Mengapa 10 Muharram Dinamai Asyura?

Mengapa 10 Muharram dinamai Asyura? Nomenklatur ini merupakan derivasi dari diktum al-asyr, yakni huruf ain-nya dibaca fathah, yang bermakna nama atas bilangan tertentu.

Namun ada yang mengatakan bahwa lafadz ini berasal dari lafadz yang sama, namun ain-nya dibaca kasrah, yakni al-‘isyr. Demikian pula dalam lafadz Asyura’, ada yang membacanya dengan tidak ada alifnya setelah huruf ‘ain, yakni Asyura’. (Futuhat al-Wahhab bi taudih syarh manhaj al-thullab, atau yang biasa dikenal dengan judul Hasyiyah al-Jamal 2/347)

Alasan mengapa 10 Muharram dinamai Asyura, ulama berbeda pandangan. Menurut penuturan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, ada beberapa pendapat mengenai hal ini, yaitu sebagai berikut;

Pertama, dinamai dengan Asyura’, sebab ini merupakan tanggal 10 dari bulan Muharram. Ini merupakan pendapat dari mayoritas ulama’.

kedua, Sebagian dari mereka mengatakan bahwa alasannya adalah karena ini merupakan karamah yang ke-sepuluh yang diberikan kepada umat ini. Di mana yang pertama adalah Rajab, yaitu bulannya Allah yang dijadikan karamah bagi umat Rasulullah SAW.

Bahkan ini menjadi keutamaan tersendiri bagi mereka, dibanding umat yang lain. Kemudian bulan Sya’ban, di mana keutamaannya itu seperti keutamaan antara Rasulullah SAW yang melebihi keutamaan para nabi yang lain.

Lalu bulan Ramadhan, yang mana keutamaannya seperti keutamaannya Allah dibanding dengan makhluknya. Kemudian lailat al-qadr (yang fadilahnya melebihi ibadah di seribu bulan), hari raya, ayyam al-asyr (10 hari awal bulan Dzulhijjah), hari Arafah (yang keutamaannya bisa menghapus dosa 2 tahun), hari kurban, hari jum’at, dan hari Asyura’ yang bisa menghapus dosa satu tahun.

Setiap hari-hari yang telah disebutkan ini, merupakan karamah yang diberikan Allah kepada umatnya Rasulullah SAW agar supaya bisa mengurangi dan menghilangkan dosa-dosa mereka.

Ketiga, Dan sebagian ulama’ yang lain mengatakan bahwasanya alasan 10 muharram dinamai dengan Asyura’ adalah bahwa pada hari tersebut Allah memberikan 10 karamah kepada 10 Nabi.

Antara lain; Allah menerima taubatnya Nabi Adam As, Allah mengangkat Nabi Idris ke Langit, Bahtera Nabi Nuh sudah berhenti berlayar pasca kejadian banjir bandang yang menewaskan seluruh umat manusia di zaman tersebut.

Nabi Ibrahim dilahirkan di hari ini dan di hari yang sama Allah mengangkat beliau menjadi kekasih-Nya, serta Allah menyelamatkan beliau dari perlakuan Namrudz.

Allah menerima taubatnya Daud As dan Allah mengembalikan tahta putranya (Nabi Sulaiman As), Allah mengangkat penyakit Nabi Ayyub As, Allah menyelamatkan Nabi Musa As dan menenggelamkan Fir’aun di tengah laut.

Allah mengeluarkanNabi Yunus As dari Perutnya Paus, dan pada hari ini Nabi Muhammad SAW dilahirkan (salah satu pendapat mengenai hari lahirnya Rasulullah SAW. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghunyah li Thalibi Tariq al-Haq, Juz 2 Hal. 90-92)

Selain perbedaan pendapat mengenai alasan mengapa 10 Muharram dinamai Asyura, Syekh Abdul Qadir al-Jilani juga membeberkan beberapa perbedaan pendapat terkait kapan tepatnya hari Asyura’ ini. Dalam kitab yang sama, Beliau membuat pasal tersendiri terkait ini, beliau mengatakan;

[(فصل) واختلفوا في أي يوم هو من المحرم] فقال أكثرهم: اليوم العاشر من المحرم وهو الصحيح لما تقدم. وقال بعضهم: هو الحادي عشر منه. ونقل عن عائشة -رضي الله عنها -أنه هو التاسع منه.

Menurut riset beliau, mayoritas ulama’ berpendapat bahwa hari Asyura’ jatuh pada tanggal 10 Muharram, dan ini lah pendapat yang sahih menurut beliau. Kemudian sebagian ulama’ berpendapat jatuh pada tanggal 11 Muharram, dan versi pendapatnya Sayyidah Aisyah jatuh pada tanggal 9 Muharram. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghunyah li talibi tariq al-haq )

Demikianlah penjelasan terkait khilaf penyebutan nama Asyura’, alasan dinamai dengan nomenklatur tersebut dan perbedaan pendapat terkait kapan tanggal Ayura’. Semoga bermanfaat, Wallahu A’lam bi al-shawab.

BINCANG SYARIAH

Mengapa 10 Muharram Dinamai Asyura?

Mengapa 10 Muharram dinamai Asyura? Nomenklatur ini merupakan derivasi dari diktum al-asyr, yakni huruf ain-nya dibaca fathah, yang bermakna nama atas bilangan tertentu.

Namun ada yang mengatakan bahwa lafadz ini berasal dari lafadz yang sama, namun ain-nya dibaca kasrah, yakni al-‘isyr. Demikian pula dalam lafadz Asyura’, ada yang membacanya dengan tidak ada alifnya setelah huruf ‘ain, yakni Asyura’. (Futuhat al-Wahhab bi taudih syarh manhaj al-thullab, atau yang biasa dikenal dengan judul Hasyiyah al-Jamal 2/347)

Alasan mengapa 10 Muharram dinamai Asyura, ulama berbeda pandangan. Menurut penuturan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, ada beberapa pendapat mengenai hal ini, yaitu sebagai berikut;

Pertama, dinamai dengan Asyura’, sebab ini merupakan tanggal 10 dari bulan Muharram. Ini merupakan pendapat dari mayoritas ulama’.

kedua, Sebagian dari mereka mengatakan bahwa alasannya adalah karena ini merupakan karamah yang ke-sepuluh yang diberikan kepada umat ini. Di mana yang pertama adalah Rajab, yaitu bulannya Allah yang dijadikan karamah bagi umat Rasulullah SAW.

Bahkan ini menjadi keutamaan tersendiri bagi mereka, dibanding umat yang lain. Kemudian bulan Sya’ban, di mana keutamaannya itu seperti keutamaan antara Rasulullah SAW yang melebihi keutamaan para nabi yang lain.

Lalu bulan Ramadhan, yang mana keutamaannya seperti keutamaannya Allah dibanding dengan makhluknya. Kemudian lailat al-qadr (yang fadilahnya melebihi ibadah di seribu bulan), hari raya, ayyam al-asyr (10 hari awal bulan Dzulhijjah), hari Arafah (yang keutamaannya bisa menghapus dosa 2 tahun), hari kurban, hari jum’at, dan hari Asyura’ yang bisa menghapus dosa satu tahun.

Setiap hari-hari yang telah disebutkan ini, merupakan karamah yang diberikan Allah kepada umatnya Rasulullah SAW agar supaya bisa mengurangi dan menghilangkan dosa-dosa mereka.

Ketiga, Dan sebagian ulama’ yang lain mengatakan bahwasanya alasan 10 muharram dinamai dengan Asyura’ adalah bahwa pada hari tersebut Allah memberikan 10 karamah kepada 10 Nabi.

Antara lain; Allah menerima taubatnya Nabi Adam As, Allah mengangkat Nabi Idris ke Langit, Bahtera Nabi Nuh sudah berhenti berlayar pasca kejadian banjir bandang yang menewaskan seluruh umat manusia di zaman tersebut.

Nabi Ibrahim dilahirkan di hari ini dan di hari yang sama Allah mengangkat beliau menjadi kekasih-Nya, serta Allah menyelamatkan beliau dari perlakuan Namrudz.

Allah menerima taubatnya Daud As dan Allah mengembalikan tahta putranya (Nabi Sulaiman As), Allah mengangkat penyakit Nabi Ayyub As, Allah menyelamatkan Nabi Musa As dan menenggelamkan Fir’aun di tengah laut.

Allah mengeluarkanNabi Yunus As dari Perutnya Paus, dan pada hari ini Nabi Muhammad SAW dilahirkan (salah satu pendapat mengenai hari lahirnya Rasulullah SAW. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghunyah li Thalibi Tariq al-Haq, Juz 2 Hal. 90-92)

Selain perbedaan pendapat mengenai alasan mengapa 10 Muharram dinamai Asyura, Syekh Abdul Qadir al-Jilani juga membeberkan beberapa perbedaan pendapat terkait kapan tepatnya hari Asyura’ ini. Dalam kitab yang sama, Beliau membuat pasal tersendiri terkait ini, beliau mengatakan;

[(فصل) واختلفوا في أي يوم هو من المحرم] فقال أكثرهم: اليوم العاشر من المحرم وهو الصحيح لما تقدم. وقال بعضهم: هو الحادي عشر منه. ونقل عن عائشة -رضي الله عنها -أنه هو التاسع منه.

Menurut riset beliau, mayoritas ulama’ berpendapat bahwa hari Asyura’ jatuh pada tanggal 10 Muharram, dan ini lah pendapat yang sahih menurut beliau. Kemudian sebagian ulama’ berpendapat jatuh pada tanggal 11 Muharram, dan versi pendapatnya Sayyidah Aisyah jatuh pada tanggal 9 Muharram. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghunyah li talibi tariq al-haq )

Demikianlah penjelasan terkait khilaf penyebutan nama Asyura’, alasan dinamai dengan nomenklatur tersebut dan perbedaan pendapat terkait kapan tanggal Ayura’. Semoga bermanfaat, Wallahu A’lam bi al-shawab.

BINCANG SYARIAH

Keutamaan Puasa Asyura

Kata Asyura dalam bahasa Arab bermakna sepuluh.

Mengenai derajat keutamaan berpuasa di hari Asyura ini kalangan ulama memiliki pendapat yang berbeda. Sebagian ulama berpendapat derajat pertama dan yang paling utama adalah dengan melakukan puasa tiga hari, yaitu tanggal sembilan, sepuluh, dan sebelas Muharam.

Ada juga yang berpendapat derajat keutamaan ini adalah dengan berpuasa pada tanggal sembilan dan sepuluhnya saja sebagaimana diterangkan dalam hadis riwayat Muslim dari Ibnu Abbas, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, Apabila (usia) ku sampai tahun depan, aku akan berpuasa pada (hari) ke sembilan.”

Sementara ada pula yang berpendapat, berpuasa hanya pada tanggal sepuluhnya. Namun, sebagian ulama memakruhkannya. Sebab, Nabi SAW memerintahkan umat Islam untuk membedakan kebiasaan Yahudi yang hanya berpuasa pada hari Asyura dengan umat Islam agar berpuasa pada hari ke sembilan atau hari ke sebelas secara beriringan dengan puasa pada hari ke sepuluh, atau ketiga-tiganya.

Para ulama menyebutkan bahwa puasa Asyura itu ada tiga tingkat: tingkat pertama, berpuasa selama tiga hari, yaitu hari ke sembilan, ke sepuluh dan ke sebelas. Tingkat kedua, berpuasa pada hari ke sembilan dan ke sepuluh. Tingkat ketiga, berpuasa hanya pada hari ke sepuluh.

Dalam kitab Shahih Muslim terdapat riwayat dari Abu Qatadah RA, bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang puasa Asyura, beliau bersabda: Puasa pada hari Asyura menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang lewat.”

Dari Aisyah RA, dia berkata, Hari Asyura adalah hari yang dipuasakan oleh orang-orang Quraisy pada masa jahiliyah, Rasulullah juga biasa mempuasakannya. Dan tatkala datang di Madinah, beliau berpuasa pada hari itu dan menyuruh orang-orang untuk turut berpuasa. Maka, tatkala diwajibkan puasa Ramadhan, beliau bersabda, ‘Siapa yang ingin berpuasa, hendaklah ia berpuasa dan siapa yang ingin meninggalkannya, hendaklah ia berbuka.” (Muttafaq alaihi).

Dari Abu Hurairah RA dia berkata, Rasulullah SAW ditanya, ‘Shalat apa yang lebih utama setelah shalat fardhu? Nabi menjawab, ‘Shalat di tengah malam’. Mereka bertanya lagi, ‘Puasa apa yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?’ Nabi menjawab, ‘Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan Muharram.” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud).

Puasa Muharram dan sangat dianjurkan pada tanggal 9 dan 10 (Tasu’a dan ‘Asyura). Dari Muawiyah bin Abu Sufyan RA, dia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Hari ini adalah hari Asyura dan kamu tidak diwajibkan berpuasa padanya. Sekarang, saya berpuasa, siapa yang mau, silakan puasa dan siapa yang tidak mau, silakan berbuka.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, Nabi SAW datang ke Madinah lalu beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura, Nabi bertanya, ‘Ada apa ini?’ Mereka menjawab, hari Asyura itu hari baik, hari Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa SAW dan Bani Israel dari musuh mereka sehingga Musa AS berpuasa pada hari itu. Kemudian, Nabi SAW bersabda, ‘Saya lebih berhak terhadap Musa daripada kamu,’ lalu Nabi SAW berpuasa pada hari itu dan menganjurkan orang agar berpuasa pada hari itu.” (Muttafaq alaihi).

KHAZANAH REPUBLIKA

Ini Keutamaan Puasa Asyura Bagi Umat Islam

Bulan Muharram merupakan bulan yang penuh kemuliaan. Bulan ini termasuk dalam empat bulan haram selain Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah.

Pada bulan ini, terdapat satu hari yang sangat istimewa yaitu Asyura. Dan pada hari Asyura, sangat dianjurkan bagi umat Muslim untuk berpuasa.

Salah satu keutamaan puasa Asyura yang jatuh pada 20 September 2018 besok adalah dihapuskannya dosa-dosa setahun yang lalu. Hal ini tentu sangat sayang untuk dilewatkan.

Penjelasan tentang penghapusan dosa-dosa setahun lalu tersebut diungkapkan dalam hadits puasa Asyura:

Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, “Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, “Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”

Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab, “Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).

Selain keistimewaan yang utama itu, banyak peristiwa penting yang terjadi di balik puasa Asyura. Dengan mengetahui sejarah tersebut, kita diharapkan lebih bersemangat menjalankan puasa Asyura 10 Muharram.

Sejarah Penting Asyura

Berikut adalah beberapa peristiwa sejarah penting yang terjadi pada hari Asyura menurut Badaruddin al-‘Aini dalam kitab Umdatul Qari’ Syarah Shahih Bukhari juz 11, halaman 117.

Badaruddin menjelaskan sebuah pendapat bahwa di hari Asyura itu Allah memberikan kemuliaan dan kehormatan kepada sepuluh nabi-Nya yaitu:

1. Kemenangan Nabi Musa atas Fir’aun

2. Pendaratan kapal Nabi Nuh setelah bumi ditenggelamkan selama 6 bulan

3. Keselamatan Nabi Yunus dengan keluar dari perut ikan

4. Ampunan Allah untuk Nabi Adam AS

5. Keselamatan Nabi Yusuf dengan keluar dari sumur pembuangan

6. Kelahiran Nabi Isa AS

7. Ampunan Allah untuk Nabi Dawud

8. Kelahiran Nabi Ibrahim AS

9. Nabi Ya’qub dapat kembali melihat

10. Ampunan Allah untuk Nabi Muhammad, baik kesalahan yang telah lampau maupun yang akan datang.

Selain itu, para ulama juga menjelaskan beberapa keistimewaan para nabi di hari Asyura, yaitu kenaikan Nabi Idris menuju tempat di langit, kesembuhan Nabi Ayub dari penyakit, dan pengangkatan Nabi Sulaiman menjadi raja.

Melihat betapa istimewa hari Asyura, maka sudah sepantasnya umat Islam menjalankan ibadah puasa Asyura 10 Muharram dan menjadikan momen tersebut untuk untuk meniru akhlak para nabi, akhlak yang mulia, lemah lembut, dan menjunjung tinggi kasih sayang, dan kerukunan.

 

LIPUTAN6