Apakah Meninggal di Idul Fitri Langsung Masuk Surga? 

Apakah meninggal di Idul Fitri langsung masuk surga?   Sebagaimana yang telah jamak diketahui bahwasanya waktu dan tempat yang mulia ini memiliki implikasi positif dan negatif, semisal berbuat dosa dan beribadah di bulan Ramadhan atau bulan haram ini sama-sama dilipat gandakan. Atau juga tempat-tempat tertentu, semisal Mekkah, Madinah dan Baitul Maqdis yang beramal di sana dilipat gandakan.

 Lalu apakah yang demikian ini juga berlaku dalam bab kematian, yakni apakah orang yang meninggal di idul Fitri ini langsung masuk surga? Dari banyaknya riwayat, hanya meninggal di hari Jum’at saja yang memiliki riwayat yang valid. Sehingga meninggal di hari Idul Fitri ini tidak menjamin seseorang langsung masuk surga. 

Dalam konteks meninggal pada hari Jum’at atau malamnya pun sebenarnya berlandaskan hadis Daif, namun dikuatkan dengan berbagai syawahid. Dalam sunan-nya, Imam al-Tirmidzi meriwayatkan;

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ وَأَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ سَعِيدِ بْن أَبِي هِلَالٍ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ سَيْفٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ قَالَ وَهَذَا حَدِيثٌ لَيْسَ إِسْنَادُهُ بِمُتَّصِلٍ رَبِيعَةُ بْنُ سَيْفٍ إِنَّمَا يَرْوِي عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَلَا نَعْرِفُ لِرَبِيعَةَ بْنِ سَيْفٍ سَمَاعًا مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو

“Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar], telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi] dan [Abu ‘Amir Al ‘Aqadi] berkata; telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Sa’id] dari [Sa’id bin Abu Hilal] dari [Rabi’ah bin Saif] dari [Abdullah bin ‘Amr] berkata; 

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” Abu Isa berkata; “Ini merupakan hadits gharib.” 

(Abu Isa At Tirmidzi) berkata; “Hadits ini sanadnya tidak muttasil. Rabi’ah bin Saif meriwayatkan dari Abu Abdurrahman Al Hubuli dari Abdullah bin ‘Amr dan kami tidak mengetahui kalau Rabi’ah bin Saif pernah mendengar Abdullah bin ‘Amr.” (HR. Imam Al-Tirmidzi, No. 1074) 

Komentator hadis ini, menyatakan;

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ) الظَّاهِرُ أَنَّ أَوْ لِلتَّنْوِيعِ لَا لِلشَّكِّ (إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ) أَيْ حَفِظَهُ (فِتْنَةَ الْقَبْرِ) أَيْ عَذَابَهُ وَسُؤَالَهُ وَهُوَ يَحْتَمِلُ الْإِطْلَاقَ وَالتَّقْيِيدَ وَالْأَوَّلُ هُوَ الْأَوْلَى بِالنِّسْبَةِ إِلَى فَضْلِ الْمَوْلَى. وَهَذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ شَرَفَ الزَّمَانِ لَهُ تَأْثِيرٌ عَظِيمٌ كَمَا أَنَّ فَضْلَ الْمَكَانِ لَهُ أَثَرٌ جَسِيمٌ

“Seorang Muslim yang meninggal pada hari Jumat atau malamnya, ia akan dijaga dari siksa kubur dan pertanyaannya. Hadits ini menunjukkan bahwasanya waktu yang mulia ini memiliki pengaruh yang besar sebagaimana keutamaannya lokasi yang memberikan keutamaan”.

Adapun terkait status hadisnya, beliau menyatakan bahwa hadis ini daif. Namun dikuatkan dengan berbagai syawahid, beliau menyatakan;

 فَالْحَدِيثُ ضَعِيفٌ لِانْقِطَاعِهِ لَكِنْ لَهُ شَوَاهِدُ….قال القارىء فِي الْمِرْقَاةِ ذَكَرَهُ السُّيُوطِيُّ فِي بَابِ مَنْ لَا يُسْأَلُ فِي الْقَبْرِ وَقَالَ أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ والترمذي وحسنه وبن أبي الدنيا عن بن عمرو ثم قال وأخرجه بن وَهْبٍ فِي جَامِعِهِ وَالْبَيْهَقِيُّ أَيْضًا مِنْ طَرِيقٍ آخَرَ عَنْهُ بِلَفْظِ إِلَّا بَرِئَ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ

وأَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ أَيْضًا ثَالِثَةً عَنْهُ مَوْقُوفًا بِلَفْظِ وُقِيَ الْفَتَّانَ

“Hadis ini statusnya daif, karena sanadnya terputus. Namun masih memiliki syawahid, Ali al-Qari menyatakan bahwa hadis ini juga ditakhrij oleh Imam al-Suyuthi, Imam Ahmad, Imam Al-Tirmidzi (menurut beliau hadis ini statusnya Hasan), Ibnu Abi Dunya (yang bersumber dari Abdullah bin Umar), Ibn Wahab, dan Al-Baihaqi. Hanya saja ketiga yang terakhir ini merieayatkannya dengan redaksi mauquf yang sedikit berbeda”. (Tuhfat al-Ahwadzi, Juz 4 Halaman 160)

Hingga artikel ini ditulis, idak kami temui riwayat yang secara jelas menyatakan bahwa siapa yang meninggal di hari tertentu bisa masuk surga, kecuali meninggal di saat berpuasa. Al-Munawi menyatakan;

(من ختم له بصيام يوم) أي من ختم عمره بصيام يوم بأن مات وهو صائم أو بعد فطره من صومه (دخل الجنة) أي مع السابقين الأولين أو من غير سبق عذاب. (البزار) في مسنده (عن حذيفة) بن اليمان قال الهيثمي: رجاله موثقون. 

“Barang siapa yang meninggal di saa berpuasa atau pada bulan Ramadhan, niscaya ia akan masuk surga bersama para sahabat al-sabiqun al-awwalun (kalangan sahabat yang masuk Islam duluan) atau ia akan masuk surga tanpa disiksa dulu.

Hadis ini ditakhrij oleh Al-Bazzar dalam musnadnya yang bersumber dari Hudzaifah bin Al-Yaman, yang mana dalam pandangan Al-Haitsami ini, para transmitternya tsiqah”. (Faidh al-Qadir, Juz 6 Halaman 123) 

Dengan demikian bisa diketahui bahwasanya keutamaan meninggal di waktu tertentu yang bisa masuk surga adalah hanya saat berpuasa atau meninggal di bulan Ramadhan saja, selebihnya hanya sebatas diringankan siksa kuburnya.

Adapun terkait keutamaan meninggal di Idul Fitri, mungkin masuk pada riwayatnya Imam Al-Suyuthi ini;

 عَن إِبْنِ مَسْعُود قَالَ قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم من وَافق مَوته عِنْد إنقضاء رَمَضَان دخل الْجنَّة وَمن وَافق مَوته عِنْد إنقضاء عَرَفَة دخل الْجنَّة وَمن وَافق مَوته عِنْد إنقضاء صَدَقَة دخل الْجنَّة

“Abu Nu’aim meriwayatkan bahwasanya Abdullah Bin Masud mendengar Rasulullah SAW bersabda barangsiapa yang meninggal di penghujung bulan Ramadhan, hari Arafah, dan saat bersedekah, niscaya ia akan masuk surga”. (Syarh al-Shudur bi Syarh hal al-Mauta wa al-Qubur, halaman 306).

Maka bisa ditarik kesimpulan bahwasanya meninggal dunia di idul fitri ini bisa menyebabkannya langsung masuk surga, hanya saja Imam al-Suyuthi tidak menjelaskan terkait status hadis ini. 

Demikian penjelasan terkait apakah meninggal di Idul Fitri langsung masuk surga? Wallahu A’lam bi al-shawab. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH