampai zaman sekarang. Syaikh ‘Amr bin Abdil Mun’im Salim menjelaskan:
الخبر هو ما نسب إلى النبي صلى الله عليه وسلم أو إلى أحد من الصحابة, أو من التابعين, أو من تابعيهم, إلى عصرنا هذا. فكل حديث خبر, وليس كل خبر حديث
“Khabar adalah semua (riwayat) yang dinisbatkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau kepada salah satu sahabat Nabi, atau tabi’in, atau tabi’ut tabi’in, dan seterusnya sampai orang-orang di zaman kita. Maka setiap hadis adalah khabar, namun tidak semua khabar adalah hadis.” (Maa Laa Yasa’a al-Muhadditsu Jahluhu, hal. 26)
Demikian juga istilah atsar, terkadang juga digunakan untuk menyebutkan riwayat dari sahabat Nabi atau dari tabi’in. Sehingga jika riwayat tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, disebut dengan hadis. Adapun jika selain dari sahabat atau tabi’in, maka disebut dengan atsar (Taisir Musthalahul Hadits, Mahmud ath-Thahhan, hal. 15).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan:
الحديث ما ينسب إلى الرسول صلى الله عليه وسلم يقال له: حديث، والأثر يطلق على ما ينسب إلى الرسول صلى الله عليه وسلم، وعلى ما ينسب إلى الصحابة والتابعين، يقال له: أثر، والغالب أن الأثر ما يروى عن الصحابة والتابعين، يسمى أثراً، وما يطلق عليه حديث هو ما ينسب إلى النبي صلى الله عليه وسلم
“Hadis adalah apa yang dinisbatkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, itu semua disebut hadis. Dan atsar adalah apa yang dinisbatkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kepada para sahabat serta tabi’in. Namun dalam penggunaan secara umum, atsar adalah riwayat dari sahabat dan tabi’in, sedangkan hadis adalah apa yang dinisbatkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, jilid 28, no. 12)
Wallahu a’lam. Semoga Allah ta’ala memberi taufik.
***
Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.
Referensi: https://konsultasisyariah.com/38927-apa-perbedaan-antara-hadits-khabar-dan-atsar.html